Mohon tunggu...
Zul Hendri Nov
Zul Hendri Nov Mohon Tunggu... Freelancer - Belajar Menjadi Penulis

Belajar Menulis... Akun lama saya : https://www.kompasiana.com/zul_hendri_nov

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bom Waktu Media Massa

24 November 2019   10:47 Diperbarui: 24 November 2019   11:55 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti biasanya, pada pagi dan malam hari saya sempatkan waktu untuk membaca twitter dan facebook melalui akun pribadi saya.  Pada akun Twitter dan facebook saya, akun yang paling banyak saya ikuti (follow) adalah akun media massa elektronik yang berisikan pemberitaan, baik akun media massa lokal maupaun nasional. hal ini karena sudah menjadi "Candu" bagi saya untuk selalu meng Up date  informasi. sebab dalam kondisi sosial dan politik, informasi bergerak maju dan mereka harus terus di ikuti agar kita tidak ketinggalan.

setelah beberapa waktu saya membaca media massa, hal yang saya fikirkan adalah terkait Lagu yang beberapa waktu belakangan sempat booming dengan Judul "Entah Apa Yang Merasukimu" sepertinya cocok disematkan kepada beberapa media "berkaliber" Nasional. Hal ini saya katakan sebagai bentuk kekecewaan saya kepada media massa yang menjadi sarana dan sumber informasi bagi publik. 

Media massa memiliki peran penting di dalam sistem demokrasi. dalam sistem demokrasi ini,  masyarakat dapat memperoleh informasi melalui media-media yang sudah dilabeli sebagai media terpercaya. Namun, seolah terjadi anomali ditengah perjalanannya, media massa sekarang bak seperti menggali kuburanya sendiri. Media massa tampak abai terhadap persatuan dan lebih mengedepankan bagaimana mencari keuntungan ditengah informasi yang diberikannya. 

Beberapa media massa saling berlomba untuk memberikan pemberitaan terkait tokoh-tokoh yang cukup berpengaruh terhadap opini publik. Hal yang membuat dahi saya mengkerut adalah, pembuatan judul dan lead berita yang terkesan negatif dan memotong, bahkan merubah makna informasi sebenarnya, dari yang disampaikan oleh para tokoh tersebut. hal ini menyebabkan terganggunya keberlangsungan persatuan dan kesatuan bangsa. Sebagian, mungkin menganggap "naif" apa yang saya kecewakan ini.tapi saya melihat perdebatan yang sudah tidak baik lagi dalam masyarakat melalui akun media yang mereka miliki. memang hal ini belum tampak kepermukaan, tapi saya meyakini hal ini seperti "api yang berada didalam sekam"  lambat laun akan terbakar dan membesar. 

Di tengah, suhu politik SARA yang tak kunjung mendingin, kita mengharapkan pihak-pihak yang berseberangan dan media massa sebagai wadah inforamasi baik media cetak maupun elektronik memberikan kesejukan. Pemberitaan media masa dengan bahasa persatuan sangat berarti ditengah dahaga persatuan.

Peran Media

Idealnya, media massa secara umum berperan sebagai; (1) sarana informasi; (2) sebagai salah satu wadah pendidikan dan; (3) hiburan. salah satu peran media massa adalah menyampaikan semua informasi berkenaan fakta kejadian dilapangan dengan apa adanya.  namun, bila dicermati, upaya kreatif yang dilakukan pemilik media untuk menarik minat pembacanya. media massa berupaya memframing ke arah tertentu pembacanya, akibatnya adalah terjadinya disinformasi dan provokasi. Untuk menyajikan berita secara maksimal memang tidaklah murah. namun, perbuatan untuk melacurkan media massa juga tidak dapat dibenarkan. Determinasi politik dan ekonomi terhadap media tidak bisa dipandang sepele. hal inilah kemudian yang menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya distorsi informasi.

coba kita cermati, beberapa media massa besar dan nasional hari ini tidak terlepas dari judul dan lead berita yang memiliki konotasi negatif. pemilik media sadar betul, dengan adanya judul dan lead yang nyentrik akan menarik orang untuk me-review pemberitaan dari media massa tersebut. namun, pemiliki media juga melupakan, tingkat dan minat baca masyarakat yang masih rendah serta kemampuan untuk filterisasi terhadap informasi yang masih sangat rendah. masyarakat cendrung mengadopsi penuh pernyatan dari judul media, yang kemudian dibagikan dan menjadi omongan dari mulut ke mulut. siapa yang bisa kita salahkan? apakah masyarakat yang mengomong atau si pembuat informasi?

Kembali lagi kekonsep awal peran media sebagai salah satu wadah  pendidikan. media massa memiliki peran untuk mencerdasakan kehidupan bangsa dengan akses dan sumber informasi yang terpercaya. mengemasnya menjadi suatu, pemeberitaan yang mencerdaskan, bukan sebaliknya menjadi salah satu provokator yang mengadu domba sesama anak bangsa.  kritikan terhadap media massa ini sebetulnya bukanlah hal baru dilakukan oleh masyarakat yang peduli terhadap persatuan bangsa. namun, sepertinya media massa menutup telinga dan sengaja mengabaikan kritikan tersebut." ya, mungkin karena setoran besar dan lancar".

Media Massa menggali kuburanya sendiri

Media massa lebih condong menerima dan mempublish sesuatu yang sifatnya akan Viral. benar kata Tan Malaka, bahwasanya menjadi idealis harus siap berjalan dilorong-lorong kesepian dan tak teranggap atau terkenal. akan tetapi, dibalik kesepian tersebut akan tetap ada pengikut-pengikut setia yang akan menghidupkan lampu-lampu harapan.

Media massa yang abai terhadap disintegrasi bangsa, akan menggali kuburanya sendiri. Peminat baca hanya akan membaca sebagai bentuk kepentingan politik guna mengambil keuntungan tertentu. bilamana, dirasa cukup, maka media massa tersebut akan ditinggalkan. media massa seperti halnya politik, harusnya bisa membangun basis pembaca yang akan setia menggunakanya sebagai alat pendidikan dan pencerdasaan kehidupan bangsa. bila metode pemberitaan seperti memotong, memutar dan mendistorsi pernyataan (melepaskan konteks dari teks) ini dipertahankan, maka saya berkeyakinan media massa telah memasang boom waktu ke diri mereka, hal ini tentunya cepat atau lambat akan meledak, kuburan yang telah digali siap untuk ditempati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun