Memperhatikan apa yang sedang terjadi dan apa yang dilakukan Presiden Trump memang sangat kontras dan tidak selaras. Setidaknya ada tiga hal besar yang menjadi catatan sejarah Amerika Serikat di usianya ke-244 ini, yakni: Pandemi, Rasisme, & Konflik Bilateral.
Tren ini masih menunjukkan lonjakan saat kasus di beberapa negara lain perlahan menurun. Texas, Florida, dan Arizona menjelma sebagai episentrum penyebaran virus Covid-19 terbaru. Dari total infeksi 11 juta penduduk global, Amerika Serikat menjadi penyumbang angka infeksi virus Covid-19 terbesar di dunia.
Tabiat Gedung Putih serta sikap beberapa masyarakat Amerika Serikat dianggap menjadi dalang penyebab. Hal ini dibuktikan oleh fenomena dan kebijakan yang kontroversial.Â
Dari respon Gedung Putih yang terlalu meremehkan penularan virus, memutuskan hubungan dengan WHO, mengusulkan cairan disinfektan sebagai obat, menghimbau angka tes Covid-19 dikurangi, tidak mematuhi protokol kesehatan, hingga tetap menggelar kegiatan dan kampanye yang melibatkan massa yang besar.Â
Selain itu, aksi unjuk rasa menolak lockdown dengan dalih kebebasan justru mengancam dan menambah beban penanggulangan Covid-19 di Amerika Serikat. Atas apa yang sudah terjadi, Amerika Serikat tidak layak menjadi rujukan bagi negara-negara dunia dalam menyelesaikan pandemi Covid-19.
Gerakan ini kemudian dikenal sebagai Blcak Lives Matter. Mobilisasi massa dimulai dari Minneapolis sehari setelah kejadian. Kemudian meluas ke Atlanta, Detroit, New York, Washington D.C, dan 140 kota lain di Amerika Serikat.
Kasus George Floyd adalah gambaran diskriminasi rasial  sistemik yang terjadi di Amerika. Tidak heran peristiwa ini mengundang perhatian besar warga dunia.Â
Gelombang demonstrasi ikut bermunculan di Kanada, Inggris, Jerman, Belanda, Spanyol, Italia, Belgia, Brasil, Tunisia, Afrika Selatan, Australia, Jepang, Korea Selatan, Hongkong, dan beberapa negara lainnya.Â
Amerika Serikat sebagai negara multilateral yang beraneka ragam etnis dan ras serta ramah imigran menjadi role model negara-negara dunia dalam menyikapi kemajemukan.Â