Judul        : DALANG Peristiwa 15 Januari 1947 (MALARI)
Penulis       : A. Yogaswara
Penyunting   : Tim Medpress
Penerbitan   : Penerbit Media Pressindo
Halaman     : 128 halaman
Buku ini menceritakan tentang Kerusuhan pada 15 Januari 1947 yang dikenal dengan peristiwa Malari (Malapetaka Limabelas Januari) yang terjadi pada masa Orde Baru dibawah Kepemimpinan Soeharto. Berawal dari kebijakan-kebijakan Soeharto pada masa pemerintahannya yang dianggap mensejahterakan orang-orang sekitarnya namun membuat rakyatnya sengsara dan tertindas, Pada peristiwa ini pula, terihat ketidaksetiaan para jendral di lingkungan kepresidenan serta terdapat konflik tersembunyi pada dua kubu militer.
Satu hari sebelum Kejadian Malari tepat pada saat Perdana Mentri Jepang Kakuei Tanaka berkunjung Ke Indonesia untuk mengunjungi Jakarta, para mahasiswa berkumpul untuk melakukan aksi unjuk rasa.
"Sekelompok Mahasiswa berkumpul di ujung timur lapangan udara Halim Perdanakusuma, tempat PM Tanaka mendarat" (hal 11)
Ketidaksukaan masyarakat Indonesia terhadap para pemodal asing terutama Jepang yang menguasai pasar Indonesia. Â Keesokan harinya kekacauan di Jakarta semakin memanas, para demonstran yang digerakan oleh Mahasiswa menjadi kerusuhan massa.
"Demonstran akhirnya tidak terkontrol lagi dan pecah menjadi kerusuhan massa, sore harinya, kelompok massa yang kebanyakan dari golongan pemuda dan anak-anak perkampungan Jakarta turut turun ke jalan dan memulai melakukan aksi anarkis. Mereka menyerang semua yang 'berbau' Jepang. Mobil-mobil buatan jepang dibakar. Gedung-gedung yang ada hubungannya dengan Jepang seperti Astra Motor..., dan menjarah pusat pertokoan di Pasar Senen. Suasana kota Jakarta menjadi mencekam dan diselubungi asap.." (hal 12-13)
Atas peristiwa ini Presiden Soehartomemberikan pengertian terhadap tamunya itu, soeharto merasa malu akan kejadian ini, beliau juga mengkhawatirkan hubungan antara Indonesia-Jepang menjadi tidak harmonis.
Demonstrasi dan kerusuhan yang terjadi terang menjadi sebuah aib bagi Soeharto di hadapan tamunya, PM Tanaka. Dengan menahan rasa malu Soeharto menjelaskan kepada PM Tanaka bahwa masih tersisa perasaan anti-Jepang di hati rakyat Indonesia..., tak ayal Malapetaka 15 januari 1947 dikhawatirkan Soeharto telah menciderai hubungan baik yang telah terbangun antara Indonesia dengan Jepang sebagai salah satu investor asing terbesar saat itu." (hal-15)
Terdapat pula kebijakan dibuat oleh Soeharto dengan membentuk lembaga-lembaga tidak resmi yang berisi orang-orang yang dipercayainya serta dianggap setia, ini yang menyebabkan terjadinya konflik baru di dalam tubuh militer dan menimbulkan saling curiga.
"Di luar Lembaga formal militer Hankam, Soeharto membangun Aspri, Opasus, dan Kopkamtib. Rasa tidak suka dan saling curiga antar kubu akhirnya menjadi bibit konflik yang siap untuk diledakkan"(hal 35-36)
 Buku ini juga menceritakan tentang peran Hariman Siregar (Ketua Dewan Mahasiswa UI) dalam peristiwa Malari yang mana Hariman lah yang menggerakan para mahasiswa dan juga masyarakat untuk melakukan aksi-aksi terhadap kebijakan-kebijakan Soeharto yang dianggap menyimpang  serta para pemodal asing dan para koruptor yang menyusahkan Rakyat Indonesia. Dalam buku ini juga membahas sekilas mengenai keluarga Cendana yang pada tahun 1970-an terlibat dalam proyek-proyek komersil. Serta persaingan dan perang dingin antara Ali Moertopo dengan Soemitro, keduanya saling menuding adanya ambisi dari masing-masing rivalnya untuk menjadi presiden menggantikan Soeharto yang kemudian pada akhirnya perseteruan kedua jendral besar ini berujung pada meletusnya Peristiwa Malari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H