Mohon tunggu...
Fz
Fz Mohon Tunggu... Buruh - Adventurer

The greatest pleasure in life is doing something that people say you can't do it, believe in yourself and Allah because we're who we chose to be.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Renungan dalam Guratan Urinoir

31 Agustus 2016   00:04 Diperbarui: 31 Agustus 2016   01:15 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bisa jadi kita marah atau berbuat kasar kepada seseorang dengan tujuan baik karena kita ingin seseorang itu menjadi pribadi yang lebih baik. Lantas jika diperuntukkan untuk kebaikan kenapa harus dilakukan dengan kemarahan? Apakah kita tidak boleh marah? Aku tidak mengatakan demikian, karena menurutku marah adalah ekspresi dalam batas ketidakwajaran. Setiap orang berhak atas ekspresi apapun yang ingin ditunjukkan. Sungguh tidak mudah untuk menahan marah. Aku bahkan tidak meminta kamu untuk menahan marah. Aku hanya ingin menyampaikan bahwa kita tidak pernah tahu seberapa tangguh hati seseorang saat kita memilih memarahinya meskipun untuk tujuan yang baik. Tidak mengetahui kondisi hati seseorang bukan berarti men–settingkondisi hatinya sama dengan kondisi hatimu, bukan?

Setiap tempaan yang melebihi batas kewajaran tidak selamanya menghasilkan sesuatu yang tidak baik, namun pasti tidak akan menghasilkan sesuatu yang sempurna. Seperti halnya gosokan pada urinoir itu, Nampak bersih dan nyaman, tetapi tidak indah. Begitu juga hati manusia yang selalu punya batas toleransi terhadap penerimaan.

Maka, perlakukanlah hati manusia dalam batas kewajaran.

Marahlah, asal bisa memastikan tidak ada guratan yang tertinggal.

Raise your words, not voice. It is rain that grows flowers, not thunder.

– Jalaluddin Rumi –

– 31 Agustus 2016 –

– Ditulis dari pengalaman teman Saya dengan pengembangan alur dan pesan cerita,

diceritakan kembali dengan Saya pribadi sebagai sudut pandang kedua. –

– Terima kasih dan semoga bermanfaat –

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun