Provinsi Jambi memiliki kontribusi yang signifikan dalam sektor pertanian Indonesia, dengan produksi padi yang mencapai 298.149 ton gabah kering giling pada tahun 2021. Sebagian kecil dari hasil tersebut, sekitar 1.368 ton, berasal dari Kota Jambi, di mana area persawahan di Kelurahan Olak Kemang menyumbang peran penting.
 Dengan luas area sawah sekitar 103 hektar atau 7,5% dari total luas sawah Kota Jambi, Olak Kemang memiliki potensi besar untuk mendukung ketahanan pangan. Namun, potensi tersebut terhambat oleh berbagai permasalahan.Â
Infrastruktur irigasi yang rusak, kurangnya keterampilan petani dalam perawatan sistem, hingga tantangan alam seperti perubahan intensitas curah hujan menjadi kendala utama yang menghambat produktivitas pertanian di wilayah ini. Oleh karena itu, diperlukan solusi inovatif yang tidak hanya dapat mengatasi masalah teknis, tetapi juga memberdayakan masyarakat setempat untuk mencapai keberlanjutan pertanian.
Sawah di Kelurahan Olak Kemang terletak di dataran rendah di utara Sungai Batanghari. Lokasi ini membuat sawah rentan terhadap genangan air saat hujan lebat dan kesulitan air selama musim kemarau. Sistem irigasi yang ada telah mengalami kerusakan sejak beberapa tahun terakhir. Gearbox pintu air yang rusak dan dinding embung yang tidak optimal membuat air tidak dapat mengalir dengan baik ke sawah.Â
Selain itu, pencurian komponen irigasi memperburuk situasi. Kurangnya pemahaman petani tentang perawatan sistem irigasi turut menjadi faktor yang memperparah masalah ini. Banyak petani tidak memiliki pengetahuan teknis untuk memperbaiki atau merawat infrastruktur irigasi, sehingga mereka hanya bisa mengandalkan cara-cara tradisional. Hal ini berdampak pada penurunan produktivitas, yang secara kumulatif mencapai 50,8% di Kota Jambi.
Sebagai respons terhadap tantangan ini, maka tim Pengabdian Kepada Masyarakat dari Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi mengadakan kegiatan pengabdian di Kelurahan Olak Kemang berupa merancang dan mengimplementasikan sistem irigasi tenaga angin sebagai solusi inovatif.Â
Teknologi ini memanfaatkan turbin angin untuk menggerakkan air ke sawah, tanpa memerlukan listrik atau bahan bakar fosil. Sistem ini dirancang agar ramah lingkungan, ekonomis, dan mudah dioperasikan serta dirawat oleh masyarakat setempat.
Irigasi Tenaga Angin" dan diketuai oleh Ir. Ade Nurdin, S.T., M.T. beserta anggota yang terdiri dari beberapa dosen dari program studi teknik sipil, yaitu Dr. Drs. Harmes, MT, Dr. Fetty Febriasti Bahar ST., MT, Ir. Dyah Kumalasari, ST., MT, Nurza Purwa Abiyoga, ST., M.Sc serta dibantu oleh beberapa orang mahasiswa.
Pengabdian Kepada Masyarakat ini sendiri mengambil tema "Optimalisasi Produktivitas Sawah Kelurahan Olak Kemang Melalui Implementasi SistemProgram ini dirancang dengan melibatkan masyarakat secara aktif, mulai dari tahap perencanaan hingga pelaksanaan. Para petani diberikan pelatihan intensif mengenai pembuatan, pengoperasian, dan pemeliharaan sistem irigasi tenaga angin.Â
Masyarakat juga didorong untuk membentuk kelompok lokal yang bertugas menjaga keberlanjutan sistem tersebut. Dalam implementasinya, tim dari Universitas Jambi mengajak petani berpartisipasi sejak tahap awal, termasuk dalam survei lokasi untuk menentukan posisi ideal pemasangan turbin angin.Â
Proses pembuatan dan pemasangan turbin dilakukan dengan melibatkan mahasiswa, dosen, dan petani, dengan tujuan memastikan pemahaman yang mendalam tentang teknologi ini serta mendukung keberlanjutan pengelolaannya.
Hasil penerapan sistem ini menunjukkan dampak yang sangat positif. Irigasi tenaga angin berhasil meningkatkan efisiensi pengairan, memastikan ketersediaan air di sawah meskipun saat musim kemarau. Produktivitas tanaman padi mengalami peningkatan, sementara biaya operasional menurun karena petani tidak lagi bergantung pada pompa berbahan bakar fosil. .
Selain itu, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya teknologi yang ramah lingkungan dan praktik pertanian berkelanjutan semakin meningkat. Pelatihan yang dilakukan juga memberikan manfaat besar, memberdayakan petani untuk lebih mandiri dalam mengelola teknologi tersebut sekaligus meningkatkan kemampuan teknis mereka.Â
Dalam jangka panjang, diharapkan sistem ini tidak hanya mendukung peningkatan kesejahteraan petani, tetapi juga berkontribusi pada ketahanan pangan di tingkat lokal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H