Sebagai penyandang kata "maha" yang besar dan agung lalu dipadupadankan dengan "siswa" jiwa pembelajar. Mahasiswa memang didoktrin sebagai golongan pemuda dengan segala intelektual yang dimilikinya dan dilengkapi dengan semangat dan jiwa yang berapi -- api.
Mahasiswa turun ke jalan tidak hanya sekedar aksi unjuk gigi dan wujud eksistensi tanpa arti. Mahasiswa itu sedang menjalankan perannya sebagai social control bukan pengacau konstitusi.
Menolak lupa,
Bahwa kaum mahasiswa memiliki peranan sebagai iron stock (generasi penerus), cikal bakal atau cadangan untuk masa yang akan memajukan bangsa kita ini. Bahwa kaum mahasiswa berperan sebagai social control (generasi pengontrol), menjembatani rakyat dan pemerintah, menyampaikan aspirasi rakyat, dan mengkritisi kebijakan pemerintah.
Bahwa kaum mahasiswa berperan sebagai agent of change (generasi perubahan), tumpuan kebangkitan untuk bangsa kita yang lebih maju lagi berbekal intelektual yang dimiliki.
Bahwa kaum mahasiswa berperan sebagai moral force (gerakan moral), memiliki acuan dasar dalam berperilaku agar menjaga stabilitas lingkungan masyarakat dengan norma -- norma baik yang berlaku.
Mau dimungkiri dengan cara apapun, tetap saja sejarah perkembangan dan perubahan negeri mencatat pernah diinisiasi oleh para mahasiswa. Di era 1998, gelombang unjuk rasa yang digalang gerakan mahasiswa berhasil meruntuhkan rezim Orde Baru.
Mahasiswa dianggap sebagai kalangan yang disegani dan dianggap sebagai inspirator melalui gagasan dan tuntutannya.
September 2019, 7 tuntutan mahasiswa menuntun mereka ke pintu gedung - gedung megah yang menjadi rumah yang dianggap sebagai wakil rakyat. Tuntutan itu tidak seperti halnya buih di lautan, tuntutan itu bukan tanpa esensi, mereka mengkaji lalu beraksi.
Mereka mengambil sejenak peran rakyat karena dianggap salah kemudi. Mereka membutuhkan jawaban dari para elit negeri atas rasa gundah terhadap masa depan bangsa ini.
Doa terbaik juga untuk kalian para mahasiswa yang sedang berjuang di garda terdepan perjuangan pergerakan Indonesia. Atas waktu, tenaga, privasi, materi, pikiran, bahkan nyawa yang telah kalian dedikasikan untuk negeri ini. Saya berterima kasih. Kalian harus kuat dan semoga Tuhan melindungi kalian.
Harapan terdalam kepada para pemegang kekuasaan negeri ini, sadarlah.
Setidaknya sebelum berdasi dan bergaji tinggi, kalian pernah menyuarakan makna tertinggi dari sebuah demokrasi.