Ekoenzim? Kata yang baru kudengar. Kosakata baru ini yang membuat aku mencari tau lebih dalam mengenai ekoenzim. Kalian mau tau juga? Yuk baca hasil pemahamanku.
Menurut salah satu sumber yang aku baca, ekoenzim atau ecoenzyme adalah larutan kompleks hasil fermentasi dari limbah organik seperti limbah buah dan sayuran yang kemudian dicampur dengan gula merah dan air dengan bantuan mikroorganisme selektif dari kelompok jamur dan bakteri selama 3 bulan. Hasilnya, larutan fermentasi memiliki warna coklat tua dan berbau asam-manis kuat khas produk fermentasi. Tapi tenang aja, tidak seperti bau di tempat pembuangan akhir kok, hihi.
Cara pembuatan ekoenzim tergolong mudah, karena kita bisa menemukan alat dan bahannya dalam kehidupan sehari-hari loh. Alat dan bahan yang kita butuhkan hanya botol bekas air mineral, gula merah, air dan kulit buah-buahan. Kulit buah yang digunakan juga bisa bermacam-macam. Bisa dengan kulit pisang, kulit jeruk, kulit mangga, kulit alpukat dan lain-lain. Selain mudah, pembuatan ekoenzim menggunakan kulit buah juga menghasilkan aroma yang harum khas buah-buahan.
Takaran yang digunakan dalam pembuatan ekoenzim menurut para ahli, adalah dengan perbandingan 1:3:10 gula : kulit buah : air. Ukur perbandingannya dengan benar ya, agar hasilnya bisa sesuai. Berikut ini tahapan-tahapan pembuatan ekoenzim:
1. Siapkan wadah tertutup atau botol bekas air mineral yang telah dibersihkan.
2. Masukan air sebanyak 1000 gram ke dalam botol
3. Tambahkan gula merah sebanyak 100 gram lalu aduk hingga larut
4. Masukan kulit buah yang telah dipotong ukuran sedang sebanyak 300 gram
5. Simpan dalam waktu 3 bulan
Di minggu-minggu pertama, ekoenzim akan mengeluarkan gas karbo dari kulit buah yang cukup banyak. Jadi di beberapa hari awal kita diharuskan untuk mengeluarkan gas tersebut dengan cara membuka sedikit tutup botol hingga gas tersebut keluar. Pada tahapan ini kita harus lebih berhati-hati karena pada beberapa kulit buah akan mengeluarkan gas yang cukup banyak sehingga akan melukai kita jika tidak berhati-hati.
Hasil dari pengolahan ekoenzim memiliki banyak manfaat. Baik bagi rumah tangga, perkebunan, pertanian, kesehatan maupun lingkungan.
Bagi rumah tangga, ekoenzim dapat digunakan sebagai cairan untuk mencuci sayuran dan buah-buahan guna menghilangkan pestisida dan herbisida, cairan pembersih lantai untuk mengganti cairan pel, cairan pembersih toilet (bisa untuk memperlancar saluran toilet), membersihkan permukaan dapur, membersihkan piring dan peralatan makan lainnya agar lebih kesat, ditambahkan sebagai campuran ke cucian pakaian untuk memutihkan pakaian. Namun, ekoenzim tersebut harus dilarutkan dahulu dengan air karena masih berbentuk konsentrat. Caranya yaitu dengan mencampurkan satu cangkir ekoenzim dengan satu liter air. Baru kemudian ekoenzim dapat digunakan sesuai kebutuhan.
Selain bagi rumah tangga, ecoenzim juga bermanfaat untuk pertanian yaitu sebagai filter udara, herbisida dan pestisida alami, menurunkan asap dalam ruangan, filter air, pupuk alami untuk tanaman dan menurunkan efek rumah kaca. Cara pengaplikasian eco enzim pada lahan sawah sebagai pupuk yaitu dengan menumpahkan eco enzim ke pengairan sawah. Cara pengaplikasian eco enzim untuk membasmi pestisida adalah dengan cara menambahkan 1 tutup botol ke dalam air kemudian sayuran dibersihkan dan direndam dengan sempurna, setelah 45 menit baru diangkat.
Senyawa kimia yang terdapat dalam pembersih rumah tangga seperti fosfat, nitrat, amonia, klorin dan senyawa lainnya dapat berpotensi mencemari udara, tanah, air tanah, sungai dan laut. Beralih menggunakan ekoenzim dapat berkontribusi dalam upaya menjaga bumi kita.
Kalian tau tidak kalau beberapa hari kemarin ada peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN). Nah, dengan kita membuat ekoenzim dan mengelola kembali sampah organik agar lebih bermanfaat berarti kita juga udah ikut peduli dengan keadaan sampah di Indonesia yang makin hari makin menggunung.
Begitu banyak manfaat alami yang dihasilkan dari ekoenzim. Perubahan kebiasaan kita untuk membuat dan menggunakan ekoenzim dalam rumah tangga sedikit banyaknya bisa berkontribusi untuk menjaga bumi dan kelestarian alamnya agar tetap terjaga untuk anak cucu kita di masa mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H