SAHABAT usil Nabi Muhammad SAW bernama Nu'aiman bin Ibnu Amr bin Raf'ah. Seorang sahabat dari kalangan Anshar, termasuk dalam kalangan 'Ashabul Badr'. Sebab, Nu'aiman pernah ikut turun dalam peperangan Badar (berjihad) bersama Rasulullah saat berkecamuk perang besar itu. Berkarakter pemabuk, sebelum kaffah (bertaubat) ia pernah menerima hukum cambuk 40-60 kali, sebagai akibat dari kebiasaan buruknya.
- - - - - - - - - - -
Kisah Nu'aiman banyak diabadikan sebagai hikmah, pelajaran bahwa dalam berdakwah, Rasulullah lebih mengedepankan sikap dan perilaku bukan semata kalimat dan kata-kata. Diantara banyak sahabat, kehadiran Nu'aiman memberi warna tersendiri bagi Nabi dan para sahabatnya. Â
Diantara 'kenakalan' itu ia pernah mengajak makan Rasulullah dan para sahabatnya, usai makan Nu'aiman berkata "Wahai Rasulullah inilah penjualnya silahkan dibayar." Tentu semua yang makan terkejut, karena Nu'aiman yang mengajak makan. Sembari berkata "Mana mungkin saya membayarkan para tokoh, sedangkan saya hanya seorang pengangguran." Kelakuannya itu disambut tawa Rasulullah dan sahabat-sahabatnya.
Karena pengangguran maka kerap ia diajak para sahabat dalam perjalanan berdagang. Suatu ketika Nu'aiman terlibat kasus "Menjual Temannya".  Cerita  ini diriwatkan dari Ibnu Majah. Suatu ketika, Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiallahu Anhu (RA) pernah mengajak Nu'aiman bersama sahabat lain untuk berdagang.Â
Sahabat yang diajak itu bernama Suwaibith bin Harmalah. Jadilah mereka bertiga pergi ke Negeri Syam yang ketika itu merupakan daerah maju pada dalam perdagangan. Tibalah mereka di Syam, pada suatu hari menjelang siang, Suwaibith mendapat tugas menjaga perbekalan makanan mereka bertiga di perjalanan pulang pergi.
Matahari kian terik Nu'aiman merasa lapar, juga haus, dia menghampiri Suwaibith dan meminta satu potong roti saja untuknya. Tetapi karena Suwaibith terkenal sangat amanah dan kukuh memegang janji, sehingga mendapatkan amanah untuk menjaga makanan, Suwaibith menolak permintaan Nu'aiman. Hingga kemudian Nuaiman berkata, "Jika begitu, berarti kamu juga setuju saya menempuh jalan lain."Â
Nu'aiman yang terkenal usil dan berakal panjang mulai 'beraksi' dengan menjual Suwaibith di pasar budak. Nu'aiman berjalan menuju pasar dan mencari tempat penjualan budak (hamba sahaya). Di depan kerumunan orang dia berteriak "Saya memiliki hamba sahaya yang murah dan berkualitas, saya ingin ingin menjualnya."
Sembari menambahkan bahwa satu kekurangan hamba sahaya itu adalah terus mengaku bahwa dirinya merupakan orang merdeka dan bukanlah hamba sahaya. Mendengar tawaran menarik itu, orang-orang pun berdesakan dan Nuaiman pun mengajaknya menuju Suwaibith, yang sedang duduk menjaga onta pembawa makanan mereka.Â
"Orang yang sedang menjaga makanan itulah hamba sahaya saya," ujar Nu'aiman pada mereka. Orang itu pun memberi uang pada Nu'aiman dan menghampiri Suwaibith untuk dibawa pergi. Tentu, Suwaibith terkejut dan mengatakan bahwa dia bukan hamba sahaya dan orang yang merdeka.