Mohon tunggu...
ZULIA PUTRI
ZULIA PUTRI Mohon Tunggu... Freelancer - 1995

Content writer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Musibah pada Hari Kelahiran

22 Agustus 2020   09:57 Diperbarui: 22 Agustus 2020   09:56 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam itu tepat pukul 21.30 WIB tanggal 18 Agustus 2020, aku sudah sangat mengantuk dan ingin tidur. Namun, hati begitu gelisah sejak beberapa hari belakangan ini. Akupun mencoba untuk tidur sambil menunggu adikku sampai yg dari kampung. 

Disaat kegelisahan malam, aku mencoba tidur lalu beberapa mimpi buruk ku alami dan tanpa ku sadari pukul sudah menunjukkan 23.00 adikku belum kunjung sampai dan mata semakin berat. 

Aku intip jendela rumah, hanya suara jangkrik yang terdengar karena tetangga sudah mulak masuk ke alam mimpinya. Sambil menunggu adikku, ku beranikan diri menuju dapur sambil membuat teh dengan hati dag dig dug tidak seperti biasanya. 

Lalu, adikku pulang dan sampai di rumah sekitar 23.30 wib. Akupun langsung menutup pintu, mengunci dan segala keamanan.

Malam itu memang tak seperti biasanya, kepala yg biasanya tidur di samping jendela malam itu tidak bisa. Akupun mencoba merubah gaya tidur ke tempat yang lain. Saat itu jauh dari jendela. 

Masih gelisah.

Mata tidak bisa tidur.

Tapi aku tidak sadar pukul berapa aku tertidur malam itu.

Esok subuh, rutinitas biasa alarm bunyi menuju kamar mandi. Saat kembali ke kamar, aku baru sadar ada yg kurang di kamar. Sejenak aku berpikir apa yang kurang.

Innalillahi. Laptopku lenyap. Aku beranikan diri intip sarung yang aku jepit untuk jendela kamar kontrakanku, ternyata sudah terbuka lebar.

Lalu, aku terdiam sejenak lalu membangunkan adikku yang tidur. Kami coba menenangkan diri dan sholat subuh berdua. 

Bisa bisa nya aku tidak sadar jendela dibobol, bisa bisanya aku sepulas itu. Kini hanya ada penyesalan diri dengan keteledoran ini.Ntah bagaimana cara memaafkan diri ini.

Laptop yang sudah kurang lebih hampir 10  tahun menemani susah senang. Segala perawatan agar tetap awet. 

Ditambah sedih lagi, hari itu adikku ulang tahun dan aku berencana akan mengajaknya untuk keluar walaupun hanya makan. Tapi semua sudah dibalut kesedihan dan penyesala  tiada tara.

Maling, jika tidak mau mengembalikan laptop di dunia. Saya tunggu di akhirat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun