Sore menjelang petang, lalu lintas kian padat. Kecepatan pengendara tak tentu, beberapa mengebut seakan menghindar dari penagih hutang.
Beberapa tampak pelan, sangat pelan bahkan. Seakan menikmati kumalan debu dan asap kendaraan silih berganti.
Di persimpangan Limbong, belok kiri sekitar 40 meter. Lopo Etek Udin tampak sunyi dr biasanya.Â
Hanya ada beberapa orang. 3 orang sibuk main judi online, sementara 2 orang, pasangan tampak sibuk selfie ria. Tak perduli asap dari perapian Etek Udin, mereka asik menikmati sore yang sibuk itu.
"Beb, ingat tidak kapan pertama kali kita bertemu setelah PKL Abg selesai?" tanya yang pria sambil menggenggam erat kekasihnya, namanya Zulham.
"Ingat, di angkot 02 warna kuning trayek Pasar-Palopat" jawab gadis berkulit putih, sambil menyandarkan dagunya ke pundak Zulham. Nama wanita tersebut Novita.
Samar-samar, Zulham mengulang kisah pertemuan pertama mereka yang unik, di angkot. Zulham naik angkot tersebut dari Pasar, di simpang Padang Matinggi, Novita naik bersama teman perempuannya.
"Pak" sapa Novita tersadar Zulham berada di angkot. Yang dibalas ala kadar jg oleh Zulham.
Hanya saling sapa, sampai keduanya pisah. Tak ada pembicaraan khusus di angkot. Bahkan dari obrolan mereka di Lopo Etek Udin, terdengar mereka tidak akan menyangka akan menjadi suami istri.
"Beb, waktu di angkot, naksir gak sama Abg?" tanya Zulham menggoda.
"Ya enggak lah" Novita menjawab lugas. Bahkan Novita menambahkan kalau saat itu ia kesal. Sebab Novita masih menyimpan dendam kepada Zulham.