Mohon tunggu...
Zul Majjaga
Zul Majjaga Mohon Tunggu... Politisi - Kalolona Syamsul B Majjaga

Belajar itu menulis apapun yang memungkinkan untuk di sempurnakan oleh orang lain

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pemilihan dan Jurnalis Pemilu

21 Oktober 2020   18:13 Diperbarui: 21 Oktober 2020   18:15 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
int (wajah) tak berwajah | sumber: pinterest/malak476


Pemilihan umum kepala daerah sedang berlangsung, bagaimana pemberitaan anda?  Semoga tidak sekacau alur dan kerangka tulisan ini. 

Sebagian besar gerbang pertama yang keluar di sela - sela  aktivitas  para kandidat, mayoritas akan memainkan  subgenre baru, seperti  kritik pada pesaing yang di poles  dengan kegagalan, informasi kecolongan dan inspirasi dari kesalahan.

Bahkan, situasi sekarang, cenderung gagal memberi tahu nalar sadar kita, kontur dari apa yang salah pada tahun tahun pemilu sebelumnya, Fakta bahwa  

Jurnalis dan media saat ini masih terlalu berfokus pada kepribadian dan pemungutan suara ketika mereka seharusnya lebih memperhatikan masalah yang penting bagi pemilih; mereka membiarkan wajah calon  mendominasi liputan , hingga merugikan pemilu sebagai seleksi kepemimpinan.


Satu sisi  lain masyarakat di harapkan  lebih serius, baik dalam memilah  maupun memutuskan ; dan, ketika semuanya sudah berakhir menjadi pilihan, mereka menyalahkan kembali warga masyarakat dan cenderung melupakan  pragmatisme akut politisi.

Kandidat dan pasaingnya apa yang mesti dilakukan.

 Saya menyebut nya dengan  gerakan mendukung kampanye pelaporan publik, gerakan stimulus dari ruang berita  yang cenderung mengabaikan dan ahirnya malah tidak mengakui kegagalan mereka sendiri untuk menganalisis isu-isu yang pantas mendapat perhatian.


Menurut saya, ini adalah  hal terbesar dari apa yang salah dengan cara media dalam liputan jurnalisme politik; wartawan berfokus pada kereta dayangnya ( selalu tidak menyebutkan kata ' publik'  daripada pada apa yang dia 'calonya' katakan; mereka memoles  respons kontropersi kurang nyama  berada di sekalilung yang menaungi pemberitaan kandidat.  

Media terlalu sibuk mengalihkan kandidat yang nampak terlalu bosan dengan  kalimat - kalimat kampanyenya, daripada mengelolah narasumber dan pengakuan masalah kebijakan dalam mempertimbangkan gagasan serius dan terperinci  tentang cara mengelola kehidupan sosial.

Fakta; Narasi cenderung mengarang sumber

 "Misi dari cakupan kampanye pemilihan seharusnya bukan untuk menentukan siapa yang akan menang, tetapi untuk menanggapi secara cerdas apa yang diinginkan dan perlu diketahui oleh para pemilih. 

" saya mengatakan, inilah misi Sederhananya, Mungkin tampaknya tidak masuk akal, tapi makna elektoralnya kenyataannya jauh dari masuk akal ."

Sekarang, apalah Anda tidak bertanya-tanya, apakah ada yang mendengarkan; da apakah ada yang ingin memulai ini,  pastilah para kandidat, penulis,  Timses , dan lembaga  terkemuka, yang  berpartisipasi dalam, liputan sejauh ini telah melihat dan semoga mencerna ini sebagai kritik dari perjalanan kampanye 2020.  

Seaya percaya, setiap orang  yang nongkrong di media sosial, itu saja belum cukup . Namun, sejauh ini setidaknya, mereka tampaknya mengabaikan satu hal dalam berita politik; " Apakah ini sekedar untuk klik atau karena kemalasan dan kegagalan imajinasi '

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun