Mohon tunggu...
Zulkarindah Fida Roini
Zulkarindah Fida Roini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya adalah mahasiswi Prodi Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada

Saya memiliki hobi travelling, backpacker, dan berolahraga. Olahraga favorit saya adalah bulu tangkis.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Kuliner Sambil Mancing di Ledok Gebang

16 Desember 2023   21:09 Diperbarui: 24 Desember 2023   00:32 1154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aneka masakan seafood di Ledok Gebang (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Siapa sangka, di tengah perkotaan Yogyakarta ada spot mancing. Ledok Gebang namanya. Terletak di Dusun Krajan, Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman. Merupakan spot mancing sekaligus kuliner olahan laut yang sempat viral di Tiktok beberapa waktu lalu. Karena penasaran, saya tertarik mengunjungi rumah makan ini. 

Pada 26 November 2023, saya diajak teman untuk memancing di sela-sela kesibukan kuliah semester 5. Karena terdengar menarik, akhirnya saya mengiyakan ajakan tersebut. Saya langsung bersiap-siap dan berangkat ke Ledok Gebang. Saya berangkat naik sepeda motor dari kos. Perjalanan menuju Ledok Gebang memakan waktu kurang lebih 10 menit dari kos saya yang terletak di Jalan Kaliurang kilometer 5.

Saya tiba di lokasi sekitar pukul 11 pagi. Tiba di parkiran, saya langsung memarkirkan motor. Tempat parkirnya luas dan ada banyak pohon. Pohon-pohonn yang ada di parkiran membuat teduh sehingga panas matahari tidak begitu menyengat.

Setelah memarkirkan motor, saya segera masuk ke area pemancingan untuk menyusul teman. Ketika masuk, saya melihat ada kolam ikan buatan yang menyatu dengan alam.

Air kolamnya cukup jernih sehingga ikan-ikan yang berenang dapat terlihat dengan jelas. Lokasinya juga rindang karena dikelilingi oleh pepohonan. Angin yang berhembus terasa sejuk ditambah pemandangan kolam yang memanjakan mata. 

Pemandangan Ledok Gebang (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Pemandangan Ledok Gebang (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Karena rumah makan ini didesain sebagai kolam pemancingan, terlihat semua pengunjung memancing ikan di sini. Mereka menyewa pancing yang disediakan oleh rumah makan.

Bahkan ada juga yang membawa pancing dari rumah. Karena tidak memiliki pancing, saya menyewa pancing yang disediakan oleh rumah makan. Cukup membayar Rp 6.000,00 kamu sudah bisa menyewa pancing, karung, dan mendapatkan sebungkus pelet ikan. 

Konsep penataan rumah makan ini semacam rumah makan apung. Konstruksinya alami. Alas yang kami injak dan duduki terbuat dari bambu. Setiap gazebo, terdapat meja kecil untuk menaruh makanan.

Tempat makan berada di atas kolam sehingga tampak menyatu dengan alam. Pengunjung bisa memancing dengan nyaman di meja makan masing-masing. Ketika sudah memesan satu meja, kita masih bisa mondar-mandir mencari spot mancing yang lebih nyaman. Pengunjung diberi kebebasan untuk memilih lokasi memancing yang diinginkan.

Saran saya, pilihlah lokasi yang berada di tengah kolam. Jangan memilih tempat di tepi kolam karena sedikit ikan yang berenang hingga ke tepi. 

Sembari memancing, kami mengobrol dengan pengunjung lain. Kami memberi semangat satu sama lain. Waktu itu kami mengobrol dengan salah satu pengunjung, yaitu seorang ibu-ibu yang sedang memancing bersama keluarga kecilnya. Kami meminta tips agar dapat ikan.

Karena sudah hampir 2 jam memancing, saya dan kedua teman saya belum mendapatkan ikan sama sekali. Ibu itu memberikan beberapa tips, “Itu kailnya kurang dalem mba, dipanjangin dulu! Ditunggu dulu! Sabar, nunggu ikannya makan umpan dulu baru ditarik. Jangan buru-buru,”. Mendengar dukungan dan nasehat dari pengunjung lain, saya sangat senang. “Eheheh iya Bu, makasih. Saya belum pernah mancing soalnya,” saya menimpali Ibu tersebut.

Sayangnya, meskipun sudah dua jam, kami tetap tak kunjung dapat ikan. Meskipun begitu kami tidak menyerah. Karena normalnya, untuk memesan makanan kami harus mendapatkan ikan terlebih dahulu, baru ditimbang kemudian dimasak. Sebenarnya bisa saja langsung pesan, tapi kami merasa bahwa cara itu kurang seru. Jadi, kami memutuskan untuk terus memancing sampai dapat ikan. 

Suasana di Ledok Gebang penuh kehangatan. Tidak ada pengunjung yang datang sendirian. Rata-rata datang bersama keluarga ataupun kekasihnya. Namun, tidak sedikit juga yang datang bersama teman seperti saya. Semuanya memancing sambil mengobrol. Menghabiskan waktu bersama dan sejenak melupakan gadget.

Semuanya fokus memancing dan membangun hubungan satu sama lain. Bahkan ada segerombolan lelaki yang sampai menggali tanah dekat kolam demi mendapat cacing sebagai umpan ikan. Melihat mereka bersenang-senang, saya ikut senang. Kehangatan yang mereka sajikan cukup menghibur kemalangan saya dalam memancing. Bahkan saya ikut senang setiap kali ada pengunjung yang mendapatkan ikan. 

