BERSIHKAN meja dari sisa makanan, remah-remah kue gelas-gelas kosong dan tissu bekas lap mulut. Rombongan berikut akan masuk ruangan, mereka akan menempati meja yang sama. Semoga saja tak ada botol minuman keras, yang didapati usai isinya diteguk oleh mereka yang sudah kenyang dan akan pulang tidur. Akhir kekuasaan ibarat pesta besar yang baru saja usai. Diawali pesta demokrasi dan kita semua menyebutnya sebagai Pemilihan Umum (Pemilu).
- - - - - - - - - -
Sampai di ujung kisah kekuasaannya, tak satupun tokoh tersenyum, beberapa diantaranya berakhir pilu. Bukan rakyat dipimpin menangis sedih, tetapi sang tokoh yang menangis kesepian. "Post power Syndrome" atau sindrom pasca kekuasaan, adalah kondisi dimana ketika seseorang hidup dalam bayang-bayang kekuasaan yang pernah dimilikinya dan belum bisa menerima kenyataan hilangnya kekuasaan itu. Post power syndrome sering dialami oleh orang yang baru saja memasuki masa purna tugas (pensiun). Pribadi yang kerap terlihat garang, tiba-tiba melo. Saat memasuki pintu pensiun, orang tidak hanya kehilangan pekerjaan yang dicintainya, tetapi juga segala bentuk penghargaan diri yang mereka dapatkan saat masih bekerja, seperti puja puji, rasa hormat, dan rasa dibutuhkan orang lain.
Lihatlah Pemimpin Besar Revolusi, Panglima Tinggi, Proklamator, Presiden pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno, di peralihan kekuasaan hingga wafat, Sang Proklamator, Bung Karno harus kehilangan kekuasaannya, juga menjadi awal kehidupan senja Soekarno hingga wafatnya 21 Juni 1970, demikian Martinus Danang menuliskannya. Salah satu faktor utama penyebab jatuhnya era bentukan Bung Karno, Orde Lama (ORLA) adalah adanya peristiwa tragis Gerakan 30 September (G30SPKI). Ini adalah peristiwa yang terjadi pada 30 September malam, membuat gugurnya jenderal dan perwira Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Masyarakat pun mulai melakukan demonstrasi menuntut agar organisasi pemicu G30S dibubarkan saat itu juga.
Jenderal Besar TNI (Purn.) H. M. Soeharto, lahir 8 Juni 1921, wafat 27 Januari 2008, adalah Presiden kedua Indonesia yang menjabat dari tahun 1967 hingga 1998 (terpanjang dalam sejarah Indonesia). Usai ia mengambil alih kekuasaan dari Presiden Soekarno, Indonesia menemukan era Orde Baru (ORBA) bentukannya. Pesta berakhir, dan Presiden Soeharto mundur dari jabatannya pada 21 Mei 1998 setelah runtuh dukungan politik untuk amanah kepresidenan yang didudukinya selama 32 tahun. Presiden Soeharto didera tekanan politik dan juga hukum, tuduhan penyelewengan ratusan triliun uang negara, hilangnya peran besar politik dan juga ekonomi bagi anak-anak beliau, Jenderal Soeharto berakhir dalam kesepian. Penguasa Indonesia yang paling disegani di Asia itu hidup dalam kesepian.
Wakil Presiden Habibie kemudian mengambil alih kursi kepresidenan dari Soeharto. Bernama lengkap Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie atau lebih dikenal sebagai BJ Habibie, presiden ketiga RI. Ia menjabat sebagai orang nomor satu RI selama 21 Mei 1998 hingga Oktober 1999. Ini menempatkan Habibie sebagai presiden Indonesia dengan masa jabatan tersingkat, yakni 1 tahun 5 bulan. Menyumbangkan agenda baru dikenal luas sebagai Era Reformasi, menghilangkan diskriminasi bagi suku Tionghoa, kebebasan pers, penegakan hukum, memberi hak merdeka bagi Provinsi Timor Timur, akhirnya, pada Sidang Istimewa MPR 13 November 1999, kuasa berakhir, pidato pertanggungjawaban B.J. Habibie ditolak MPR. Habibie wafat pada 11 September 2019 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Jakarta, gagal jantung.
Masa kepresidenan K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dimulai 20 Oktober 1999 dan berakhir pada Sidang Istimewa MPR tahun 2001. Tepat 23 Juli 2001, sejumlah kawan-kawan Gus Dur, pejuang reformasi disebutnya sebagai 'penghianat' karena mereka kembali 'menggoyang' kursi kepemimpinan yang diduduki Gus Dur. Tokoh pluralistik Indonesia itu dipaksa keluar malam hari dari Istana negara, hanya dengan memakai piyama (baju tidur), istana yang ketika itu ditempatinya bersama keluarga, sebagai tempat kediaman resmi presiden. Mandat dicabut MPR, mantan ketua Tanfidziyah (badan eksekutif) Nahdlatul Ulama (NU) yang disegani dan humoris itu berakhir sepi, Gus Dur ketika itu seperti dipermalukan.
Agenda reformasi peninggalan B.J. Habibie, yang diamanahkan kepada Gus Dur, baru saja akan dimulai satu diantaranya mengeluarkan Polri dari institusi Tentara Nasional Indonesia (TNI), riak-riak menyertai banyak kebijakan Gus Dur. Seperti Presiden Suharto, turunnya Gus Dur menaikkan Wakil Presiden Megawati dari tahun 2002 hingga 2004, agenda reformasinya sangat kuat, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dibentuk, banyak lagi lembaga independen lahir, Megawati optimis akan mampu memangkas lingkaran rumit korupsi. Sejumlah kasus korupsi mendera, antara lain penyimpangan dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang melibatkan sejumlah pejabat BI tahun 2003. Kasus itu ditengarai merugikan negara sedikitnya Rp30 triliun. Megawati kalah telak, saat Pemilihan Umum (Pemilu) langsung Presiden.
Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terpilih menggantikan Megawati, seperti 'pesta' sebelumnya, SBY yang rajin menyanyi dan baca puisi itu, mengungkapkan bagaimana situasi pemerintahannya saat akan berakhir pada 2014 lalu. SBY menuturkan, dirinya mendapat banyak serangan dari pihak tertentu (lawan politik). "Saya memang ingin betul di akhir masa bakti saya sebagai Presiden bisa membangun tradisi politik baru untuk negeri kita yaitu transisi pemerintahan dari saya dulu ke pemerintahan Presiden Jokowi sebagai presiden yang terpilih," tegas SBY, demikian ditulis situs berita Kumparan. Memutuskan 'naik gunung' (menarik diri dari hingar bingar politik), dan saat putranya tersingkir dari kursi kandidat calon wakil presiden, beliau 'turun gunung.' Mungkin juga di atas gunung sepi, tak ada pesta.
Kurang lebih dua bulan sebelum Presiden Ir. Joko Widodo (Jokowi) akan berakhir dan turun dari kursi kepresidenan, serombongan motor dikendarai anak-anak milenial bersamanya, ada beberapa artis ikut serta diboyong menjajal jalan mulus di area kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN) atau Ibu Kota Baru (IKB), malamnya mereka menyanyi dan tertawa-tawa gembira.Â
Pesta di hutan tentu berbeda dengan di istana, orang hutan, monyet, nyamuk rawa di lahan gambut menjadi saksi bisu, sebentar lagi pesta akan berakhir, mungkin rombongan berikut yang akan menyiapkan pesta baru, tetap memilih  menggelar acara di Jakarta sebagai Ibu Kota Lama (IKL). Presiden terpilih Jenderal (Pur) TNI Prabowo Subijanto, kelihatannya tak sedang memikirkan pesta, di luar sana, para presiden negara besar sedang sibuk 'mengasah pedang' menyiapkan pesta lebih besar bernama Perang Dunia ke-3. Akan banyak duka nestapa. Wallahu A'lam.
Hertasning Baru, 6 Agustus 2024
Zulkarnain Hamson
Penonton setia pesta para tokoh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H