Mohon tunggu...
Penggemar Rahasia
Penggemar Rahasia Mohon Tunggu... Auditor - Seorang ayah

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Roman

Terima Kasih Tuhan, Jadikan Kota & Malam Ini Sebagai Saksi

30 November 2024   05:15 Diperbarui: 30 November 2024   05:15 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam ini, aku menulis lagi setelah sempat selingkuh dengan alasan sibuk kerja dan lain-lain. Malam ini, aku seperti dipaksa agar kembali login dan menulis segala penat di kepala yang terasa semakin penuh juga sesak.

Di kepalaku ada banyak rumus dan angka yang sulit untuk aku jelaskan kepada siapapun, bahkan aku tak mampu menuliskannya.

Belum lagi di hatiku, ada ilalang yang tumbuh bersama bunga-bunga berwarna cerah. Bunga-bunga itu menyebarkan harum, ilalang mengeluarkan suara merdu dari gesekan daun-daunnya.

Perpaduan rumus dan angka, suara gesekan daun juga bau bunga yang semerbak membuatku merasa sedang melayang. Kakiku tak memijak bumi, kepalaku juga tak menjunjung langit. Aku seakan berada di dua persimpangan, yang membuatku gelisah, khawatir juga bahagia secara bersamaan.

Dalam satu waktu, aku seperti berlayar di lautan luas ditemani bidadari yang indahnya menawan. Di waktu yang lain, aku merasa sedang menanam kegundahan yang parah, kalut juga duka mendalam bagi seorang bidadari yang menemaniku melewati malam-malam nan indah.

Seperti malam ini, bermula dengan senyum indah menawan dihiasi percik cahaya surga memancar jelas di wajahnya yang anggun, lalu seketika berakhir dengan tangis sedih yang menggetarkan bumi tempat berpijak.

Hendak kemana aku protes dan mengadukan gelisah yang ada? Kepada siapa pesan-pesan sedih ini akan ku kirim? Sementara aku, terlalu malu untuk bercerita kepadaMU, ya Tuhanku.

Wahai Tuhanku, dzat nan Agung, yang tiada satu pun layak dibandingkan kepadaMU. Apakah boleh aku secepat ini mengadukan sedih ku kepadaMU. Apakah nilaiku akan luntur dan akan terjerumus pada sifat lemah, jauh dari lantang juga kuat terhadap segala ujianMU.

Tuhanku, rasanya belum pantas aku bersimpuh lutut bersujud menangis terseduh-seduh seperti dulu kepadaMU. Sebab aku masih merasakan bagaimana Engkau memberiku bahagia yang tiada tara beberapa waktu lalu.

Tuhanku, maafkan aku, aku menyerah dan harus kembali lagi bermohon lembutnya hatiMU. Aku tak mau disebut tak bersyukur, tapi perasaan ini ya Tuhanku, KAU pasti tahu, perasaan ini perih dan terluka setiap melihat air mata membanjiri pipinya yang indah itu.

Tuhanku, aku tahu ini adalah bagian dari ujianMU. Aku sadar pasti dibalik semua ini KAU sedang membentangkan tikar kebahagiaan seperti yang KAU janjikan dalam kitabMU yang suci. Ini ujianMU bukan?

Tuhanku yang aku sembah dengan segala pengharapan yang aku gantungkan padaMU. Aku selalu percaya dengan skenarioMU. Aturlah ya Tuhanku, sebab terakhir aku coba atur hidupku, dan KAU saksikan hidupku sangat berantakan.

Tuhanku, terima kasih atas segala ujianMU yang selalu hadir sebagai media komunikasi yang anggun dariMU. Aku bersedia menjalaninya ya Tuhanku. Tapi Tuhanku, tak cukup kah aku saja yang KAU uji. Biarlah keinginan dan cita-citaku yang luhur pada hambaMU pemilik wajah kemerahan itu, menjadi ujianku.

Tuhanku, sudikah kiranya ujian ini KAU kirimkan hanya padaku? Aku yakin, Engkau membaca dan tahu dengan tulisan ini. Karena Engkau maha tahu.

Tuhanku, KAU tahu aku. Aku adalah hambaMU yang memilih untuk tak menyerah. KAU yang membentuk aku. Karena itu Tuhanku, bentuklah aku agar pantas dengan wanita yang kau ciptakan dengan wajah kemerahan itu. Cukup aku yang KAU uji, Tuhanku penguasa langit dan bumi.

Tapi Tuhanku, terima kasih. Aku harus kembali sadar, bahwa Takdir hanyalah milik dan berdasar ketentuanMU. Karena itu Ya Allah, berbelaskasihanlah lagi, kembali kepadaku. Takdirkan yang baik kepadaku dan hambaMU itu.

Tapi ya Tuhanku, terima kasih. Aku harus kembali sadar, bahwa nilai akhirku ditentukan oleh usahaku. Kuatkan pundak kecilku yang penuh luka ini. Kencangkan semangatku, jangan biarkan aku terjungkal dan melemah bahkan sedetikpun.

Allah, Tuhanku. Terima kasih. Maaf malam ini aku ingkar janji dan kembali menangis di hadapanMU. Aku bukan menyerah, aku hanya sedikit lelah. Jadikan Kota ini, malam ini sebagai saksi, kalau aku akan berusaha lebih dari yang KAU prediksi, Tuhanku.

Aku tahu, KAU selalu hadir disetiap desahan nafasku. Aku tahu, KAU akan mempersatukanku dengan dia yang kau ciptakan. Karena itu, teima kasih, Tuhanku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun