Mohon tunggu...
Zul Hendri Nov
Zul Hendri Nov Mohon Tunggu... Freelancer - Belajar Menjadi Penulis

Belajar Menulis... Akun lama saya : https://www.kompasiana.com/zul_hendri_nov

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kegelapan Akan Segera Berlalu

26 Mei 2020   03:21 Diperbarui: 26 Mei 2020   03:41 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hay, ini malam ketiga aku menuliskan cerita tentang rentetan kisah ini

sudah tiga malam dihantui oleh perasaan yang tak bertuan,

ada pedih yang masih bersarang dalam dinding dada ini.

sulit untuk diungkapkan, tapi dengan menuliskanya aku tenang

Taukah engkau, kisah 6 tahun itu masuk dalam fikiranku seketika?

hmm, mungkin tidak. sebab, kesalahanku membiarkanmu  

mungkin sekarang engkau telah tertidur lelap dengan segudang harapan baru bersamanya

aku jadi rindu dering hp dari WA dan video call 

meski sebelumnya aku terkesan bosan dengan HP dan WA

waktu yang singkat berhasil mempertemukan engkau dengan kenyamanan yang baru

aku sadar tidak membuatmu nyaman

aku sadar aku membiarkanmu

aku sadar menyiakan harapanmu yang besar padaku

namun bolehkan aku beralibi, bila separuh fikiranku dipertaruhkan untuk mewujudkan masa depan?

ya, masa depan dimana aku ingin merubah keadaan keluarga dan ingin menyiapkan "Paisi sasuduik"

masa depan yang tiap malam sebenrnya engkau ingin tau kepastian

masa depan dimana ujung dari perjuangan selama ini saat engkau mendapingiku dari nol

aku salah tidak mampu mengelola rasa dengan baik sehingga abai dengan mu

Malam kian larut, seiring rasa pedih di didinding dada semakin menguat.

pagi aka segera tiba, tapi entah kenapa tiga malam ini terasa begitu lama.

aku jadi takut akan kegelapan malam, sebab ada pedih yang tak tertahan

mencoba senyum di antara pertmuan dengan para sahabat

Hay, engkau yang telah terlelap, aku iri pada sosok yang buatmu nyaman hari ini

sebab, ia bisa mengantarkanmu tertidur dalam lelap

bebeda denganku yang mengantarkan air mata membasahi bantalmu

aku berharap kegelapan ini segera berlalu,

ini titik balik proses terbesar dalam hidupku

aku belajar merasakan sakit yang selama ini tidak pernah ku pedulikan

aku belajar sakit dimana seluruh fikiran dan energiku habis di sana

hay, sekali lagi maaf dan terimakasih untuk rasa yang telah engkau bagi selama 6 tahun

________

3 Syawal 1441 H

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun