Mohon tunggu...
Zuliana dwiSafrita
Zuliana dwiSafrita Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa

haloooooo haloooo

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta atau Kebodohan?

3 Januari 2022   18:47 Diperbarui: 5 Januari 2022   06:45 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah kisah masa lalu yang membuatku mengerti akan artinya kata cinta, kesedihan, dan kepergian. Dia yang selalu ada untukku. Orang yang aku sayangi, pacar yang sudah aku anggap sebagai keluarga kedua. Pacar yang bisa seperti apa saja untukku. Teman, sahabat, bahkan saudara. Dia support system untukku. Entah apa jadinya jika ia pergi meninggalkanku. Tidak usah dipikirkan, lebih baik aku menikmati disetiap moment yang kita buat ini.

Seperti biasa, di pagi hari ia menjemputku untuk berangkat ke sekolah bersama. Kalau kalian Pikir hubungan kami sudah di ketahui oleh kedua orang tuaku. Kalian salah! Aku adalah seorang strict parents. Kedua orang tua yang sangat over protective. Mereka hanya tau bahwa Biru adalah temanku. Jika kalian berpikir mereka percaya dengan alasanku, tentu tidak. Mereka tetap menanyakan kebenarannya kepadaku. “Biru benar hanya temanmu?” kata mamah setiba aku baru turun dari tangga dan melihat ia sedang membersihkan sisa piring kotor di meja makan. “Iya, mah. Biru temanku. Kan mamah sendiri yang tahu dari mulut Biru”.

“Yang bener?” sambil menyipitkan matanya dan menodongkanku dengan centong nasi. Aku terkekeh. “Iya, mamah ku sayang. Udah ah introgasinya, aku berangkat dulu kasihan Biru udah nunggu aku.” Sambil menyalami tangannya, hanya ada Mamah di ruang makan yang berarti papa ku sudah berangkat kerja. “Assalamualaikum, mah“. “Wa’alaikum salam, jangan lupa langsung pulang kerumah. Nggak ada main-main ke mall atau kumpul-kumpul. Langsung pulang!”aku jawab dengan hormat tanda setuju.

“Hai, Bi”. Sapaku sambil menepuk pundaknya pelan. Selalu seperti ini, tampan dengan bibir pink yang aku yakin bahwa ia tidak pernah menyentuh nikotin, rambut yang lebat tapi rapih walau agak sedikit panjang seperti artis korea, alis tebal, hidung mancung, dan jangan lupakan rahangnya yang terlihat tegas itu. Aku perkirakan juga tinggi Biru itu 180cm. Untuk ukuran anak SMA seperti kita, Biru sangat tinggi. Jelas karena ia adalah seorang kapten basket di sekolah.

“Ngel? Hei”. Ternyata aku bengong karena terlalu memandangi Biru. “Malah bengong, mikir apa sih lo?” sambil menggaruk leher yang tidak gatal dan malu karena ketahuan bengong melihat ia. “Ah engga kok. Ayo kita berangkat nanti kesiangan”. Sambil mengambil helm yang ada ditangan Biru.

“Lo yang buat kesiangan. Bengong nggak jelas, makan waktu.” Ketus Biru, ia memang seperti itu. Omongan pedas sudah makanan sehari-hari untukku. Tapi soal kepedulian di saat aku susah tidak usah di ragukan. Ia menjadi nomor satu tentunya. “Iya-iya maaf, Bi. Emang nggak boleh kalo aku terpesona sama pacar sendiri?”

“Bawel.” aku tersenyum geli melihat dia salting.

♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡

Di malam Minggu seharusnya menjadi malam yang asik bagi remaja. Bertemu dengan pacar, keliling ke Kota Jakarta tanpa tahu tujuannya kemana, makan di gulai tikungan blok-m, nonton bioskop. Ah rasanya aku ingin sekali seperti itu sekali-kali. Tapi, bagaimana caranya untuk meminta izin kepada Mama, Papa. Berbohong? Bisa saja. Lagian aku juga jarang keluar malam.

