PROFESI apapun, akan mengalami stagnasi atau dengan kata lain tidak bertumbuh, jika tidak disertai berkembangnya wawasan. Seorang montir (teknisi) mobil harus terus melakukan 'update' pada situasi terbaru perkembangan teknologi otomotif. Jika dia ingin bisa terus mengais rejeki dari profesi montir, karena teknologi otomotif bertumbuh seiring waktu. Mereka yang mengklaim diri profesional, tidak akan berdiam diri seperti "kodok dalam kubangan".
- - - - - - - - - - -
Kumpulan Bunga Teratai dalam kolam, teras cafe di depan meja tempatku duduk terlihat indah. Hampir sebagian besar negara Asia, terutama China, ada kepercayaan bahwa Bunga Teratai itu, simbol kejernihan hati dan pikiran, keberuntungan dan kehidupan, juga bisa melambangkan harapan, kelahiran, keindahan.Â
Pada umumnya Teratai bagian dari habitat air, Ikan, dan Katak. Pada masyarakat kita, Katak acapkali menjadi contoh bagaimana ilustrasi menggambarkan wawasan. Maka kalimat "Ibarat katak dalam tempurung" digunakan pada orang yang wawasannya sempit tidak bertumbuh. Atau "Tak ubahnya Katak dalam kubangan" guna menggambarkan orang yang kurang bergaul, dan dengan itu wawasannya juga tidak berkembang. Mereka yang kurang bergaul diistilahkan "Kuper" atau Kurang Pergaulan.
Wawasan sangat menentukan visi seseorang dalam mengolah situasi sosial dalam gerak kehidupannya, baik sebagai pribadi maupun pimpinanorganisasi. Jika saja wawasan itu tak bersentuhan langsung dengan kepentingan manusia lain, tentu bukan masalah, sebaliknya jika wawasan itu mulai terkait dengan nasib atau harkat, martabat seseorang terlebih publik (orang banyak), masalah serius akan timbul. Pemimpinlah yang terutama harus punya wawasan, kalau tidak maka hanya kerusakan yang ia akan lahirkan.Â
Pemimpin media, mutlak harus punyai wawasan kerja media, pemimpin kota harus punya wawasan perkotaan, dan pemimpin kampus harus punya wawasan akademik, bukan hanya semata manajerial (gonta-ganti posisi struktural) tanpa alat ukur jelas (kompetensi dan kredibilitas).
Satu dari banyak target pencapaian visi dan misi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) adalah membuka sekat wawasan, muaranya pada kualitas alumni dalam menjawab tantangan dunia kerja. Itu dapat kita lihat pada 8 (delapan) Indikator Kinerja Utama (IKU). Semua IKU hanya mungkin dicapai jika pimpinan Perguruan Tinggi (PT) berwawasan.
Suatu ketika saya diundang sebagai pemateri pada workshop guru di salah satu kabupaten, sebelum memulai kegiatan pilihan saya jatuh pada Focus Group Discussion (FGD), dengan peserta kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan wali kelas. Hal itu penting menangkap dinamika, memahami peta masalah dan mengelaborasi wawasan para pimpinan sekolah. Barulah bisa memulai model pendekatan bagi guru, tentu disesuaikan dengan wawasan mereka.
Khusus di PT terutama swasta (PTS), terjadi dikarenakan kemapanan setiap PTS berbeda, maka sulit bisa dapat dengan tepat untuk menjajarkan antara PTS kecil dan yang besar dari sisi keuangan dan Sumber Daya Manusia (SDM). Ambil contoh upaya kuat menaikkan standar PTS menuju unggul.Â
Tanpa dukungan pembiayaan dan kualifikasi SDM, hal itu hanya jadi mimpi (harapan) tanpa bisa diwujudkan. Membangun kemitraan internasional baik sesama PT maupun lembaga lainnya, disertai syarat-syarat dimana pemenuhannya tidak mudah. Membuka kelas internasional atau menerima mahasiswa luar negeri, dibutuhkan sejumlah syarat jaminan, bukan hanya itu ketersediaan SDM dosen dan Tenaga Non Kependidikan (Tendik) adalah syarat utama.