Suasana di Ledok Gebang membuat waktu terasa begitu cepat. Kami terlalu sibuk memancing dan menikmati kehangatan sekeliling sampai tidak terasa satu jam telah berlalu. Karena sudah terlalu lama, akhirnya saya dan kedua teman saya menyerah. Kami memutuskan untuk memesan langsung saja ke kasir.

Sesampainya ke kasir, kami meminta buku menu dan kertas pesanan. Saya sempat menanyakan menu best seller kepada karyawan yang berjaga. “Menu yang best seller di sini apa mbak? Saya bingung mau pesan apa. Kelihatan enak semua.” Dengan ramah, karyawan tersebut menjawab “Paling laris di sini nila bakar sama nila bakar pedas mbak.” Mendengar itu, saya langsung memantapkan diri memesan nila bakar pedas.

Kasir Ledok Gebang (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Kasir Ledok Gebang (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Setelah mendapat buku menu, kami kembali ke meja makan. Sejujurnya, saya cukup kaget ketika melihat harga per porsi masakan yang ada di menu. Menurut saya cukup mahal. Untuk ikan bakar atau goreng sendiri dibandrol dengan harga Rp110.000 per kilo. Sedangkan olahan seafood lainnya kurang lebih Rp 50.000 per porsi.

Waktu itu kami memesan Nila asam manis, nila bakar pedas, cumi goreng tepung, nasi putih, lalapan, dan sambal. Untuk minumnya, kami memesan es teh manis. Total yang kami bayarkan Rp 183.000. Bagi mahasiswa, jika ingin makan di sini, pastikan kamu berhemat di hari-hari sebelumnya agar keuangan tetap stabil.

Harga masakan hasil pancing (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Harga masakan hasil pancing (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Setelah menunggu kurang lebih 10 menit, minuman kami tiba. Karena haus, kami langsung mencicipi minuman kami ketika tiba. Es teh yang saya minum rasanya sedikit terlalu manis. Setelah menunggu kurang lebih satu jam, akhirnya makanan pesanan kami tiba. Sebelum makan, kami mencuci tangan terlebih dahulu.

Makanan yang pertama kali saya cicipi adalah Cumi Goreng Tepung. Hidangan ini tidak memiliki aroma khas, seperti gorengan pada umumnya. Penyajiannya polos tidak ada taburan atau pelengkap apapun. Tekstur tepungnya medium crispy. Tidak terlalu keras maupun lembek. Sehingga gampang digigit. Potongan cuminya besar dan lembut. Rasa asinnya pas.

Cumi goreng ini paling enak dicocol sambal. Sambal yang kami pesan cukup pedas dan cenderung asam. Pedas cabainya tidak terlalu menyengat karena sudah digoreng sebelumnya. Justru rasa tomat lebih mendominasi. Selain itu juga ada rasa gurih terasi yang bercampur di sambal. Teksturnya tidak terlalu halus melainkan lebih kasar berminyak. 

Cumi Goreng Tepung (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Cumi Goreng Tepung (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Sambal dan Lalapan (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Sambal dan Lalapan (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Hidangan selanjutnya yang saya coba adalah Nila Bakar Pedas. Aromanya manis khas bebakaran. Penyajian hidangan ini polos tanpa taburan atau pelengkap lainya. Ukuran ikannya sendiri cukup besar. Ukuran pas untuk satu porsi makanan. Dagingnya agak kering karena dibakar cukup lama. Ada bagian yang lembut dan ada juga bagian yang cukup keras sehingga susah untuk dipotong. Ketika dimakan, rasa pertama yang muncul adalah dominan manis. Namun, lama kelamaan akan terasa gurih dan pedas. Selain itu saya juga menemukan rasa kunyit pada hidangan ini. Hidangan ini cocok dimakan bersama nasi putih hangat. Bila tanpa nasi, menurut saya terlalu asin.

Nila Bakar Pedas (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Nila Bakar Pedas (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Hidangan terakhir yaitu Nila Asam Manis. Hidangan ini adalah yang paling enak menurut saya dan teman-teman. Aroma dominan dari masakan ini adalah saus tomat. Hidangan ini disajikan dengan potongan daun bawang dan bawang bombay yang ditaburkan di atas ikan. Ukuran ikannya pas untuk satu porsi. Tekstur ikannya juga lembut dan mudah dipotong. Untuk rasa, kami menemukan rasa asam dari tomat dan manis dari gula yang bercampur. Kuah asam manis ini sangat legit dicampur dengan nasi putih hangat. 

Nila Asam Manis (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Nila Asam Manis (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Overall, makanan di sini rasanya enak. “Wii kenyang banget, gapapalah gadapet ikan, yang penting kenyang,” ujar salah satu teman saya yang sudah lemas karena kekenyangan. Setelah merasa kenyang dan puas, kami memutuskan untuk pulang. Seru rasanya bisa makan sambil memancing di Ledok Gebang. Makanan yang ditawarkan juga beragam. Ada berbagai menu seafood.

Tempat ini cocok dikunjungi bersama teman, keluarga, kekasih, ataupun sendirian. Jika ke sini, saya sangat merekomendasikan menu Nila Asam Manis. Rumah makan ini dapat dijadikan referensi teman-teman yang ingin makan dengan suasana baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun