mi instan dikabarkan bakal naik. Memang, Mendag telah membantah kenaikan mi instan tidak sampai 3 kali lipat. Tapi tetap saja itu naik.Â
Menjadi salah satu makan paling populer di Indonesia, hargaPerang antara Rusia dan Ukraina disebut menjadi penyebab kenaikan harga mi instan.
Sebagai penikmat mi instan sejak usia dini, kenaikan mi instan tak akan mengoyahkan kesetiaan. Mi instan akan selalu menjadi teman setia dalam memetik inspirasi baik di bulan muda dan tua. Namun ya itu, kalau bisa Mendag harus bekerja keras dan menepati ucapannya. Jangan sampai harga mi instan naik 3 kali lipat.
Namun sebenarnya, kenaikan harga mi instan ini menjadi kesempatan yang sangat baik bagi komunitas penikmatnya. Disaat harga naik, apalagi sampai 3 kali lipat, kesetiaan akan teruji secara sungguh-sungguh.
Mana nih yang kemarin katanya menikmati mi instan di bulan tua karena memang suka atau suka banget?
Selain itu, bagi penikmat mi instan, ini adalah kesempatan untuk naik kelas, dan berdiri sejajar dengan mereka-mereka yang sering meremehkan, merendahkan komunitas penikmat mi instan sebagai kelas pinggiran, kelas anak kos yang bertahan hidup dengan mi instan terutama di akhir bulan.
Mungkin, saat harga mi instan naik. Para penikmatnya boleh mulai sombong saat nongkrong dengan berujar.
"Yakin lo cuman pesan Bakso atau Burger?" sambil menunjuk daftar harga makanan di tabel menu. "Bos, harga mi instan 45 ribu, lah Burger cuman 20 ribu," tepuk dada dan berteriak, "mi instan mahal bos,"
Dengan naiknya harga mi instan, penikmatnya juga akan kian percaya diri saat pulang kampung dengan membawa se-kotak mi instan.
"Bunda, maafkan anakmu hanya bisa membawa mi instan sebagai oleh-oleh," sambil cium tangan Ibu.
Percayalah wahai penikmat mi instan, ibumu akan terharu dan bangga sembari berujar, "Alhamdulillah ya Allah, anakku kini bisa membawa oleh-oleh yang mahal. Anakku telah sukses di Ibukota,"