Sumber: edumor
Seperti yang kita ketahui, sistem pendidikan di Indonesia cenderung menyamaratakan standar kecerdasan satu siswa dengan siswa lainnya dengan parameter yang sangat sempit. Padahal pada kenyataanya siswa memiliki kecerdasan yang berbeda-beda.
Salah satu kesalahan jika seorang ibu memarahi anaknya yang kurang dalam bidang matematika. Karena kalaupun dia kurang dalam bidang matematika pasti kemampuannya ada dibidang lain, entah dipelajaran PAI, biologi, kesenian, atau yang lainnya. Lalu kapan kecerdasan yang beragam ini akan dihargai?
Berbicara mengenai kecerdasan yang beragam tentu kita sudah tidak asing dengan kata multiple intelligences atau kecerdasan ganda. Sebelum teori multiple intelligences ini muncul, kecerdasan seseorang lebih banyak ditentukan dari kemampuannya dalam menyelesaikan tes IQ (Intellectual Quotient). Semakin tinggi skor tes IQ maka dia dikatakan memiliki kualitas kecerdasan yang tinggi. Begitu pula sebaliknya.
Multiple intelligences merupakan sebuah teori yang ditemukan oleh Dr. Howard Gardner pada awal tahun 1980-an. Gardner menemukan Sembilan intelegensi atau kecerdasan yang dimiliki peserta didik yaitu:
1. Kecerdasan Verbal-linguistik
Kemampuan dalam menggunakan Bahasa baik secara lisan maupun tulisan. Gaya belajar yang cocok untuk anak Verbal-Linguistik adalah dengan membaca, menulis, bercerita, merekam, mendengar, dan menghafal.
2. Kecerdasan Matematis-logis
Disebut juga cerdas angka termasuk kemampuan ilmiah (scientific). Salah satu tokohnya adalah Albert Einsten. Gaya belajar adalah melalui angka, pola-pola terstruktur, logika, bereksperimen dan membuat hipotesis.
3. Kecerdasan Visual-spasial
Ahli gambar-menggambar termasuk kemampuan menginterpretasi dimensi ruang. Biasa dikaitkan dengan seni lukis dan arsitektur. Anak Visual-Spasial ditandai dengan kemampuan menggambar ide-ide menarik,mahir membaca peta, grafik dan mampu menciptakan karya seni menggunakan berbagai macam media.
4. Kecerdasan Kinestetik/Body Intelligence
Kemampuan seseorang untuk menggunakan fisiknya untuk mengekspresikan ide dan perasaan. Anak yang memiliki kecerdasan kinestetik kemungkinan akan menjadi penari, aktor, atlet, dan lain-lain.
5. Kecerdasan Musikal
Kecerdasan ini memiliki sensitivitas unuk mendengarkan pola-pola bersenandung dan dapat dimainkan sesuai irama. Cara belajar efektif untuk anak musik adalah dengan bermain irama, nada, dan melodi musik.
6. Kecerdasan Interpersonal
Kemampuan memahami pikiran, sikap, dan perilaku orang lain. Cara belajar terbaik bagi anak cerdas interpersonal adalah melalui interaksi dengan orang lain seperti kerja kelompok, diskusi, kolaborasi, dan berdebat.
7. Kecerdasan Intrapersonal
Kemampuan memahami diri yang akurat meliputi mengatur suasana hati, berdisiplin diri, memahami dan menghargai diri. Jadi gaya belaarnya pun juga melalui diri mereka sendiri. Anak intrapersonal dapat berkembang menjadi penyair, motivator, psikolog, filsuf, dan lain-lain.
8. Kecerdasan Naturalis
Kemampuan dalam mengidentifikasi dan mengklasifikasi pola-pola alam. Anak cerdas Naturalis cenderung tertarik pada dunia luar jadi belajar di alam terbuka dengan menghubungkan flora, fauna, dan fenomena alam merupakan solusi tepat.
9. Kecerdasan Eksistensial
Kemampuan untuk menikmati proses berpikir dan senang mempertanyakan hal yang sudah ada dan terkadang memikirkan sesuatu di luar usia seharusnya. Anak dengan kecerdasan Eksistensial lebih sering bertanya dengan pertanyaan yang nyeleneh.Â
Tidak seperti kecerasan umum yang dapat ]diukur dengan skor IQ, kecerdasan ganda pada anak tidak statis dan dapat berubah seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu wajib bagi para ibu untuk mengenalkan anak pada semua jenis aktivitas dan pengalaman berbeda kemudian biarkan dia belajar dengan caranya.