Mohon tunggu...
Zulva Azhar
Zulva Azhar Mohon Tunggu... Penulis - Hamba Allah

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia yang malas garap skripsi tapi bercita-cita cepat lulus. Bergelut dalam bidang jurnalistik dan pendidikan. Kanal ini saya gunakan untuk menampung tulisan anak-anak agar tidak tercecer. Bermodalkan beberapa BAB pelajaran Bahasa Indonesia, saya harap mereka bisa berkreasi lebih banyak daripada gurunya. Selamat membaca.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Menilik Pewayangan di Kampung Seni Gegesik

25 Juli 2021   18:52 Diperbarui: 25 Juli 2021   19:01 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di Dunia yang memiliki pulau dengan jumlah lebih dari 17.000, dimana hanya ada sekitar 7000 pulau yang dihuni. Negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa ini mempunyai segudang keindahan di dalamnya. tidak hanya keindahan alam saja yang dimilki oleh negara Indonesia. Akan tetapi Indonesia juga memilki segudang warisan budaya dan kesenian.

Salah satu kota yang menyimpan kesenian adalah kota Cirebon. Di Cirebon selain menyimpan warisan budaya berbentuk keraton juga menyimpan kesenian yang sangat luar biasa. Salah satu daerah di kota Cirebon yang memilki sejuta kesenian adalah Desa Gegesik yang terletak di kec. Gegesik Kab. Cirebon.  

Desa Gegesik sudah mendapat julukan sebagai kampung seni dan diakui oleh pemerintah. Tidak hanya kesenian topeng dan wayang kulit saja, akan tetapi desa Gegesik merupakan paket lengkap untuk dunia seni. Di desa Gegesik terdapat dalang yang bernama Bapak Suryono, beliau memperkenalkan wayang kulit ke tingkat nasional dalam acara Festival Wayang Kulit Gograk pada tahun 2004 yang dilaksanakan di kota Surabaya.

Mahasiswa IAIN Syekh Nurjati dalam kegiatan Kuliah Kerja Nyata berkesempatan untuk melakukan wawancara dengan Bapak Suryono. Tujuan wawancara tersebut adalah untuk mengetahui lebih dalam perihal tokoh-tokoh di desa Gegesik salah satunya adalah Dalang Suryono.

Bapak Suryono bin Warsita merupakan dalang yang berasal dari desa Gegesik Kulon, kec. Gegesik kab. Cirebon. Semenjak kecil beliau banyak belajar ilmu kesenian terutama tentang ilmu perdalangan. Beapak Suryono belajar ilmu tentang perdalangan secara otodidak dan tidak mengikuti pendidikan formal yang khusus untuk kesenian, ilmu perdalangan tersebut merupakan ilmu turun temurun dari orang tuanya.

Dalam wawancara tersebut Bapak Suryono mengatakan bahwa beliau sudah terjun dan menggeluti dunia seni sejak sekitar umur 7 tahun. Beliau juga mengatakan untuk menjadi seorang dalang yang professional dan handal salah satu syaratnya yaitu harus menguasai semua jenis gamelan.

Bapak Dalang Suryono bin Warsita bercerita bahwa asal mula adanya wayang yaitu sebagai media untuk alat dakwah agama Islam. Melihat dari sejarahnya, wayang kulit adalah media yang efektif dan kompeten untuk dijadikan sebagai media dakwah.  

Metode berdakwah dengan menggunakan wayang ini sudah dilakukan oleh para wali pada zaman dahulu. Dalam alur cerita wayang terdapat banyak sekali ilmu yang bisa diambil, contohnya yaitu seperti ilmu agama, sastra, filosofi, dan lain sebagainya.

Para dalang mempunyai ciri khas tersendiri dalam menampilkan pertunjukannya, ciri khas yang digunakan oleh Bapak Suryono yaitu menggunakan gamelan yang selaras dengan Slendro atau biasa yang disebut juga sebagai Perawa pada pertunjukan wayang.

Bapak Suryono juga bercerita mengenai masa kesultanan Cirebon. Pada masa kesultanan Cirebon terdapat salah satu budaya  atau bahkan dianggap sebagai ritual kenegaraan terbesar, ritual tersebut bernama Nadran. Nadran merupakan bentuk rasa syukur penduduk bumi kepada Allah SWT atas rezeki yang diberikan dari laut.

Dalam acara Nadran tersebut biasanya kesenian wayang digunakan dan dipertunjukan lengkap dengan dalang, gamelan, sinden, dan sebagainya. Ritual tersebut masih dilakukan hingga sekarang akan tetapi hanya di daerah-daerah tertentu saja.

Selain ritual Nadran yang di lakukan sebagai bentuk rasa syukur terhadap hasil laut, terdapat juga ritual Sedekah Bumi. Ritual Sedekah Bumi tersebut merupakan bentu rasa syukur penduduk bumi kepada allah SWT atas rezeki yang dihasilkan dari bumi.

Dalam ritual budaya Sedekah Bumi juga menggunakan wayang kulit dalam salah satu rangakain pelaksanaan acaranya. Sama seperti Nadran, Ritual Budaya sedekah Bumi juga hanya dilaksanakan di beberapa daerah saja.

Bapak Suryono menjelaskan bahwa beliau mempunyai cara tersendiri untuk memperkenalkan wayang kepada lingkungan sekitar. Terutama kepada anak muda zaman sekarang. Beliau juga menjelaskan bahwa tidak perlu memaksa anak muda untuk belajar kesenian, yang terpenting ada niatan dari anak tersebut untuk mengenal dan belajar kesenian. Tugas Bapak suryono adalah membuat anak muda nyaman dan jatuh cinta terhadap kesenian wayang.

 Tugas kita sebagai generasi muda adalah menjaga dan melestarikan budaya dan kesenian yang sudah ada agar tidak hilang dan tetap tejaga sehingga anak cucu kita nanti dapat mengenal kesenian tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun