Mohon tunggu...
Fz
Fz Mohon Tunggu... Buruh - Adventurer

The greatest pleasure in life is doing something that people say you can't do it, believe in yourself and Allah because we're who we chose to be.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Anomali Optimisme Indonesia

30 Maret 2015   17:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:47 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Indonesia Bisa !!!


Sebuah jargon yang senantiasa didengang-dengungkan sebagai simbol optimisme Indonesia menatap masa depan. Memasuki tahun baru 2015, secercah harapan akan nasib Indonesia menjadi lebih baik tak ayal manjadi dambaan setiap insan yang tinggal di bumi pertiwi apalagi dengan wajah-wajah baru yang bertengger dalam pemerintahan Indonesia 5 tahun mendatang. Namun sebuah pengharapan itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan untuk menuju Indonesia yang lebih baik.

Dalam beberapa bulan terakhir ini, kita tidak asing lagi mendengar berita melemahnya nilai mata uang rupiah terhadap dollar USA. Tak tanggung – tanggung posisi nilai tukar rupiah ini terjun bebas hingga saat ini sudah menembus Rp 13.200. Menurut Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo mengungkapkan sejak 1 Januari 2015 hingga Maret 2015 rupiah terus melemah sebesar 5,7%.

Sentimen melemahnya rupiah tidak hanya timbul karena fartor internal seperti halnya stabilitas ekonomi Indonesia dan pengaruh politik saja tetapi sejumlah sentiment global juga turut serta memperparah lemahnya nilai tukar rupiah. Keputusan The Fed untuk menaikkan suku bunga nya yang akan diprediksi terjadi pada bulan Juni 2015 dan penguatan ekonomi AS sontak membuat para investor asing tunggang langgang menarik uangnya ke negeri Paman Sam.

Pasca krisis tahun 2008 untuk menstimulir ekonomi Amerika Serikat, The Fed sebagai supplier uang tunai dollar AS melakukan tindakan quantitative easing dengan menggelontorkan dollar dalam jumlah yang begitu besar. Disisi lain, The Fed juga mempertahankan tingkat suku bunganya yang hampir 0% agar mampu memberikan kredit kepada masyarakatnya. Namun, penggelontoran dollar tersebut tidak disalurkan ke masyarakat namun masuk ke pasar saham, salah satunya pergi ke Indonesia. Maka wajar jika kabar The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya menjadi sentimen yang agresif dana parkir tersebut hengkang ke Negara asalnya.

Indonesia sebagai Negara berkembang tentu merasakan pukulan pada stabilitas perekonomiannya akibat pelemahan rupiah. Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan bahwa pelemahan rupiah 1% akan memberikan imbas pada laju inflasi yakni peningkatan inflasi sebesar 0,07%. Apalagi ditambah dengan pengurangan subsidi BBM akibat beratnya beban pemerintah untuk menanggung difisit neraca perdagangan. Kenaikan harga BBM bersubsidi sontak menimbulkan reaksi keras dari masyarakat karena akan menyebabkan peningkatan inflasi Indonesia.

Harga minyak dunia yang mengalami penurunan hanya mampu menahan laju inflasi di Indonesia pada bulan Januari dan Februari, namun pada bulan Maret Bank Indonesia memperkirakan Indonesia akan mengalami inflasi sebesar 0,27%-0,3%, meskipun dua bulan sebelumnya Indonesia mengalami deflasi. Merosotnya harga minyak dunia saat ini diakibatkan oleh dua hal yaitu penurunan permintaan energi karena lemahnya pertumbuhan global dan geopolitik global, sehingga tidak menutup kemungkinan harga minyak dunia akan naik lagi.

Adanya konflik yang terjadi antara Yaman dan Arab Saudi beserta sekutunya akan mendorong terjadinya kenaikan harga minyak dunia. Meskipun saat ini Yaman hanya menguasai 0,2% dari total produksi minyak dunia, negeri ini menyimpan cadangan minyak yang cukup besar dan menguasai perairan strategis. Sehingga konflik di Yaman dapat menghambat jalur distribusi perdagangan minyak dunia.

Sikap pemerintah Indonesia dalam menaikkan dan menurunkan harga BBM bersubsidi dalam rentang waktu yang singkat apalagi tanpa disertai sosialisasi terlebih dulu akan meningkatkan kepanikan pasar. Sudah bukan menjadi rahasia umum jika kenaikan harga BBM bersubsidi akan memicu kenaikan inflasi. Inflasi adalah sebuah kondisi dimana uang yang beredar di masyarakat sangat tinggi dan ditandai dengan kenaikan harga barang, sehingga Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga acuan agar mampu menarik uang yang beredar di masyarakat.

Disisi lain, kenaikan suku bunga bank akan berdampak pada kenaikan suku bunga pinjaman di Bank, sehingga pemilik usaha yang membiayai usahanya dengan modal pinjaman di Bank akan merasa sangat terpukul dan semakin berat dalam menjalankan bisnisnya. Pasar industri seperti halnya industri otomotif akan menjadi lesu karena sebagian besar penjualannya dibiayai oleh dana pinjaman bank, konsumen akan merasa enggan untuk melakukan aktivitas pinjaman ke bank jika suku bunga bank meningkat.

Sebuah dilema untuk mampu bertahan dengan sikap optimisme akan Indonesia yang lebih baik dan sejahtera jika dihadapkan dengan posisi Indonesia saat ini. Namun Indonesia masih cukup optimis akan mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5,7% dan inflasi sebesar 5% seperti yang telah ditetapan dalam asumsi dasar makroekonomi RAPBN 2015.

Sebuah tantangan besar yang dihadapai Indonesia saat ini harus disokong oleh semangat optimisme bahwa Indonesia mampu bangkit. Karena sejatinya Indonesia terlahir sebagai bangsa yang gemah ripah loh jinawe, penuh kekayaan alam dan keanekaragaman budayanya. Sehingga rakyat hidup dalam damai dan suka cita, makmur dan sejahtera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun