Mohon tunggu...
Fz
Fz Mohon Tunggu... Buruh - Adventurer

The greatest pleasure in life is doing something that people say you can't do it, believe in yourself and Allah because we're who we chose to be.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Renungan dalam Guratan Urinoir

31 Agustus 2016   00:04 Diperbarui: 31 Agustus 2016   01:15 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A

ku masih menatap benda putih itu, penuh guratan yang dipaksakan, benda itu seharusnya bisa mengkilap tanpa bekas. Beberapa menit aku memandangnya, mengamati dan sembari memunculkan beberapa tanya. “Sepertinya ada yang tidak tepat”gumamku. Belum ada yang mampu membuyarkan lamunanku akan benda itu.

Aku memang telah beranjak pergi meninggalkan benda itu, namun ribuan pertanyaan masih bergelanyut di dalam otakku. Hidup memang kadangkala penuh dengan tanda tanya, beruntung jika kita masih sempat untuk mencari jawabannya. Namun juga bukan sebuah kesialan jika kita harus menjalani hidup dalam tanda tanya, tidak bisa dimengerti dan tentunya tidak bisa ditawar. Karena kita akan bertemu dengan kejutan – kejutan yang akan turut serta membuat letupan penuh makna dalam hidup ini. Baiklah, Kali ini Aku tidak akan membiarkan tanda tanya itu berlalu begitu saja.

Benda berbahan porselin, berwarna putih yang seharusnya mengkilap, penuh dengan guratan, dan tentunya yang membuatku harus menyisakan ruang berfikir di otakku itu bernama urinoir.

“Ini memang konyol, Zul.”

“Oke, oke, Aku tidak akan bercerita dengan pengalamanku ketika buang air kecil, tahapan apa saja yang harus dilakukan, ataupun membahas tipe dan bahan apa yang tepat untuk urinoir di sebuah perkantoran. Sekali lagi tidak…” aku berusaha melanjutkan ceritaku dengan semangat meskipun lawan bicaraku sama sekali tidak memahami tentang urinoir. Tentu saja, karena aku laki – laki dan dia perempuan.

Aku hanya ingin mengajakmu merenung sejenak.

“Dari benda bernama urinoir?” tanyanya

“Iya” jawabku tegas

Perhatikanlah dengan logikamu.

Benda bernama urinoir itu memang harus selalu dalam kondisi bersih, dan cara termudah untuk membuatnya bersih adalah dengan menggosoknya. Namun sadarkah setiap orang yang menggosok urinoir itu bahwa gosokan dengan kekuatan dan semangat pejuang 45 itu ternyata malah menimbulkan guratan – guratan. Aku faham bahwa tujuan orang itu mulia, yaitu ingin membuat urinoir itu bersih sehingga yang akan menggunakannyapun akan merasa nyaman. 

Tapi, saat ini urinoir itu tidak akan seindah seperti yang dulu karena penuh guratan disana – sini. Jika diijinkan untuk berbicara seandainya, meskipun hal ini hanya kesia – siaan belaka. Seandainya orang itu mau menggosoknya dengan memperhatikan sisi lain, keindahan misalnya. Maka orientasi dari orang tersebut bukan hanya bersih dan mengkilap namun juga indah karena ia mampu mensinkronisasikan antara kebersihan dan keindahan dalam satu nada gerakan yang sama, dan guratan itu tidak akan muncul.

“Seperti hati manusia..”

“Memangnya apa hubungannya guratan pada urinoir itu dengan hati manusia? Terlampau jauh sepertinya, terlalu sulit untuk mencari korelasi antar keduanya.”

“Belum tentu,”

Setiap hati memiliki rasa yang tidak hanya dipakai untuk merasa tapi juga melihat, mendengar, dan melakukan. Karena hati kadang kala memiliki posisi di atas logika, satu – satunya yang mampu mengakuisisi kinerja otak adalah hati. Berbicara tentang hati sama halnya berbicara tentang kelembutan. Siapa bilang, kan ada orang yang berhati keras?Bukankah batu yang keras sekalipun, akan membentuk lubang jika ditetesi air terus menerus?

Ingatlah, sekeras apapun hati, ia masih memiliki nurani.

Maka dengarkan satu pesan ini dengan nuranimu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun