"....Apa yang mengagetkan bagi warga Bulukumba - Sinjai adalah bahwa banyak warga masyarakat pada pemilihan anggota DPRD 2019  di libatkan, bukan hanya jual beli dukungan politik, melainkan juga suatu jenis praktik jual beli yang mungkin bisa ditemukan dalam rumah gadai yang nyata, dengan alat tukar berupa doktrin kesukuan, sampai agitasi janji budaya  '. " (  Janji kampanye 2019 for Sale )
***
Saya membaca tanda - tanda ini di sela-sela silaturahmi bersama  mayoritasi simpul tokoh politik di halaman kantor KPUD Kabupaten Bulukumba beberapa hari yang lalu.Â
Perbincangan tentang Pemilihan Umum Kepada Daerah Kabupaten Bulukumba 2020, kami ekspresikan dengan mencandai pemilu legislatif 2019 bersama semua  tipu daya kenangannya.Â
Seperti biasa, kami terbelah dalam pilihan: sebagian memilih Kandidat  dengan alasan pembangunan butuh percepatan,  yang lainya menyukai Kandidat karena se profesi sebagai pengusaha, dan lain - lainnya.Â
Begitulah cara kami mengekspresikan perbedaan, meskipun kami merasa itu semua memang sudah hukumnya, Â politik meninggikan rasa kecewa dan beberapa meninggalkan rasa curiga. Â
Bagaimanapun riangnya dialegtika saat itu, tetap tidak bisa lepas dari naruli setiap politisi, kami hadir berdiri dan duduk ditempat yang sama buka karena kehendak bersama tapi karena satu  hal, tahapan Pemilukada.
Karena itu, ekspresi nalurianya adalah saat itu merupakan  momen terbaik untuk merasa, membincang sesuatu yang mendesak, sesuatu yang  memang  pantas  di mungkinkan kembali naik di rantai kenangan , karena itu, segalanya mesti di bicarakan ulang.  Janji Kampanye 2019 sebagai lampiran untuk tubuh pilihan pada Desember  2020.
Tema pilihannya  adalah tentang membicarakan kembali pilihan dan komitmen kampanye pada pemilu legislatif.Â
Ceritanya bermula  dari kegenitan untuk mengenang, mengenang  prestasi kerjasama politik. Ke - Bulukumba - An, Misi yang  memilih agenda  konsolidasi  Bulukumba.  "Bersatu solid memilih calon legislatif Bulukumba. ". Â
Apapun partainya. Bulukumba memilih Bulukumba adalah narasi yang dipandang sebagai alat ukur integritas Kebulukumbaan. Saat itu,  Benar!  Sebab orientasi harapannya adalah Penerataan Pembangunan, Proporsi Keterwakilan Aleg,  dan yang utama “ Menjaga dan Meninggikan kehormatan Warga Bulukumba di DPRD, “ . Tawarannya, saya kira sederhana:  pengabdian 5 tahun adalah  bentuk tertinggi penghargaan  yang terpilih kepada Masyarakat Bulukumba.Â
Faktanya.  Pemilu  Legislatif di menangkan oleh masyarakat Bulukumba secara sempurna. Posisi berbaik Bulukumba 5 - Sinjai 1. Selamat untuk kemenangan nyata Ke- Bulukumba - an kita.Â
Sejujurnya. Saya tidak kagum  pada pencapaian posisi 5;1  tersebut, tapi yang saya takjub adalah  cara elit merangkai strategi implementasinya. Seperti apa cerita itu dioperasikan secara Spartan  oleh warga Bulukumba. Bagaimana desain polarisasi strategisnya, dan sampai  pelaku elit yang membuat segalanya mampu melampaui kepentingan - kepentingan perseorangan di masa pemilu legislatif.?
