Mohon tunggu...
Zulinna Zui
Zulinna Zui Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mimpi

2 Mei 2016   17:25 Diperbarui: 2 Mei 2016   17:25 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="poetry"][/caption]

Sekiranya ku rasa sangat jauh 

Ku coba beranikan menampakan wajah 

Kepada mereka yang ku tahu luar biasa 

Dan ku yakin 

Apakah ini berlebihan 

Tuhan 

Sejauh ini rasa berani ku sangat tajam 

Aku sisihkan dulu rasa malu 

Demi sebuah pencapaian kecil 

Hei kau 

Sudah sangat lama aku mendekatimu 

Bahkan menunda setumpuk malu 

Demi singgah di sisimu 

Demi dekat dan mencium harum aromamu 

Apakah kau tak sadar 

Sejak kemarin aku menangis 

Sebenarnya aku ini pemalu 

Tak bisa dengan mudah menyapamu 

Bahkan sekedar tersenyum pun rasanya berat 

Hei kau iya kau 

Berapa kilo yang kau mau untuk aku berlari lagi 

Lantas seberapa lama balasannya ? 

Seberapa banyak duri yang tertabur 

Lalu seberapa banyak penawarmu 

Apakah tuhan tahu 

Apakah Dia mendengar 

Malam itu aku tersedu  

Apakah Dia faham bahwa aku ingin menyerah ? 

Lalu mengapa masih menghidupkanku 

Ah apa semua ini 

Hai kau 

Setega itu menyeretku 

Membiarkanku diabaikan oleh mereka 

Iya mereka tak juga menganggapku ada 

Menganggapku semilir angin yang pasti berlalu 

Hai kau ,, iya kau 

Kau yang sejak tadi ku tegur 

Iya kau apakah kau tak mengerti 

Tolong untuk apa aku melakukan semua ini 

Mereka itu tak peduli 

Daun itu pun terbang tanpa menyapaku 

Lalu untuk apa aku berdiri 

Lalu menangis dan berteriak 

Seriak ombak laut yang menyapa pasir putih 

Apakah kau tahu diabaikan itu menyakitkan 

Apa maksudku 

Apa mau hatiku 

Hai apakah kau tak mengerti juga 

Aku ini berlari menujumu tapi bagaimana 

Kau sedikit mundur dan menjauh 

Membiarkan ku berjalan terus 

Memendam rasa malu yang berdiri layu 

Hai kau 

Tingkahmu berlebihan 

Berilah aku kesempatan mengeratkan tangan ku 

Beri aku setetes air 

Dan ijinkan aku duduk 

Lalu biarkan aku menganggapmu berarti dalam hidupku 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun