Mohon tunggu...
zulfirman rahyantel
zulfirman rahyantel Mohon Tunggu... -

ambon manise

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Save Ambon Bay (Mari Perdayakan Budaya Lokal ke dalam Aksi “Kalesang Teluk Ambon”)

3 April 2014   16:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:08 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Permasalahan sampah teluk ambon hari sangatlah memprihatinkan bagi kita, sebuah krisis ekologis yang terjadi diatas degradasi moral ini, masi kita anggap masalah yang biasa-biasa saja. Setiap harinya warga kota ambon membuang berton-ton sampah keteluk ambon. Pencemaran yang terjadi dan sementara perlahan-lahan merusak ekosistem teluk ambon bukanlah persoalan sepeleh. Karena kesadaran diri dari masing-masing warga menjadi kendala yang harus kita hadapi lewat membangun kesadaran yang bukan hanya sekedar slogan yang klemudian ditempel di sudut-sudut kota ini tetapi melainkan sebuah aksi nyata .

Sebenarnya kita orang ambon punya manajemen sampah yang sangat ideal menurut saya. Ketika saya menelisik beberapa literature tentang ekologi, saya menemukan sebuah konsep yang ditawarkan Julian Steward (antopolog AS pada tahun 1950an). Konsep tersebut ialah the concept of cultural ecology, dimana proses adaptif ekologi pendektan budaya lokal dalam membangun kesadaran massa sadar terhadap keberlangsungan ekologis . pendekatan budaya lokal ini bagi saya untuk konteks krisis ekologis teluk amboh saat ini kiranya sudah menjadi sebuah keharusan.

Lantas sekarang kita melihat kedalam nilai luhur budaya orang ambon apa yang cocok, untuk kita kembangkan konsep ini kedalam aksi. Konsep budaya “ALE RASA BETA RASA” yang sering kita orang ambon mengatakannya dengan bangga haruslah kita transformasikan kedalam gerakan kalesang Teluk Ambon. Kenapa harus konsep “ALE RASA BETA RASA” (saya rasakan, Kamu juga rasakan) , sebab inilah yang kemudian memulihkan kembali budaya “KELE BAKU KELE” (bahu membahu) yang kelak menciptakan langkah nyata kita dalam bentuk “MASOHI” (gotong royong) membersihkan teluk ambon yang dimulai dari dalam diri kita sendri lewat proses penyadaran dan stop membuang sampah ke teluk ambon.

Sebenarnya bentuk kearifan lokal diatas jikaditelusiri dalam analysa alur sejarah, pengetahuan lokal diatas tersebut lahir dari transfer informasi dari system ekologi ke system sosial sebagai upaya adpatif masyarakat ambon terhadap eklogis,yang mengahasilkan pengetahuan lokal yang beharga. Demikianlah sehingga interaksi pertukaran materi energy dan informasi antara system ekologi dan system sosial, yang menghasilkan reproduksi budaya (pengetahuan, norma, etika dan nilai-nilai sosial) yang berguna bagi kelesatariaan kehidupan alam.

Nah, budaya lokal diatas merupakan mekanisme adaptif ekologi yang telah dihasilakan oleh para leluhur kita . selanjutnya, melihat kondisi ekologi teluk ambon saat ini yang memprihatinkan. Apakah kita membangun mekanisme adaptif ekologi yang baru? . menurtut saya tidak perlu karena dalam budaya lokal yang diwarisi oleh para leluhur kita telah lengkap, tinggal bagaimana kita mentransformasiknnya kedalam kondisi kekinian kita dalam menghadirkan langkah solutif untuk permaslahan samaph teluk ambon saat ini.

Mari saudaraku, dalam bingkai “Ale rasa beta rasa”, katong (kita) “Kele baku kele” dan “Masohi” dalam sebuah gerakan sosial , budaya , ekologis dan politik . tentunya lewat aksi nyata , yang bukan sekedar memungut sampah yang telah dibuaang keteluk ambon.tetapi melainkan membangun kesadaran diri berdasarkan nilai-nlai budaya “orang basudara” yang begitu peduli terhdapa alam sekitar kita. Proses ini kita lakukan bukan satu, dua, atau tiga hari saja. Tetapi melainkan dijadikan rutinitas, sehingga terwujudnya budaya bersih dan sadar akan keberlnjutan ekologis.

Akhirnya, dengan semangat budaya lokal yang ada, mari kita maksimalkan semua potensi, dan membangun kesadaran massa sadar yang lebih besar lagi untuk mewujudakan teluk ambon yang bersih yang bukan akhir dari cita-cita besar ini, melainkan menjadikannya (teluk ambon) sebagai objek wisata bahari dan pembangunan perikanan yang berkelanjutan, sehingga ambon yang begitu strategis dapat kita bangun menuju kota ambon manise yang bersih, yang dap[aty menyokong aktivitas ekologis dan ekonomis. kita akan membuat restoran terapung, kapal pesiar untuk wisatawan yang ingin mengilingi ambon, objek-objek wisata lainnya , mari kita buat para wisatawan kita merasa betah di ambon, sebab bagi saya inilah awal untuk kita membuka gerbang “investasi” yang baik. Sekali lagi ini bukan mimpi, teluk ambon seperti itu, jika BETA, ALE, deng BASUDARA SAMUA buat akang jadi NYATA.

Salam Lestari , Salam Bahari.

*Catatatn Kaki Anak Bawah Pohon

Oleh :zulfiermansyah Ry

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun