Mohon tunggu...
Zul Hendri Nov
Zul Hendri Nov Mohon Tunggu... Freelancer - Belajar Menjadi Penulis

Belajar Menulis... Akun lama saya : https://www.kompasiana.com/zul_hendri_nov

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Pamit

25 Mei 2020   01:54 Diperbarui: 25 Mei 2020   02:06 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hay, tadi kita bercengkrama penuh haru di antara dua hati yang mungkin saling kecewa.

Sudah lama rasanya genangan air mata itu tak hinggap di pipi seiring rasa memiliki yang berlebihan.

Rasa memiliki berlebihan sehinga dengan pongahku merasa ia ada dalam genggamanku dan bisa berbuat sesuka hati.

Seiring cerita di antara dua air mata tadi, aku merasa tersadar kini engkau telah nyaman bersamanya.

Esok aku akan cerita, sembari berpamit kepada ibu dan ayah yang membesarkanmu dengan rasa bangga.

Ada kesalahanku yang menyebabkan bangunan itu rubuh. Kini yang tersisa hanya rasa yang tak bertuan.

aku pamit memperlihatkan punggung, sebab aku datang tampak muka.

_______

2 Syawal 1441 H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun