Mohon tunggu...
Zulham Mahasin
Zulham Mahasin Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

..adalah seorang mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Iowa State University, Amerika. Juga aktif sebagai tenaga pengajar pada Fakultas Pertanian Universitas Ichsan Gorontalo.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menapaki Sisa-sisa Berliner Mauer; 25 Tahun Runtuhnya Tembok Berlin

9 November 2014   21:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:14 1391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_352775" align="aligncenter" width="445" caption="Laman utama google 9 November 2014"][/caption]

Hari ini google tampil beda. Jika biasanya cukup dengan tulisan ‘Google’ yang berwarna-warni, hari ini halaman depan google tampak seperti tayangan video tembok tua yang disesaki banyak orang. Ya, hari ini, 9 November 2014 adalah peringatan 25 tahun runtuhnya tembok berlin, yang dalam bahasa jerman disebut Berliner Mauer. Dan google pun sepertinya tak mau ketinggalan dalam memperingati salah satu sejarah besar dalam akhir perang dingin.

Beberapa waktu lalu saya pernah menyempatkan diri mengunjungi Kota Berlin di Jerman. Salah satu tujuan saya saat itu memang untuk mengunjungi tembok bersejarah ini. Tahun 1989, saat itu usia saya masih 8 tahun. Saya masih duduk di kelas 3 SD. Namun ingatan saya masih jelas, ketika itu saya menyaksikan peristiwa ini di tayangan Dunia Dalam Berita di TVRI. Saat SD pula saya pernah menggemari band Scorpion dengan tembang ‘wind of change’-nya dimana pada akhir klip ditampilkan momen bersejarah meruntuhkan tembok Berlin.

Sekilas Sejarah Tembok Berlin

Berakhirnya Perang Dunia II pada tahun 1945 menandai dimulainya perang dingin (cold war) antara blok barat dan blok timur yang masing-masing dipimpin oleh dua negara adidaya saat itu, Amerika (blok barat) dan Uni Sovyet (blok timur). Eropa (termasuk Jerman) pun akhirnya pecah menjadi dua bagian. Sebagian bersekutu dengan Amerika, dan sebagian lain mengekor Uni Sovyet. Jerman termasuk salah satu negara yang memiliki persoalan kompleks saat itu. Tidak adanya kompromi politik mengakibatkan Jerman terbelah menjadi Jerman Barat (blok barat) dan Jerman Timur (blok timur). Berlin menjadi satu-satunya kota di Jerman yang turut terkena dampaknya. Berlin pun turut terbelah dua menjadi Berlin barat (Jerman Barat), dan Berlin timur (Jerman Timur). Setelah beberapa puluh tahun, ekonomi Jerman Barat yang berkembang lebih pesat dibanding saudara kembarnya Jerman Timur memicu imigrasi besar-besaran di Kota Berlin. Banyak masyarakat Jerman Timur di Berlin timur terpancing untuk menyeberang ke Berlin barat untuk mencari peluang dan kehidupan yang lebih layak. Hal ini menyulut ketersinggungan pemerintah Jerman Timur, yang lalu membangun Tembok Berlin pada tahun 1961 untuk mencegah perpindahan penduduk yang semakin melemahkan perekonomian Jerman Timur. Namun, seiring perkembangan zaman, pada akhir tahun 1980-an pengaruh Uni Soviet semakin melemah di kawasan Eropa, dan pada tahun 1989, euforia masyarakat Jerman meruntuhkan tembok berusia 28 tahun tersebut. Pada tahun 1990, Jerman Barat dan Jerman Timur resmi bergabung membentuk Republik Federal Jerman.

Bagaimana Tembok Berlin Dikelola; Menyandingkan Sejarah dan Modernisme

Meski Tembok Berlin telah runtuh, namun sisa-sisa peninggalannya masih banyak ditemukan di Kota Berlin. Sisa-sisa reruntuhan tersebut kini menjadi bangunan monumental dalam wisata sejarah Kota Berlin. Beberapa bagian malah tampak masih utuh bahkan dengan beberapa grafiti yang menghiasi reruntuhannya. Uniknya, grafiti ini malah menambah keunikan tembok tersebut, apalagi jika disandingkan dengan papan informasi yang sengaja diletakkan ditengah-tengah tembok.

[caption id="attachment_352776" align="aligncenter" width="490" caption="Tembok berlin dan papan informasinya"]

1415518126168864704
1415518126168864704
[/caption]

[caption id="attachment_352777" align="aligncenter" width="560" caption="Brandenburg Gate"]

14155181721571891431
14155181721571891431
[/caption]

Menemukan lokasi persis jajaran sepanjang Tembok Berlin kini sudah amat sulit. Sebab, meski dulunya tembok ini memiliki panjang hingga 111 km, kini sudah banyak bagian yang hilang tanpa bekas. Reruntuhan tembok malah banyak dijadikan souvenir oleh maysarakat sekitar yang dijual kepada wisatawan asing. Namun, pemerintah Jerman tetap berusaha menelusuri jejak lokasi Tembok Berlin sebagai warisan sejarah. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan memasang jejeran bata pada lokasi yang dianggap bekas fondasi Tembok Berlin. Uniknya, kadang jejeran bata tersebut menyeberangi jalan raya beraspal hingga ke trotoar. Hal itu justru menjadi pemandangan menarik bagi wisatawan dan sebagai informasi bagi mereka untuk mengetahui struktur dan bentuk Tembok Berlin pada saat masih berdiri. Di lokasi-lokasi lain, pemerintah Jerman membiarkan beberapa bekas tembok masih berdiri kokoh bersanding dengan bangunan modern yang sudah banyak berdiri disekitar tembok

[caption id="attachment_352778" align="aligncenter" width="700" caption="Bekas fondasi tembok berlin"]

14155182581825609064
14155182581825609064
[/caption]

[caption id="attachment_352779" align="aligncenter" width="700" caption="Tembok berlin, bersanding dengan bangunan modern"]

1415518316149396199
1415518316149396199
[/caption]

Sebagai penutup tulisan ini, saya ingin menyatakan kekaguman saya atas bagaimana pemerintah Jerman mengapresiasi monumen-monumen sejarah mereka. Meski kini termasuk negara maju, monumen sejarah tetap berada dalam bingkai kota modern Berlin. Di Indonesia kita memiliki banyak monumen dan bangunan bersejarah yang mestinya dapat kita lestarikan sebagai kekayaan budaya dan potensi pariwisata. Di Makassar misalnya, terdapat bangunan tua Balla Lompoa (rumah besar) yang merupakan bekas istana Raja Gowa. Juga terdapat reruntuhan benteng Sombaopu yang dijamannya dianggap sebagai benteng terkuat di Asia Tenggara. Namun kondisinya kini cukup memprihatinkan akibat kurang terawat. Akhirnya wisatawan pun enggan berkunjung. Mungkin, ada ‘tembok berlin’ yang menghalangi mata kita dalam memandang dan menghargai kekayaan sejarah bangsa kita. Dan jika tembok itu memang ada, tunggu apa lagi, ambil palu godam dan rutuhkan temboknya. :)

Tulisan lain,

Antara kupu-kupu di Reiman Gardens dan di Bantimurung

Nikmatnya Wisata Ramadhan di Kota Nabi Yusuf A.S

Andalusia: Pesona Sejarah dan Budaya Bangsa Spanyol


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun