Bisa jadi kita marah atau berbuat kasar kepada seseorang dengan tujuan baik karena kita ingin seseorang itu menjadi pribadi yang lebih baik. Lantas jika diperuntukkan untuk kebaikan kenapa harus dilakukan dengan kemarahan? Apakah kita tidak boleh marah? Aku tidak mengatakan demikian, karena menurutku marah adalah ekspresi dalam batas ketidakwajaran. Setiap orang berhak atas ekspresi apapun yang ingin ditunjukkan. Sungguh tidak mudah untuk menahan marah. Aku bahkan tidak meminta kamu untuk menahan marah. Aku hanya ingin menyampaikan bahwa kita tidak pernah tahu seberapa tangguh hati seseorang saat kita memilih memarahinya meskipun untuk tujuan yang baik. Tidak mengetahui kondisi hati seseorang bukan berarti men–settingkondisi hatinya sama dengan kondisi hatimu, bukan?
Setiap tempaan yang melebihi batas kewajaran tidak selamanya menghasilkan sesuatu yang tidak baik, namun pasti tidak akan menghasilkan sesuatu yang sempurna. Seperti halnya gosokan pada urinoir itu, Nampak bersih dan nyaman, tetapi tidak indah. Begitu juga hati manusia yang selalu punya batas toleransi terhadap penerimaan.
Maka, perlakukanlah hati manusia dalam batas kewajaran.
Marahlah, asal bisa memastikan tidak ada guratan yang tertinggal.
Raise your words, not voice. It is rain that grows flowers, not thunder.
– Jalaluddin Rumi –
– 31 Agustus 2016 –
– Ditulis dari pengalaman teman Saya dengan pengembangan alur dan pesan cerita,
diceritakan kembali dengan Saya pribadi sebagai sudut pandang kedua. –
– Terima kasih dan semoga bermanfaat –
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H