Biru mengajak untuk keluar main, tapi entah kemana. Biru tahu bahwa aku memiliki orang tua yang over protect. Maka ia akan menunggu dengan sabar kabar dariku, bisa atau tidak. Aku dan Biru tidak pernah jalan pada malam hari. Selalu siang jika di hari libur atau sehabis pulang sekolah dengan alasan kerja kelompok. Entah ini memang kebetulan atau tidak, kita berdua selalu mendapatkan kerja kelompok yang sama. Oh iya, kita ini satu sekolah dan juga satu kelas lho.

Memberanikan diri untuk izin dengan alasan yang sebenarnya tidak salah karena memang aku juga ada keperluan dengan teman. Batas keluar rumah jam 9 malam, yang artinya aku harus sampai di rumah. Aku mengabari Biru bahwa aku bisa. Aku yakin ia pasti senang walaupun hanya membalas pesanku “otw”. gemas!

Pertama kali keluar rumah pada malam hari dengan Biru membuat senang. Aku pernah keluar rumah pada malam hari, tapi dengan Abangku yang mungkin masih berada di kampus. Ia sibuk karena mengurusi skripsinya. Membayangkan jika nanti lulus. Aku sudah memilih Universitas mana yang akan aku masuki. Tidak sabar untuk masuk ke dunia perkuliahan. Apa hubungan aku dengan Biru tetap? Semoga. Kenapa tidak satu kampus saja supaya hubungan kami tetap berjalan.

Ternyata Biru mengajak keliling Kota Jakarta, aku terpanah. Sebagus ini di malam hari. Gedung-gedung tinggi yang menyala dengan lampu membuat kesan yang indah, patung pacoran, hingga bundaran HI. Senang rasanya akhirnya bisa merasakan ini. Biru mengajakku makan di angkringan, bakso, eskrim. Entah kenapa ia sedang baik denganku akhir-akhir ini. Walaupun memang sebenarnya baik, tapi aku merasa bahwa ini lebih.

Kadang aku berpikir, bagaimana jadinya kalau aku tidak pernah mengenal Biru. Jujur saja setiap ada tugas yang berhubungan dengan matematika atau multimedia. Biru yang membantu, lebih tepatnya ia yang mengerjakannya. Karena aku bodoh di mata pelajaran itu. Biru menyerah di mata pelajaran bahasa Inggris. Aku lumayan jago di mata pelajaran itu. Jadi, kita kadang saling membantu satu sama lain.

Hubungan kami tidak hanya panggilan sayang-sayangan. Hubungan kita membuat semagat belajar, karena apa. Kita berdua bersaing dalam nilai. Ya, yang rangking di atas ia lah pemenangnya. Ide ini dimunculkan dari Biru sendiri yang aku terima.

Orang tua Biru sudah tahu bahwa aku ini pacarnya, sudah dari 3 tahun lama nya aku pacaran dengannya. Tetapi baru akhir-akhir ini aku berani untuk mengajaknya kerumah dengan alibi bahwa Biru hanya temanku.

♡ ♡ ♡ ♡ ♡

Ujian Nasional sudah dua minggu yang lalu berakhir dan aku sudah mendapatkan hasil akhirnya. Dengan Nilai Ebtanas 3.7 yang lumayan tinggi. Tapi tidak sesempurna Biru yang mendapatkan 4.0 seperti nilai IPK kuliahan. Graduation juga sudah di laksanakan minggu kemarin. Terakhir kalinya juga aku bertemu dengan Biru. Hingga saat ini aku tidak bertemu dengannya. Bukan berantem, tapi memang aku yang bingung harus beralasan apa kepada orang tua. Kalau dulu waktu sekolah bisa sering ketemu dan pulangnya bisa jalan. Kalau sekarang? Aku hanya sibuk mengurus Universitas yang akan aku masuki.

Biru marah, lebih tepatnya ngambek karena ia mengajakku jalan tetapi aku selalu beralasan. "Maaf, Bi". Hanya itu yang ku balas. Sudah 2 jam ia tidak membalas pesan dariku. Mungkin ketiduran atau sedang main game. Sambil menunggu pesan darinya aku menonton drama korea. Tidak terasa aku sudah menonton sampai 4 episode. Takut Biru mengabari dan tambah marah kalau aku lama membalas pesannya. Suasana hatinya sedang buruk itu juga karenaku, aku nggak mau membuatnya tambah buruk lagi.

Tidak ada balasan pesan darinya. Bahkan aku kesal, marah, cemburu karena ternyata ia sedang bermain dengan temannya. Aku melihatnya di story social media milik teman Biru yang sedang bersamanya. Bahkan posisinya sangat dekat dengan Ocha. Biru bercanda? Ia tahu bahwa aku sangat cemburu dengan Ocha, karena sikap Ocha seakan ingin merebut Biru dariku. Merasa bodoh karena positif thinking yang aku taruh terhadap Biru. Ku matikan handphone berusaha tidak peduli lagi dengannya.

Terkadang aku bingung dengan sikap Biru tidak memperbolehkanku berteman dengan laki-laki. Selalu menanyaiku dimana takut aku pergi main tanpa sepengetahuan darinya. Dia mengekangku. Aku merasa sikap ia begitu karena sayang terhadapku. Tapi lihat sekarang kelakuannya, egois!

Kami bertengkar, tidak ada yang mengalah satu sama lain. Biru beralasan bahwa Ocha hendak mengambil minum yang sialnya air itu di dekat Biru. Dan Biru yang marah karena postingan pada foto lama yang sedang berkumpul dengan teman lama yang tentunya banyak laki.

Dulu aku bebas dalam bergaul walaupun orang tua yang ketat terhadapku. Tetapi untuk teman bergaul di sekolah maupun rumah aku memilikinya. Semenjak mengenal Biru sudah tidak lagi. Bahkan teman lamaku menjauh secara teratur. Bukan mereka yang menjauh, tapi aku yang menjauh agar tidak menimbulkan masalah.

Aku sayang sama Biru. Semua sikap Biru aku mencoba untuk memahami. Walaupun seperti itu sikapnya, ia tetap care terhadapku. Karena memang Cuma ia yang aku punya. Teman sekolah hanya sebatas kenal. Biru adalah pacar, teman, bahkan saudara yang ku miliki saat ini. Tapi untuk saat ini aku merasa tidak adil. Kupikir ia sama sepertiku yang sudah tidak ada teman. Pemikiran bodoh, mana mungkin tidak punya. Sedangkan aku? Aku benar-benar sudah tidak memiliki teman. Biru selalu membantuku yang akhirnya membuatku bergantung kepadanya. Bagaimana tidak selalu membantu kalau ia selalu cemburu jika aku dibantu oleh teman. Aneh!

Mungkin benar hubunganku dengannya harus berakhir. Sakit rasanya di saat ia mengiyakan ajakan putus dariku. Aku berpikir Biru akan menahanku seperti sebelumnya. Mungkin ia sudah memiliki pasangan atau bahkan dekatan baru. Menaruh harapan kepada manusia adalah seni paling indah dalam menderita.

Sudah sebulan lebih aku putus darinya kita lost contact. Tapi aku tahu bahwa Biru baik-baik saja. Di lihat dari story sosmed temannya yang selalu menandai akun Biru walaupun tidak di re-post olehnya. Sungguh! Aku merasa ini tidak adil bagiku. Demi Tuhan, aku sakit hati melihatnya. Aku merasa bodoh selama 3 tahun ini. Aku merasa ia mengurungku dan menguncinya hingga akhirnya aku tak bisa keluar dari kurungan yang ia buat. Membuat aku bergantung, menyayangi nya, merasa hanya ia satu-satunya yang akan bersamaku, bodoh. Biru bebas, ia bisa seperti dulu. Tapi aku?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun