Mohon tunggu...
Zulfika Satria Kusharsanto
Zulfika Satria Kusharsanto Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti Kebijakan Riset dan Inovasi

Lulusan Urban and Economic Geography, Utrecht University. Selalu mencari cara agar bermanfaat untuk sesama.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pengalaman Berharga saat Jalan-jalan dan Salat di Iran

17 Juli 2017   10:19 Diperbarui: 18 Juli 2017   15:12 6426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Shaf khusus di belakang Imam / dokumentasi pribadi

Setelah kutbah, tibalah waktu untuk sholat berjamaah. Inilah yang menurut saya kentara perbedaannya. Sholat Jumat berjamaah yang saya lakukan tiap gerakan diberikan instruksi, misal "Sujud!" kemudian semua jamaah sujud, "Ruku!" kemudian semua jamaah ruku, dsb. Mungkin ada perbedaan lain yang tidak saya pahami, wallahu a'lam.. (Saya tidak mendalami perbedaan Syiah dan Sunni alias hanya turis biasa sih hehehe). 

Sebenarnya setelah Sholat Jumat, saya merasa khawatir "Apakah yang tadi saya lakukan masih diperbolehkan? Apakah amal Sholat Jumat saya diterima? dsb dsb...". Ketika saya ceritakan ke rekan saya, mereka menghibur saya "Yang penting kita melakukan rukun sesuai yang kita imani, abaikan saja gerakan-gerakan tambahan tadi. Yang penting hati dan niat kita masih ikhlas sholat menyembah Allah SWT". Yaah alhamdulillah saya pun lebih tenang..

Besoknya saya dikabari teman-teman pelatihan saya yang asli Iran kalau saya kemarin Jumat masuk tivi. Walah, ternyata Sholat Jumat disiarkan di tivi lokal. Apalagi saya ada di shaf VIP jadilah kesorot kamera dengan jelas. Hahaha saya kok jadi malu. Tapi unik juga ya Sholat Jumat sampai diliput segala. 

Tibalah waktu saya harus kembali ke tanah air. Lagi-lagi karena kunjungan saya ke Iran ini merupakan perjalanan dinas, jadi saya tidak bisa berlama-lama di sana. Saya hanya punya 1 hari free untuk mengeksplor Iran, lebih tepatnya Kota Isfahan. Dengan hanya berjalan kaki, saya mengunjungi bazaar di sekitaran Masjid Shah untuk membeli beberapa oleh-oleh, berfoto dan menikmati taman kota di Naqsh-e Jahan (bangunan bekas istana kerajaan), ke Jembatan Khaju, dan sekadar berfoto-foto dengan gedung-gedung historis di Isfahan yang sangat eksotis. 

Nashq-e Jahan di Isfahan, spot turis terkenal
Nashq-e Jahan di Isfahan, spot turis terkenal
Alhamdulillah, cuaca di Isfahan saat itu (bulan Mei) sangat bersahabat, tidak panas tetapi juga tidak dingin. Berjalan kaki seorang diri pun juga sangat aman dan nyaman. Kota Isfahan relatif sangat bersih dan teratur. Untuk berkeliling jarak jauh, kita bisa gunakan jasa taksi (tarifnya borongan sesuai tujuan) atau ada juga BRT seperti TransJakarta. Ah, tapi sejujurnya jika kita menginap di pusat kota, semua tujuan wisata bisa dicapai dengan berjalan kaki kok. Setelah selesai mengeksplor Isfahan, saya naik bus eksekutif jarak jauh menuju ke Teheran. 

Tiket Bus Eksekutif, cuma IRR 275.000. Berapa Rupiah hayo? dokumentasi pribadi
Tiket Bus Eksekutif, cuma IRR 275.000. Berapa Rupiah hayo? dokumentasi pribadi
Oya sekadar selingan, mata uang Rial Iran memiliki denominasi yang lebih besar daripada Rupiah lo. IDR 1 = IRR 2,45. Baru kali ini saya menikmati uang Rupiah lebih "perkasa" dari mata uang negara lain hahaha. Uniknya, kata "Rial" jarang disebut oleh masyarakat. Mereka lebih sering menyebut "Toman". Ternyata Toman ini sama dengan mengurangi 1 Nol dari nominal Rial. Misal 100.000 Rial berarti 10.000 Toman. Hasil dari saya kepo ke teman pelatihan dan googling, penggunaan kata Toman lebih kepada alasan historis. 

Sejujurnya saya sangat sangat puas mengunjungi Iran. Orang Iran pintar-pintar dan lagi mereka semua ramah-ramah. Saya merasa suasana pelatihan yang saya ikuti benar-benar hidup, banyak diskusi, dan banyak kunjungan lapangan sehingga kita benar-benar paham tentang kemajuan Iran. Dari sisi wisata, saya senang karena bangunan-bangunan di Isfahan benar-benar berarsitektur kuno dan eksotis, tapi masih bisa berbaur dengan modernitas. 

Terlebih lagi, ternyata perbedaan Sunni dan Syiah tidak selebay yang diceritakan. Buktinya saya aman dan tidak dikucilkan meskipun panitia tahu saya Islam Sunni. Andai saya ada kesempatan lagi ke Iran, saya pastikan saya mau lagi! (apalagi kalau dibayarin hehehe). 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun