Malam berlalu, pria itu malu kepada Tuhannya, Allah SWT. Hingga pagi, rasa malu itu berubah bentuk menjadi penyesalan yang harus dibayar.
"Bang, aku tak mau sendiri, temani aku hari ini" begitu kira-kira makna pesan pada Hape pria itu dipagi hari yang cerah. Sangat cerah, mungkin karena badai air mata tadi malam telah menghabiskan seluruh elemen awan kabut.
Menjelang siang hingga Magrib berlalu. Kedua pasang kekasih yang baru tertaut hatinya itu bersama. Mata mereka masih sembab, kebiruan, tapi jiwa mereka jelas kian kuat, jelas optimis mereka kian kokoh, mereka berkomitmen, bahwa akan selalu bersama hingga tujuan tercapai.
Disaat pikiran mereka melayang membayangkan dan mengingat tujuan jelas mereka. Ucapan pria itu mengagetkan, menyadarkan tetapi memantik senyum optimis di hati mereka.
"Ada 1 juta alasan menyerah. Tapi ada 2 juta alasan untuk bertahan dan berjuang. Allah tidak akan melepaskan Hamba-Nya yang berjuang untuk kebaikan. Allah tahu betul. Kita sedang ingin mengabdikan diri hidup dengan caranya"
Belum sempat dijawab oleh gadis idamannya. Pria itu menambahi kalimat yang seketika membuat sang gadis tersenyum dan wajahnya kembali memerah.
"Kita sudah tumbuh dengan banyak ujian dan tantangan. Ini hanya ujian yang lain, yang serupa, yang di akhir pasti ada keindahan. Abang ingin saat keindahan itu hadir, kita bersanding dan menikmatinya bersama" parau suaranya, tapi niatnya menguat.
Hati mereka mengikat di darat, tapi pikiran mereka telah kembali terbang dengan indah, meliuk-liuk tajam penuh warna warni. Pelangi pun kalah, apalagi pipi gadis putih itu telah pulih, semakin cemburu alam dan bidadari melihatnya.
"Bang, semangat. Aku sangat mencintai Abang sepenuh hati" begitu bunyian hati wanita pemilik wajah kemerahan, yang meski hanya bunyi di dalam hati. Tapi tersiar kencang ke seluruh semesta yang lagi-lagi menyebabkan bidadari juga malaikat cemburu, tersipu malu.
"Aku tak akan kalah. Aku tak mau mati rasa, aku tak mau menyerah lalu menjadi debu di bumi hanya karena putus asa. Aku akan memperjuangkan segalanya untukmu. Yang hadir membawa kehangatan hidup. Yang datang dengan cahaya cerah, yang membuka diri dan memberi kesempatan, yang dirimu bagiku adalah rumah, istana mewah bertaman bunga abadi yang warna warni. Aku akan berjuang keras sekali. Tunggu aku"Â
Seperti itu, hati pria itu berucap dalam hati dan pikiran. Namun entah bagaimana semut dan seluruh mahluk bumi mendengar, bahkan ilalang bergoyang-goyang meski angin tak datang.