Mohon tunggu...
Zul Qurnain
Zul Qurnain Mohon Tunggu... Mahasiswa -

La Tahzan Innallaha Ma'ana Jangan Bersedih, Sesungguhnya ALLAH Bersama Kita. " Mahasiswa IAIN Jember"

Selanjutnya

Tutup

Money

Diskriminasi Petani Beras di Indonesia

24 Oktober 2016   12:34 Diperbarui: 24 Oktober 2016   12:44 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup tidak terlepas dari yang namanya konsumsi, hal ini dibukatikan dengan semakin meningkatnya permintaan pangan si seluruh dunia. Berbicara masalah pangan, beras adalah bahan pangan yang paling banyak diminati karena sudah menjadi keburuhan primer bagi sebagian masyarakan di seluruh dunia khususnya dibenua asia terlebih lagi di Negara kita. Di Indonesia, beras menjadi produk pangan terpenting terutama mayarakat tanpa terkecuali.

Beras sanga cocok dibudidayakan di Indonesia, karena Indonesia termasuk Negara agraris yaitu Negara yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani. Hal ini dibuktikan dengan adanya banyak lahan pertanian diwilayah-wilayah pedesaan dan yang mengelola pertanian tersebut ialah masyarakan menengah kebawah.

Negara Indonesia menjadi Negara penghasil beras terbesar ke-3 setelah China dan India dan disusul oleh dua Negara tetangga yaitu, Bangladesh dan Vietnam. Meskipun Negara Indonesia menjadi salah satu Negara pengahasil beras terbesar didunia ke-3, namun pada kenyataannya Indonesia masih menjadi Negara importer beras dari Negara lain terlebih lagi Negara tetangga yaitu Vietnam. Hal ini disebabkan karena petani-petani Indonesia masih menggunaka cara atau teknik peratanian yang dinilai masih belum optimal, terlebih lagi konsumsi baras yang semakin meningkat pertahunnya atau pertmbuhan penduduk yang semakin meingakat. 

Tentunya pemerintah sudah mengusungkan agar petani lebih produktif. Pemerintah melakukannya dngan dua cara yaitu mengembangkan inovasi-inovasi agar petani lebih mudah dalam mengolah pertanian mereka. Selanjutnya pemerintah mengeluarkan pupuk-pupuk bersubsidi agar supaya hasil pertanian menjadi lebih berkualitas dan menjadi produk unggul. Namun hal ini masih belum bisa dikatakan efektif karena hal ini tidak didukung oleh kemampuan petani dalam membeli bahan-bahan serta pupuk-pupuk barsubsidi yang dicanangkan pemerintah.

Akibat dari pencanangan pemerintah yang dinilai kurang efektif serta populasi penduduk di Indonesia kian meningakat yang otomatis meningkat pula keonsumsi masyarakat terkait produk beras itu sendri. Oleh karena itu KADIN atau kamar dagang dan industri Indonesia dan perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia baru-baru ini mengadakan program kemitraan dengan para petani penghasil beras yang bertujuan meningkatka produktivitas khususnya beras dengan program-program pendanaan untuk menggunakan teknologi terbaru yang tentunya inovatif.  Hal ini bardampak positif terhadap peningktan produktifitas meskipun hal ini masih belum memperlihatkan progress yang signifikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun