Perjuangan pendidikan memang tidak lah mudah. Perjalanan lika liku yang sangat panjang untuk memulai hingga menyelesaikannya.Â
Aku ingat betul, saat ayahku berhutang mengkuliahkan aku dan kakakku saat itu. Gaji buruh yang kecil, potongan tiap bulan hingga makan telur dadar dibagi tiga.Â
Orang tua berharap anak-anaknya tidak bodoh seperti mereka. Kata siapa mereka bodoh?
Bagi kami, orang tua kami master segala ilmu. Orang tua kami memanage semua dengan baik. Bagi mereka kami harus sekolah, berilmu dan berpendidikan.
Kami tiga orang kakak beradik.Â
Saat itu, adik yang terkecil masih jauh jaraknya. Jadi yang membutuhkan biaya terbesar adalah kami.Â
Kami senantiasa ingin memberikan yang terbaik. Belajar dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan nilai yang terbaik.
Kata Ayah, letihnya hilang saat kami memiliki nilai yang bagus. Hanya itu yang bisa kami lakukan.
Saat aku kuliah, dengan hutang yang sudah ada. Aku bertekad untuk tamat S1, kurang dari 4 tahun. Karna jangka waktu hutang hanya 4 tahun seingatku.Â
Dibalik perjuangan, ada dua kaki yang tak kenal lelah membawaku ke kampus. Sekitar 20 menit berjalan hingga kelas aku tempuh. Pulang pun seperti itu. Bagiku naik oplet akan menghabiskan uang, dan nebeng akan merepotkan orang lain.Â
Hari panas, hujan, gerimis, sepi ku lalui selama bertahun-tahun. Tujuanku tetap sama, tamat dengan cepat tanpa embel-embel tentunya belajar sungguh-sungguh.Â
Disaat teman menggunakan kendaraan dan hp mewah, aku masih menggunakan oplet dan hp biasa saja. Alhamdulillah aku masih bisa menggunakannya untuk mengupdate informasi kuliah.
Disaat teman nongki di cafe menunggu jam ganti, aku bersedia nunggu di kantin atau musholla karena kalau jalan pulang akan memakan waktu.Â
Yaaa begitulah aku di kampus. Namun, terkadang juga ada pastinya kami refreshing jika diajak itupun jarang sekali.
Bukan berarti hidup kuliah ku tidak berwarna.
Aku enjoy menikmati. Teman-teman yang baik, kisah kasih di kampus dan suka duka.
Namun, perjuangan ini tidak sia-sia. Saat semester akhir tiba aku menyelesaikan skripsi dengan target sebelum 4 tahun. Alhasil, dengan usaha dan penantian itu aku berhasil. Jika aku ceritakan bakal panjang nantinya. Hehe..
Pendaftaran wisuda sudah ku lalui. Alhamdulillah aku tidak bayar spp lagi. Tujuanku tercapai. Beban orang tua berkurang.Â
Sebelum wisuda biasanya ada acara Yudisium. Yaah karena biaya nya terjangkau aku ikutan, dengan baju gamis pink ku yg pernah aku pakai di kampus dan tanpa MUA dengan santai aku datang.
Aku sengaja tidak menyuruh orang tua datang, karena percuma kalo aku tidak maju ke depan sebagai pemuncak menimbang ongkos yang mahal. Jadi aku larang orang tua untuk datang.
Saat acara dimulai, ternyata nama aaku termasuk salah satu pemuncak jurusan di fakultas kampus ku.Â
Rasanya senang dan sedih.
Senang pasti dong. Gak pernah maju lagi sejak kelas 2 SMP tiba-tiba bisa maju di kampus.
Sedih. Karena ga didampingi orang tua.Â
Aku maju ke depan. Terima penghargaan. Gak pernah aku sangka sebelumnya. Dengan baju pinkku aku maju. Lucunya sempat berpikir, kalo aku make up pasti bisa foto nya bagus wkwkw..Â
Ternyata perjuanganku tidak sia-sia. Tapi ini berkat doa orang tua dan teman-teman yang senantiasa mendukung dan membantu aku sampai tahap ini.Â
Jadi, jangan menyerah hanya karena keadaan. Hadapi dan rasakan perjalanan itu. Jalan kaki berakhir di podium ku jadi saksi bahwa itu bisa terjadi juga pada kamu yang sedang berjuang.
Tetap semangat!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H