Sumber: philly.com
Adi geram, barusan saja dia meletakkan kunci motornya, tidak ada lima menit sudah lupa. Teman-teman saya disekolah juga sering mengeluhkan kasus yang hampir sama. Barusan guru menjelaskan materi limit trigonometri, Ketika pulang sudah lupa. Ada kasus yang sedikit berbeda yaitu ketika baru pindah ke sekolah tertentu, seringkali lupa nama teman, ingat wajahnya tapi lupa namanya, karena saking banyaknya yang baru dikenal.
Apakah kasus-kasus di atas termasuk hal yang wajar?
Atau sudah bisa disebut pelupa yang kronis?
Atau bahkan sudah bisa divonis penyandang ADHD?
Seperti yang kita ketahui manusia tidak luput dari salah dan lupa. Namun jika sering lupa pada sesuatu yang simple dan sering kali terjadi, maka tentunya akan berpengaruh buruk pada semua kegiatannya. Seperti belajar, bekerja, dan kegiatan sehari-hari lainnya.
Apa itu ADHD?
Dalam buku Ways of learning tertulis Attention deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah suatu kondisi di mana jika dibandingkan dengan sebagian besar anak-anak pada usia dan jenis kelamin yang sama, anak tersebut memiliki berbagai masalah perilaku yang terkait dengan rentang perhatian dan konsentrasi yang buruk. ADHD merupakan salah satu jenis kesulitan belajar. Anak dengan ADHD cenderung berbeda dengan anak pada umumnya, Anak ADHD cenderung lebih memerlukan perhatian khusus. Pada umumnya gejala ADHD terdeteksi ketika anak berusia 7 tahun.Â
American Psychiatric Association (APA) mengklasifikasikan ADHD menjadi 3 tipe:
- Inattentiveness (kesulitan memusatkan perhatian)
Adapun karakteristik tipe ini yaitu: Mudah terganggu, ceroboh, sembrono, pelupa, gagal fokus, sering tidak memperhatikan, sering kehilangan barang, dan ada juga yang kesulitan menyelesaikan tugas bahkan tidak pernah selesai mengerjakannya.
- Hiperactive (kesulitan mengendalikan gerakan)
Gejala yang dialami anak hiperaktif sering kita jumpai seperti: banyak gerak, sering berbicara berlebihan, meninggalkan kursi pada situasi belajar yang menuntut duduk tenang, tangan atau kaki bergerak gelisah atau menggeliat-geliat di kursi, berlarian atau memanjat benda-benda secara terus menerus.
- Impulsive (kesulitan menahan keinginan)
Impulsif menurut KBBI yaitu bersifat cepat bertindak secara tiba-tiba menurut gerak hati atau bertindak sebelum berfikir. Adapun ciri-ciri tipe ADHD ini yaitu: Memberi jawaban sebelum pertanyaan selesai, kesulitan menanti giliran, tidak sabaran, menginterupsi atau menyela pembicaraan, menggangu orang lain, sering berteriak di kelas, menghentak-hentakan kaki, dan gejala lainnya.
Terlepas dari semua gejala yang disebutkan di atas, anak dengan ADHD cenderung memiliki kecerdasan akademik maupun non-akademik di atas rata-rata. Lalu bagaimana peran orang tua, jika memiliki anak penyandang ADHD?
Hidup bersama dengan anak penyandang ADHD bisa membuat orang tua menjadi stress, bahkan sampai frustrasi. Tetapi bagaimanapun kondisi anak ADHD, mereka berhak mendapatkan kasih sayang dan perlindungan seperti anak pada umumnya.
Berikut merupakan tips untuk orang tua dengan anak ADHD
- Selalu bersikap dan berfikir positif tentang anak
- Menjaga kesehatan jasmani maupun rohani
- Membuat jadwal kegiatan harian dan membangun konsistenitas
- Membuat peraturan dan pemberian reward juga konsekuensi jika melenceng dari aturan
- Mengkoordinir atau mengatur kegiatan fisik
- Menjaga pola makan anak (hindari makanan manis, makanan berlemak, dan makanan cepat saji)
- Perbanyak belajar atau bermain outdoor
- Mengajari anak bersosialisasi dengan teman
Bisa untuk referensi
Mirnawati dan Hamka. 2019. Pendidikan Anak ADHD. Sleman: CV Budi Utama Olson
Matthew, 2016. An Intoduction To Theories Of learning. Prancis: Routledge Pritchard
Alan. 2008. Ways Of Learning. Amerika Serika: Taylor Francis e-Library
Wender, Paul. 2000. ADHD. USA: Oxford University Press
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H