The journey of Manila
Ragu sih sebenarnya mau ngasih judul "Manila undercover". Bagaimana tidak, mbolang di Manila hanya hitungan hari, sok yes banget mau nulis soal sisi abu-abu Manila. Memang terkesan sangat tidak bijaksana karena biasanya orang berani menulis "undercover" setelah melakukan serangkaian research yang cukup panjang.
Sedangkan Saya, triger-nya sederhana "Manila bagus ya", pendapat beberapa teman ketika Saya posting sebuah foto di instagram. Orang sering kali lupa bahwa media sosial itu fully controlled by the owner. Eh, tapi nggak melulu tentang "undercover" ya cerita Saya soal Manila ini, tapi Saya lebih akan bercerita terkait hal - hal yang Saya rasa unik dan menarik untuk dibagikan.
Part 1
"Mahal kita"
Sebelum membaca terlalu jauh, penting rasanya Saya menyampaikan hal ini. Di sepertiga sore terakhir dibawah ferris wheel yang letaknya sekitar 800m dari Mall of Asia, Saya bertemu dan ngobrol dengan seorang mahasiswi Filipina terkait Manila.Pertanyaan Sy sederhana : "Apakah nggak masalah Saya nanya soal kehidupan, pemerintahan, bahkan pemimpin Filipina?"
Jawabannya : "Oh, nggak masalah kok, Filipina pemerintahannya terbuka, bahkan terhadap kritikan".
Syukurlah Saya bisa melanjutkan pertanyaan selanjutnya, apalagi Saya sedikit mengikuti bagaimana Duterte memimpin Filipina. Kenapa ini penting? Sebagai stranger, perlu untuk tahu do and don't di negeri orang.
Sebagai contoh, di Thailand menganut hukum Lese Majeste yaitu pasal yang melindungi anggota kerajaan dari hinaan/ancaman. Hukumannya nggak tanggung-tanggung, bisa jadi mendekam di penjara puluhan tahun. Jadi, Saya cukup memahami ketika Saya bertanya ke teman Saya terkait kondisi rajanya, jawabannya cuma "He will be fine". Setahun kemudian, kebetulan Saya pergi ke Thailand dan meet up dengannya, dia sangat exited karena Saya memakai pakaian serba hitam sebagai ungkapan bela sungkawa atas meninggalnya Raja Bhumibol Adulyadej.
Okkay, back to topic.
Bagaimana dengan Manila?
Pertama kali menginjakkan kaki di Manila yang dibahas adalah bahasa. Sebagai traveler yang masih memperhatikan budget, seringkali menyebut kata "mahal" disana - sini, ditambah lagi karena travelingnya berdua which means seringkali pake kata ganti "kita", dan tersebutlah "Mahal Kita", yang dalam bahasa Tagalog artinya "Aku Cinta Kamu". Aseli, zonk banget. Kebayangkan kalau kita ngomong kata-kata ini di sembarangan tempat? Unfortunetely, bolak - bolik ngomong "mahal kita" di dalem taksi selama perjalanan dari bandara menuju hotel. Lah, emang lagi itung menghitung rencana spending selama trip di Manila sih.Then, driver Grab nya senyum-senyum ngliatin, mungkin dalam hatinya berkata "ini duo bocah ngapain ngomong cinta - cinta - an, jijay marijay". Hahahahaha.
Part 2
"Peacefulness"
Ini adalah pernerbangan terlama yang pernah Saya lalui. Akhirnya, bisa melewati 4 jam 15 menit. Meski kalau di total selama tahun 2017 lebih dari 10 flight, tapi bagi orang yang punya love & hate relationship antara traveling & flying, tetap saja butuh step by step buat how to deal with my scariest thing in traveling.Setelah mendarat sempurna di badara Ninoy Aquino, seperti biasa toilet menjadi target pertama yang dicari. Dan, ketemu sama Trinity traveler dong, kayaknya sepesawat juga sih. Sebenarnya Saya nggak tahu betul siapa doi, sama sekali nggak ngeh meskipun berdiri sebelahan, baru tahu setelah temen Saya menyapanya dan menceritakan ke Saya bahwa dia adalah penulis best seller "The Naked Traveler" . mohon maaf, Saya traveler abal - abal sih, jangankan Trinity bahkan kalau ketemu sama Cristian Bautista pun, palingan juga nggak notice. Tapi bisa Saya pastikan kalau ketemu Rodrigo Duterte, pasti Saya mengenalinya.
Fenomena unik apa sih yg ada ketika sampai di Ibukota Filipina?
Satpam/petugas keamanan.
Hampir semua toko pasti punya satpam minimal 2 orang. Bahkan untuk fast food restaurant sejenis Mc Donals, KFC, dan restoran milik lokal pinggir jalan pun ada satpam yg jaga. Jangan salah, mereka berbekal senjata api, baik itu pistol maupun senapan, bukan lagi pentungan macam satpam di Indonesia ya. Protokoler untuk masuk pusat perbelanjaan tipe apapun tidak kalah dengan protokoler masuk istana negara, melewati sejumlah pos pemerikasaan baik barang yang dibawa maupun pengecekan manusianya. Bahkan toko di dalam mall nyapun rata-rata punya satpam lagi. Jadi, kalau dilihat-lihat nominasi the most wanted job in Philippines (kayaknya) jatuh kepada satpam/petugas keamanan.Tanda tanya besarnya adalah ada apa dengan "peacefulness" di Manila?
Entahlah, tapi kalau ditengok fenomeno satpam yang bertebaran dimana-mana, negara ini punya concern lebih soal kriminalitas. Fyi saja, Duterte sebagai presiden Filipina saat ini punya skuad maut semenjak menjabat sebagai walikota Davao. Meski kontroversional, rumus hidupnya sederhana asalkan bukan kriminal dan tidak melanggar hukum, maka nggak perlu ada yang ditakutkan.
Part 3
"Urusan Perut"
Ibarat makanan mungkin ulasan ini sudah basi. Hahahahaha, apa daya niatan blogging menurun drastis.Baique,
Sy mau bahas urusan perut selama di Manila. Karena ini temanya undercover, jadi nggak akan bahas restoran yang famous di Filipina sejenis @jollibee @iammanginasal @chowkingph . Silahkan kepoin sendiri instagramnya masing - masing restoran hits ala - ala tersebut ! So far secara rasa, masih cocok kok dengan lidah wong Indonesia.Menurut hemat Saya, orang - orang Filipina ini gemar sekali makan fast food, nggak heran restoran fast food baik internasional maupun lokal menjamur di jalanan. Tapi bagi manusia herbivora sejenis Saya, lumayan menyiksa, karena sulit nyari sayur dan buah. Oke, let's go Saya bahas makanan - makanan yang menurut Saya masuk ke dalam "undercover" atau "ora umum"
1. Pagpag
Makanan ini sukses membuat nafsu makan Saya menurun drastis. Bahasa manusiawi #pagpag adalah makanan daur ulang. Pagpag berasal dari daging sisa (sapi/ayam) yang dibuang oleh restoran/fastfood, kemudian dicuci, dibumbui, dimasak, dan dimakan kembali . Pagpag ini nggak cuma-cuma lo, meskipun dikais dari tempat sampah, orang - orang tetap harus beli, dan memang ada pekerjaan sbg pengepul pagpag. Pagpag tercipta krn masih banyaknya masyarakat yang hidup dalam himpitan ekonomi yang sulit. Meskipun pemerintah setempat sejatinya sudah menghimbau bahaya pagpag karena mengandung bakteri Salmonella yang bisa menyebabkan penyakit Hepatitis A, tapi apa daya mereka butuh hidup, butuh perut kenyang, dan alhasil pagpag tetap jadi primadona di kalangan masyarakat kurang beruntung.2. Balut
Balut ini kategori street food khasnya Filipina, tapi jangankan nyobain, ngliat orang yang lagi makan #balut aja rasanya iyuhhh sedunia. Balut adalah telur rebus yang berisi embrio bebek/ayam berumur sekitar 18-21 hari (aborted duck), biasanya dimakan dengan penambahan garam/saus khas orang sana.3. One day old chicken (Baby Chicks)
Seperti namanya ya, street food ini berasal dari anak ayam umur sehari, digoreng dan dibumbu merah. Anak - anak ayam gemay umur segitu kalau di Indonesia suka diwarnain. Dimana letak perikehewanan orang - orang ini. Sedih rasanya, empati ke emak anak ayamnya. Tapi, kembali lagi ya ini budaya mereka.Sebenarnya masih banyak street food di Manila, seperti kwek-kwek, isaw, buko (es kelapa muda), dll. Dari sekian banyak street food yang ada, apa yang pernah Saya coba selama di Manila? Kacang goreng. Cupu? Yesss
Part 4
"Street Kids"
Beginilah efek kalau laptop dan segala printilannya masuk ICU, sementara hasrat blogging sudah membuncah tak tertahankan . Ini hanyalah pencitraan semata karena biasanya juga males nulis iki lo.
Malam itu,
Jalanan Quezon Boulevard, Quiapo nampak sepi. Jam tangan menunjukkan angka hampir pukul 9 malam. Ah, jika saja pulang lebih awal pasti berjumpa dengan mereka. Bersyukurnya masih tersisa 1 - 2 bocah yang lalu lalang. Dengan iming-iming snack yang menggelantung di tangan. Mereka pun memanggil squad nya. Laaarrrrr, la kok se-RT yang dateng . Gpp, seadanya ya dek ! Kita party-party malam ini. Hahahahaha.Saya tidak tahu identitas pasti mereka, pun dengan mereka karena Saya hanyalah orang asing. Kami tidak mengerti bahasa apa yang seharusnya kami gunakan, karena tidak ada kesamaan antara Inggris dan Tagalog.
Se-happy itukah?
Entahlah, . . .
Yang jelas di tengah keterasingan dan keterbatasan ini, kami terhubung dengan senyuman dan sesekali tawa renyah serta pemanis dari permen dan snack ringan. Their smile tell and teach me a lot of things.We complain so much what we sometimes don't see how great it is, and how thankful we should be
Paling gemay kalau ada yang complain soal food, pengen nyubit pipinya dehhhh. So, buat anak-anak apalagi yang mulai mendewasa (*g enak kan kalau ngomong menua ), pesan sederhana yang ingin Saya sampaikan dari perjumpaan singkat Saya dengan streetkid di Manila di malam bolong itu adalah there are many things to appreciate and say "Alhamdulillah", just open ur eyes and ur heart to see them.
Be a good rang - orang atau nak-kanak yaaa !
Part 5
"Hero"
Mbelgedes itu ketika bikin caption "travelling turns me into storyteller" tp kenyataan bikin cerita undercover manila aja nggak sampek 5 series 😂. Ya kira-kira beginilah trend kehidupan jaman sekarang, kebanyakan teori tanpa aksi, akhirnya tulisan numpuk di draft. Biar nggak ada pencitraan diantara kita, ini part dari serangkaian cerita undercover Manila yang terakhir ya, keburu kesusul sama jadwal trip yg akan dateng.Sesekali boleh lah, bahas soal tokoh pahlawan. Hmmm, Filipina identik dengan Jose Rizal, national hero of the Philippines, ikonik bangetlah, bahkan patungnya saja di Rizal Park dijaga anggota polisi berseragam lengkap. Lokasi dimana dia dieksekusi regu tembak atas tuduhan keterlibatannya dalam Revolusi Filipina.
Jose Rizal, pria kharismatik dgn kekuatan intelektual yg luar biasa di berbagai bidang. Dia seorang pejuang, revolusioner, dokter, arsitek, pendidik, ekonom, etnolog, ahli pertanian, sejarahwan, jurnalis, pemusik, mitologiwan, internasionalis, naturalis, dokter mata, sosiolog, pematung, penyair, penulis drama, novelis, dan menguasai 22 bahasa. Nggak salah sih jika beberapa orang ada yang berpendapat ini manusia setengah dewa. Kisah hidupnya menarique untuk diselami, apalagi romance-nya, menikah 2 jam sebelum eksekusi hukuman mati, no drama tapi legitttt ya 😅. Dan semua itu bisa dibaca dengan bebas di internet. So, Saya nggak akan mengulas banyak. Yang jelas, di Indonesia saja ada Jl. Jose Rizal, tepatnya di Medan, deket kok sama Istana Maimun. Langsung deh, buka google maps.
Pas main ke Filipina, beruntungnya adalah bisa mengunjungi salah satu dari puluhan tempat Jose Rizal menimba ilmu. Yaps, University of Santo Tomas (UST), disebut sebagai salah satu universitas tertua di Asia dan kental dgn elemen Spanyol. Sebagai negara bekas jajahan Spanyol, ada kesenangan tersendiri pas baca nama-nama orang sana, sejenis Gonzales, Lopez, Mendoza, Terres, dll. Kadang bahagia itu sederhana loh, jangan salah. Oh ya, di kampus ini Jose Rizal belajar ilmu kedokteran, satra, dan filsafat.
Ide konyolnya berasa pengen masuk ke ruang kelasnya, jd mahasiswi penyusup 😎. Tp, ini terlalu dudul. Pasalnya 92%, penduduknya adalah kristen dan katolik. It means probabilitas ketauan jadi penyusup itu terbuka lebar hanya dgn melihat busana yg Sy kenakan 😁.
Thanks Philippines ! I've learned more from you.
Terakhir,
Kepada takdir, kusampaikan rasa terima kasihku
Dari hidup, kubebaskan tangan Tuhan bekerja menuntun langkah kakiku
Atas nama kuasa-Mu, aku berserah dan memasrahkan segalanya
Kunikmati perjalanan hidup di bumi ini, sebelum akhirnya nanti datang panggilan-Mu untuk kembali
Semoga bisa menjadi makhluk bumi yang Kau harapkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H