Mohon tunggu...
Zulkarnain Hamson
Zulkarnain Hamson Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Ilmu Komunikasi

Saya adalah dosen dengan latar belakang jurnalis selama 27 tahun

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Hari Tanpa Kekerasan

30 September 2024   08:22 Diperbarui: 30 September 2024   08:38 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dokumentasi pribadi


TANGGAL, 21 September, setiap tahun telah disepakati sebagai momentum peringatan Hari Perdamaian Sedunia. Penetapan momen Hari Perdamaian Internasional itu, pertama kali pada 1981, oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan pada tahun 2001.

Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi yang menyatakan bahwa 21 September juga akan menjadi "Hari Gencatan Senjata Global" sekaligus disebut "Hari Non Kekerasan", PBB menyuarakan agar seluruh negara-negara menghentikan sikap permusuhan selama setidaknya 24 jam.

- - - - - - - - - - - - -

Sosiolog kenamaan Indonesia, Profesor Soerjono Soekanto, menyebutkan: "Kekerasan (violence) itu adalah penggunaan kekuatan fisik secara paksa terhadap orang atau benda." Adapun kekerasan sosial adalah kekerasan yang dilakukan terhadap orang dan barang, dikarenakan orang dan barang  termasuk dalam kategori sosial tertentu.

Badan dunia World Health Organization (WHO), melalui laporan dunia tentang "Kekerasan dan Kesehatan" menuliskan batasan (defenisi) tentang kekerasan: "Penggunaan kekuatan fisik atau kekuasaan yang disengaja, baik berupa ancaman atau tindakan, terhadap diri sendiri, orang lain, atau terhadap suatu kelompok atau masyarakat, mengakibatkan atau memiliki kemungkinan besar mengakibatkan cedera, kematian, kerusakan psikologis (kejiwaan), perkembangan yang buruk, atau perampasan hak."

Selama ini cukup banyak teori tentang kekerasan, tetapi ada tiga yang lazim kita baca atau ketahui, a) "Teori Faktor Individual" sejumlah ahli berpendapat bahwa setiap perilaku kelompok, termasuk perilaku kekerasan, selalu berawal dari perilaku individu.

Agresivitas perilaku seseorang dapat menyebabkan timbulnya kekerasan, baik dilakukan oleh individu secara sendirian maupun bersama orang lain; b) "Teori Faktor Kelompok" para ahli mengemukakan pandangan bahwa individu cenderung membentuk kelompok, mengedepankan identitas berdasarkan persamaan ras, agama, atau etnik.

Dengan identitas kelompok itulah cenderung dibawa oleh seseorang ketika berinteraksi dengan orang lain. Menurut teori ini, kekerasan dapat terjadi akibat benturan antara identitas kelompok berbeda.

Terakhir, dikenal juga c) "Teori Dinamika Kelompok "teori ini beranggapan bahwa kekerasan itu timbul karena adanya kehilangan rasa memiliki (deprivasi relatif) yang terjadi dalam kelompok, masyarakat.

Dengan penjelasan bahwa perubahan sosial yang terjadi sangat cepat membuat sistem sosial dan nilai dalam masyarakat dianggap menjadi tidak seimbang. Pengaruh perubahan yang berlangsung secara cepat itulah kemudian dapat menyebabkan kekerasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun