SEBUAH kisah hikmah saya peroleh dari konten digital Media Sosial (Medsos) dituturkan Syekh Hisyam. Itulah mengapa rajin bermedsos bukanlah hal yang negatif. Kisah itu terjadi di salah satu desa di sudut Kota Damaskus. Entah kapan kejadiannya, namun yang penting dari cerita itu, "Balasan surga Allah berikan kepada mereka yang berbaik hati membantu biaya belajar anak tidak mampu."
- - - - - - - - - - -
Suatu ketika dimasa lampau, seorang penggali kubur di Kota Damaskus, sedang duduk di bawah pohon menunggu order galian kubur jika ada yang mati. Menjelang siang seorang perempuan paruh baya menghampirinya dan memesan liang lahat, ia segera menyiapkan lubang kuburan. Tak lama kemudian keranda mayat datang diantar keluarga. Penggali kubur itu segera turun menyambut mayat itu. Saat kain kafan dibuka, penggali kubur itu tiba-tiba pingsan. Semua orang dipemakaman terkejut, setelah diberi minum ia siuman, lantas bercerita bahwa saat kain kafan dibuka, tiba-tiba sekitar kubur terang benderang, serombongan malaikat turun bagai kilat mereka mengangkat mayat itu ke langit, ia melihat taman surga yang indah dimasuki sang mayat.
Usai peristiwa itu semua orang pulang, penggali kubur itu menangis ketakutan bercampur gembira selama menjadi penggali kubur sampai usia 50 tahun lebih, baru kali ini peristiwa menakjubkan terjadi, banyak mayat yang dikuburkannya tak terhingga jumlahnya. Baru kali ini ia melihat ada yang turun menjemput mayat dari tangannya saat akan dimakamkan. Yang lebih mengejutkan lagi karena ia melihat sebuah taman dengan istana sangat indah dan wangi, disanalah mayat lelaki muda itu dimasukkan dan ia berjalan masuk kedalam taman yang dia yakini adalah taman surga. Peristiwa itu hampir ia lupakan, sampai suatu ketika beberapa bulan kemudian perempuan yang dulu mendatanginya memesan liang lahat kembali datang.
Dulu sewaktu ibu itu datang memesan liang lahat penampilannya terlihat tidak seburuk kali ini. Air matanya mengalir deras, sembari meminta agar digalikan lagi satu kuburan. Sembari berfikir lelaki penggali kubur itu mengerjakan galian pesanan perempuan yang kali ini datang juga tak ditemani kerabatnya. Setelah beberapa waktu berselang kembali keranda mayat terlihat dibawa ke arahnya. Ia kembali melompat masuk ke lubang menunggu mayat diturunkan. Saat kain kafan dibuka, peristiwa yang pernah terjadi kembali berulang. Rombongan malaikat turun dari langit, mereka bercahaya dan sangat wangi. Mayat lelaki muda itu diangkat perlahan dan mereka terlihat menjauh menaiki langit taman surga yang indah terbuka lebar, mayat itu bangun dan berjalan masuk meninggalkan rombongan malaikat penjemputnya.
Tetapi peristiwa kedua itu, lelaki penggali kubur tak sampai pingsan, ia hanya terpaku menatap semua peristiwa. Anehnya tak seorang pun dari keluarga dan kerabat mayat itu menyaksikan apa yang dia saksikan. Seperti biasa kafan berisi jasad mayit dia timbun dan ia segera mengejar perempuan yang datang memesan liang lahat. Dengan hati-hati ia berucap salam kemudian memberanikan diri bertanya. "Siapakah sesungguhnya mayat lelaki pertama beberapa bulan lalu, dan siapa yang barusan saja dimakamkan" demikian ia bertanya kepada perempuan itu. Sembari mengusap air matanya dia bercerita, bahwa ia memiliki 2 orang putra yang meninggal pertama adalah sang adik, ia seorang pembelajar dan berguru jauh dari kampung mereka. Semua biaya belajarnya ditanggung kakaknya, yang baru saja dimakamkan. Sekarang keduanya sudah tiada.
Perempuan itu bertanya kembali mengapa si penggali kubur itu menanyakan kedua anaknya. Maka ia bercerita bahwa kedua anak ibu itu istimewa, karena ribuan mayat tak pernah ia saksikan di angkat oleh serombongan malaikat yang turun dari langit. Usai perempuan itu pamit, lelaki penggali kubur itu beranjak pulang dan berhenti dari pekerjaan menggali kubur. Ia memutuskan mendatangi rumah seorang guru di Damaskus, dan meminta izin belajar sekalipun usianya sudah sangat tua. Tidak ada lagi santri yang berusia 50 tahun, hanya si penggali kubur itu saja. Syech yang disebut guru itu menerimanya dengan tangan  terbuka. Akhirnya si penggali kubur itu menjadi ulama besar, dan menurunkan banyak murid yang pandai.
Penggali kubur itu pergi ke Masjid Jami At-Taubah, mendatangi Syekh Said Al-Burhani. Ia kemudian dikenal sebagai Syekh Abdurrahman Al-Haffar (Haffar berarti tukang gali). Keturunannya kemudian juga menjadi ulama besar dan pecinta ilmu. Satu diantaranya dikenal bernama Syekh Abdur Razaq Al-Haffar. Pelajaran baik dari kisah ini; "Siapapun bisa mendapat derajat yang sama sepanjang ia mau menuntut ilmu secara sungguh-sungguh dan ikhlas." Cerita ini dituturkan Syekh Hisyam cucu dari Syekh Said Al-Burhani, sebagai pelajaran bagi siapapun bahwa pembelajar itu dan mereka yang membantu biaya belajar (sekolah) memiliki tempat terhormat di surga. Kekayaan tiada berarti tanpa keikhlasan berbagi pada mereka yang sedang menderita karena kekurangan biaya sekolah.
Makassar 9 Mei 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H