Percayalah,  pencapaian itu bukan  perkara sederhana,  di saat  semua warga di mungkinkan untuk terlibat dan dilibatkan di kampanye pemilu legislatif,  dimana disaat segala ambisi/ kepentingan pribadi dengan mudah di dapatkan. Pemilu legislatif  dengan tawaran yang beragam, ada yang  jadi tim sukses ideologis, ada yang memilih menjadi timses  bayaran, ada yang memilih tidak memilih karena alasan tertentu, Adapula yang memilih cukup dengan di kasih uang, dan lainnya.Â
Rasanya pesta pemilu legislatif  2019 adalah yang terbaik dari pencapaian  anggota legislatif Bulukumba  yang pernah ada: Misi " Yang penting Bulukumba  bukan partainya," . Lalu. Bagaimana semua itu di jaga, dan seperti apa kita urai tanggung jawab politik  kewargaan kita ? Dan mungkinkah Masyarakat mempertanyakan itu?Â
Semua karena saat itu adalah pencabutan  Nomor Urut Pasangan Calon Bupati - Wakil Bupati Bulukumba 2020.Â
Dari kesemua bakal calon, dipastikan bertarung dalam tensi politik yang tinggi, Perang  Pilkada ;  untuk, agar, dan harus menang.  Apapun cara dan jalannya. Tujuan utamanya menang dan itu bisa ditempuh dengan cara apapun.  Bisa dengan memanfaatkan program yang ada untuk kampanye atau mencoba membuat janji atas kebijakan yang tak bisa ditunaikan oleh pejabat saat ini. Ibarat peperangan, maka Pemilu terutama Pilkada merupakan pertarungan dengan taktik apa saja.. Termasuk  soal Komitmen dan Janji  yang pernah terucapkan. legislatif  for Sale!Â
Klientisme merupakan konsep penting untuk memahami politik di Indonesia. Klintelisme politik terjadi ketika para pemilih, para penggiat kampanye, atau aktor-aktor lain menyediakan dukungan elektoral bagi para politisi dengan imbalan berupa bantuan atau manfaat material. Konsep yang membuat saya bisa memahami mengapa semua orang kemudian terlibat dalam ritual politik karena itu memang menjanjikan banyak harapan. Itu sebabnya kampanye golput jadi tak berarti banyak di tingkatan rakyat pada umumnya.
Memilih logika klintisisme  sebagai perbandingan Pemilu Legislatif 2019 dan Pemilihan Bupati 2020,  Untuk masuk menawarkan sudut pandang unik. Bagaimana sesungguhnya Standar Komitmen, Integritas dan  Bangunan kepercayaan itu dipersepakatkan. Ini penting!   Sebab terkait dengan komitmen,  yang kemudian  di gunakan sebagai salah satu dorongan penting  untuk melakukan  uji layak  secara  bersama dan berimbang antara warga Bulukumba  bersama Politisinya. Dan yang paling penting.  Ini menjadi pedoman bersama dimana setiap orang di turut sertakan dalam perbincangan dan tuntutan  gelaran Politik . Singkatnya, ada keinginan untuk mempertahankan memelihara komitmen dan menumpuk janji politik di pemilu, yang ini layaknya, di awali dari mendikte kualitas janji legislatif 2019  dalam misi Benteng Kehormatan Moral Ke-Bulukumba- An di DPRDÂ
Sejujurnya.  Itu memang bukan hal yang mudah. Sebab, tantangan utamanya adalah terbatasnya kekuatan kader dalam mempengaruhi/ mengeksekusi keinginan/perintah dari partai politiknya. Masalahnya, dipihak lain, Sebagai pemberi kuasa atas suara perwakilan,  posisi masyarakst sesungguhnya jauh lebih  Berhak untuk memgevaluasi atau mempromosikan serta mengevaluasi DPRD secara langsung.  Situasi inilah  yang mengoda naluri politik untuk mengatainya dengan kalimat pembuka ' Kemana suara DPRD kita 2020 ini?'
Pemilihan umum kepala daerah Kabupaten Bulukumba 2020 ,  adalah titik persinggungan dimana  membawa setiap warga dalam titik dilema; Memilih  Calon  atau  Menagih Komitmen. Kenyataan ini membuat tim kampanye kandidat akan lebih banyak menggunakan jejaring virtual dalam kompetisi politik, karena pilihan interaksi  langsung akan membuka rantai baru untuk mendiskusikan atau membicarakan kembali "Arah suara 2020. Dan Kepada siapa Nilai Tinggi Ke- Bulukumba- an kita di wariskan.Â
 Mungkinkah, Tarik - menerik kepentingan 2020 ini menawarkan konsesi baru aJanji 2019 - Harapan 2020 dengan melahirkan kesepakatan baru?
Apa menariknya pertanyaan ini. Setelah semuanya di mulai,  janji sudah terucapkan, pertarungan baru sudah  dimulai,  Tombol Partisipatif masyarakat kembali di aktifkan, Elit Lokal kembali berjanji.   Seperti apa anda membayangkan ritual politik 2020 itu di perhadap - hadapkan antara masyarakat dan Calon kepala Daerah yang diorganiser.Â
Saya curiga. Situasinya sesunguhnya adalah Ini  bukan sekedar ambisi kuasa, tapi  se - amanah apa setiap orang yang ber kebudayaan Bulukumba  setia pada kata - kata  yang terikat “ dalam janji budaya ".  Ingat, Politisi bukan lahir dari partai politik, tapi lewat jejaring kepercaaan warga  yang memiliki basis kuat dan terawat yang di cukupkan dengan jejak rekam dan citra diri untuk bertarung.Â
Terahir. Pesannya adalah Kalau politik bermuara pada transaksi dan basa basi harapan tanpa basis rekam jejak,maka apa harapan kita pada hasil Pemilukada Bulukumba 2020?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI