Mohon tunggu...
Zul Hendri Nov
Zul Hendri Nov Mohon Tunggu... Freelancer - Belajar Menjadi Penulis

Belajar Menulis... Akun lama saya : https://www.kompasiana.com/zul_hendri_nov

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sarjana Ilmu Politik dan Kekecewaan

3 Maret 2019   14:02 Diperbarui: 5 Maret 2019   16:45 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sertifikasi Politisi

Sertifikasi politisi ini pertama saya dengar semester 2 di bangku perkuliahan Pada awal tahun 2012. Bila diamati semangat dosen saya dalam menyampaikan sertifikasi bagi politisi itu, sepertinya dia juga geram dengan kondisi perpolitikan yang seperti itu-itu saja. Di awal perkuliahan saya salut kepada beliau dengan ide-ide untuk merubah dan masuk kedalam tataran Politik untuk meruntuhkan dinasti politik dan mem"proporsionalkan" Jabatan politik, bagi mereka yang mengerti politik. Namun rasa salut saya runtuh, ketika dosen saya terjebak dalam pusaran arus Uang sebagai konsultan politik.

Kekecewaan saya bukan karena faktor dia turun menjadi konsultan yang mendapatkan banyak uang. Tp dia kehilangan arah dan spirit dari ide-idenya. pada akhirnya salah satu dosen yang saya kenal kritis dan aktif tadi menjadi lupa kewajiban dengan mahasiswanya. Sekarang ia lebih tertarik untuk gonta ganti mobil. Ini bukan persoalan kekecewaan atas apa yang didapat oleh dosen saya tersebut. Tapi kekecewaan karena hilangnya penggiat yang aktif untuk merubah haluan perpolitikan. Sudut pandang saya masih tertuju untuk merubah kondisi sosial dan tataran sosial politik dengan bertahap.

Mungkin, sertifikasi politik akan menjadi hisapan jempol saja. Karena tetap saja pada akhinya mereka yang tidak berkompetensi mengisi ruang-ruang politik tersebut. Dengan uang yang banyak mereka bisa membeli konsultan dan pembisik yang banyak. 

Entah jalur sebagai konsultan atau pembisik merupakan alternatif untuk menyuarakan sistem yang dipahami oleh pakar pakar politik. Tapi sejauh mata saya memandang, kecendrungan mereka lupa dan terlalu nyaman dengan uang-uang tersebut.

Persoalan legislasi, pengawasan dan budgeting diserahkan kepada mereka yang sering tidur ketika rapat atau pergi keluar dengan alasan study banding. Tetap saja dalam kaca mata saya, mereka tidur atau pergi bukan karena benar-benar mengantuk. Tp lebih kepada persoalan tidak mengerti apa yang dibahas.

Dalam konteks proporsional, seorang ahli dan menyukai matatika tentu tidak akan tertidur ketika berbicara matematika. Seorang ahli fisika tentu tidak akan tertidur ketika ada pembahasan atom, molekul dsb. Seorang ahli politik tentu akan berdialektika untuk menyampaikan kobsepsi yang dimilikinya ketika ada pembahasan politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun