Mohon tunggu...
Zulkarnain Hamson
Zulkarnain Hamson Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Ilmu Komunikasi

Saya adalah dosen dengan latar belakang jurnalis selama 27 tahun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Akal & Pengalaman Hidup

2 September 2024   22:50 Diperbarui: 2 September 2024   22:54 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dukumentasi pribadi

BERJALANLAH maka engkau akan bertemu banyak manusia, bermakna dengan itu wawasan dan jiwa, juga ikut bertumbuh. Pendidikan bukanlah sekolah, ia adalah sejumput peristiwa hidup yang dialami dan dijalani, melalui persentuhan diri kita dengan lingkungan dan manusia-manusia, baik maupun buruk, begitu barangkali yang dimaksud Aristoteles, filsuf kenamaan dunia melalui kalimatnya.

- - - - - - - - - - -

Waktu menunjukkan pukul 23.45, sebentar lagi hari berganti, saya masih membaca berita demonstrasi mahasiswa yang berujung ricuh, mereka berteriak meminta kekuasaan untuk tunduk pada kehendak rakyat. Ada juga berita mahasiswa tepat di depan kampus tempat saya mengajar berdemo, isunya berbeda dengan kawan-kawan mereka di flayover. 

Berita dua demonstrasi itu, saya baca dan ternyata ditengarai mahasiswa disusupi kepentingan lain. Isi berita menyebutkan ada agenda merusak citra Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sulsel, sedang di kampus saya ada agenda merusak citra Dekan. Benarkah demo mahasiswa disusupi kepentingan lain?. Saat saya menjabat Wakil Rektor IV tahun 2019-2021, di Universitas Indonesia Timur (UIT), saya semakin paham bagaimana pola demonstrasi sering terjadi.

Saya mencoba kembali ke tahun 1992, di kampus Universitas Hasanuddin, ketika masih mahasiswa, kerusuhan besar pecah karena mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), sedang bersiap menghadapi mahasiswa Fakultas Teknik. Masalah timbul akibat arak-arakan penyambutan adik-adik Mahasiswa Baru (Maba) FISIP yang diajak senior berkeliling kampus dipimpin Jasruddin Djabbar memicu kemarahan mahasiswa Teknik. 

Maka mulai terjadi ketegangan, dan berujung pada terbakarnya kampus Teknik. Sehari sebelumnya, karena Senat Mahasiswa kosong (dibubarkan), maka sebagai pengurus lembaga kemahasiswaan, Ketua Korps Mahasiswa Ilmu Komunikasi (KOSMIK) saya diminta dosen Andi Sangkuru, menjabat.

Penunjukan Ketua Presidium Senat FISIP, didasari alasan, saya sebagai pemimpin lembaga setingkat Himpunan Jurusan (di bawah Senat), berusia lebih (angkatan 1987), sedangkan saat itu ketua-ketua himpunan jurusan lain, dijabat angkatan 1988. Pengukuhan berlangsung di ruang belakang sospol, menjelang magrib, dan oleh dosen Andi Sangkuru, saya ditugaskan menemui pimpinan mahasiswa Teknik, terutama ketua Opspek agar pembagian area jemput adik-adik Maba Sospol tetap di Pintu 1 Unhas. Sehari sebelumnya panitia Teknik, sudah mengancam akan ribut jika Maba Sospol masuk melalui Pintu 1. Singkat cerita akhirnya pertemuan disepakati di depan Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM), Teknik diwakili Gope bersama 5 rekannya, saya datang bersama 4 junior.

Negosiasi dengan kawan Gope, berlangsung alot, saya sedikit lebih mengalah dengan nada rendah, sebaliknya Gope yang dikenal jago berkelahi tetap dengan nada tinggi. 5 mahasiswa Teknik yang ikut bersama Gope, satu diantaranya memegang stik softball, dua lainnya memegang tongkat, saya mulai membayangkan batok kepala saya dihajar pakai alat itu. 

Tetapi Amir Saripuddin dan 3 rekannya tidak kalah ngotot, tanpa saya ketahui rupanya di pinggang mereka terdapat badik. Sungguh sesuatu yang sangat mendebarkan membayangkan jika saja, saat itu terjadi adu fisik. Tubuh saya yang kecil akan bonyok dihajar tongkat. Nego itu berjalan buntu, dan kami tetap bertemu di Pintu 1.

Arak-arakan adik Maba sospol mulai ricuh saat mahasiswa fakultas Teknik menyerbu, sebagai ketua Presidium Senat, saya tak bisa mengelak harus berada di depan gedung pusat bahasa Unhas, menerima serangan pertama. Kata dosen Andi Sangkuru, "Kalau kau lari saya tempeleng mukamu" dan hasilnya saya terus bertahan sampai akhirnya  kerusuhan membesar, mahasiswa Sastra, dan Ekonomi juga Hukum mulai bergabung, Teknik terdesak dan diserang masuk ke kampus mereka. 

Situasi sangat mencekam, menjelang pukul 02.00 dinihari, api menyala dari lantai 2 kampus Teknik. Sejumlah tentara bersenjata lengkap merangsek masuk, saya masih berdiri tepat di depan gedung rektorat, dalam gelap, tiba-tiba sebuah lengan menarik saya.

Karena gelap gulita, saya tak paham siapa yang menarik lengan saya, tetapi pria berbadan tegap itu berkata "ayo pulang sekarang". Cengkeramannya terlalu kuat untuk bisa dilawan, juga tenaga sudah tak ada sejak pagi dan sore hingga subuh melayani lemparan batu dalam kerusuhan itu. 

Saya dibawa menyelinap diantara pohon jati, menuju belakang asrama mahasiswa, menerobos ppagar asrama tentara dan keluar di depan Pesantren samping Kantor Dinas Pendidikan Sulsel. Ayah saya sudah menunggu, dan Intel polisi itu kembali ke kampus, hingga saat ini saya tak habis mengerti bagaimana dalam gelap gulita saya bisa ditemukan. Tetapi hati ayah saya dan doanya adalah penuntun, sesaat setelah saya keluar, konon kampus dibersihkan, sejumlah kawan ditangkapi, bahkan ada yang cacat seumur hidup.

Kembali ke peristiwa terbakarnya kampus Unhas, saat pagi ramai berita koran menyebutkan insiden pertikaian mahasiswa antar fakultas di Unhas, disusupi kepentingan luar. Rektor Unhas Profesor Basri Hasanuddin, sedang dihambat karirnya untuk naik ke posisi Dirjen, sedangkan Panglima Kodam VII, Sulsel H.Z. Basri Palaguna juga sedang dirusak citranya, saat itu menjelang pergantian Gubernur Sulsel, kedua tokoh itu adalah figur yang ramai di bicarakan dan digadang-gadang akan maju. Saya mulai terfikir, apakah benar gerakan demo atau pertikaian mahasiswa bisa disusupi? 

Tetapi saya selalu percaya semua bisa terjadi. Saat akan usai memberi kuliah, saya selalu menitipkan pesan bijak pada mahasiswa, "jadilah manusia yang berakal" juga "banyaklah berjalan dan bergaul" agar pikiran dan wawasanmu bertumbuh. Terpenting "Kalian tidak boleh disusupi kepentingan lain."

Watampone, 28 Agustus 2024
Zulkarnain Hamson            

Ketua KOSMIK Unhas 1991-1992.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun