Mohon tunggu...
Zul Hendri Nov
Zul Hendri Nov Mohon Tunggu... Freelancer - Belajar Menjadi Penulis

Belajar Menulis... Akun lama saya : https://www.kompasiana.com/zul_hendri_nov

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bak Menepuk Air dalam Dulang, Teperciklah Muka Sendiri

9 Maret 2021   22:18 Diperbarui: 9 Maret 2021   22:38 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemampuan yang paling pedis bagi seseorang hari ini adalah, kemampuan meramu kata untuk meyakinkan pendengarnya agar mau percaya dan yakin, dan tentu ditambah bumbu-bumbu agar semakin nikmat untuk didengar.
Konon, di sebuah tempat yang agak jauh dari Hiruk Pikuk "Perebutan" kekuasaan, terdapat "Raja & Ratu" yang menguasai wilayahnya. Si Raja dan Ratu ini dikenal oleh Luarannya dengan kepiawaiannya untuk menampilkan diri dengan citra yang sangat baik.
Suatu hari, Mereka dihadapkan pada persoalan pelik untuk menganalisa perbuatan dan tingkah laku, dimana ada seorang dari keluarga Kerajaan yang sedang ditimpa masalah (Kebetulan, keluarga kerajaan ini dekat dengan Rakyat). Kemudian dengan anggapan "Bijak" mereka merasa bertanggung jawab untuk mencarikan solusi atas masalah tersebut.

Semula, semua rakyat menilai bahwa apa yang dilakukan oleh Raja & Ratu tersbut adalah perbuatan baik dan mulya. Hingga hal tak terduga terjadi, solusi atas masalah yang coba dicarikan oleh Raja dan Ratu td ternyata tidak bermuara pada penyelesaian masalah yang dihadapi keluarga kerajaan, bahkan mereka malam menambah masalah baru.

Usut punya usut, ternyata dibalik solusi yang "nyata-nyata" diberikan td tersimpan sebuah maksud. Ditmbah lagi, sang Raja dan Ratu salah melempar kata kepada Rakyat. Akhirnya, apa yang dilakukan oleh Raja dan Ratu td mengeluarkan bau.
Mungkin ini yg dikatan orang-orang, sepandai-pandainya menyimpan bau, pasti akan tercium juga.

Si Rakyat mulai curiga dengan gerak-gerik yang ditampilkan oleh si Raja dan Ratu. Kepercayaan yang sebelumnya kuat, mulai memudar seiring dengan semakin jauhnya perbuatan mereka. Lebih-lebih "niat" untuk mencarikan solusi tadi malah kian membuat jauh api dari panggangan.
Akibat dari kecurigaan rakyat td, si Raja dan Ratu mulai panik dan kebingungan, bagaimana cara untuk mengambil simpati rakyat kembali. Sialnya, mereka bukan belajar dari kesalahan, malah sebaliknya. dicobalah cara-cara tak terduga. Mereka mencari musuh bersama (Istilah kampungnya Common Enemy).

Niat hati ingin mendulang dukungan dan simpati, namun ternyata menjadi serangan bunuh diri. Musuh yang dicarikan untuk menjadi kambing hitam bak seperti mercon kupu-kupu. Dia berpulang kepada mereka yang membakar mercon dan meledak di dekat mereka. Akibatnya rakyatnya semakin menjauh dan tak percaya.

Tak menyerah, Raja dan Ratu masih mencarikan jalannya, diuntai lah kalimat "Bijak" untuk menarik perhatian. Namun, bak menapuk air dalam dulang, teperciklah muka sendiri. Kata-kata bijak tadi ternyata hanya tabiat saja untuk menunjukan kepada Rakyat, ibarat seperti Semut diseberang lautan tampak, Gajah dipelupuk mata tak terlihat. Hal ini kemudian menjadi jalan surut untuk si Raja dan Ratu mengahbiskan sisa waktu mereka sebelum "Ter"depak dari Tahtanya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun