Mohon tunggu...
Zulfikar Zaki Ridwan
Zulfikar Zaki Ridwan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Future Lawyer & Entrepreneur

Saya adalah seseorang yang visioner

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Manifestasi Filosofi Stoic & Ikigai Solusi Dari Masalah Hidup Kompleks

7 Desember 2024   18:11 Diperbarui: 7 Desember 2024   19:14 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia yang serba cepat dan informasi mudah diakses ini, kita seringkali membandingkan hidup kita dengan orang lain karena melihat dari unggahan media sosial mereka sudah nampak sukses padahal kita tidak tahu penderitaan apa yang sudah mereka lewati atau bagaimana perjuangan mereka mencapai kesuksesan tersebut. Kita seringkali merasa iri dan tertinggal dengan mereka karena banyaknya kegagalan dalam hidup yang membuat gelisah dan depresi. Harus disadari bahwa satu satunya yang pasti di dunia ini adalah ketidakpastian, jika kamu sudah mau berjuang dan berusaha mengubah nasib hidup yang kamu alami namun belum menemukan cahaya kesuksesan itu, jangan menyerah dan tetaplah fokus pada apa yang kamu cintai dan bidang yang kamu kuasai. Salah satu solusi paling manjur untuk mengatasi permasalahan hidup tersebut adalah dengan menerapkan filosofi stoic dan ikigai.

Stoicisme (Stoicism) adalah sebuah aliran filsafat yang berasal dari Yunani kuno, didirikan oleh Zeno dari Citium pada awal abad ke-3 SM. Filsafat ini berfokus pada pengembangan kebajikan pribadi sebagai cara untuk mencapai kebahagiaan dan ketenangan batin, terutama dengan menghadapi tantangan hidup dan penderitaan dengan sikap yang rasional dan penuh kendali. Stoicisme masih sangat relevan untuk menghadapi tantangan kehidupan modern seperti stres, kegagalan, atau ketidakpastian. Banyak prinsip Stoic yang digunakan dalam pengembangan diri, terapi kognitif, dan filsafat praktis.

1. Hidup Sesuai dengan Alam (Living According to Nature)

Stoicisme mengajarkan bahwa manusia harus hidup selaras dengan alam semesta dan memahami peran kita sebagai bagian dari kosmos. Ini melibatkan pemahaman hukum-hukum alam dan bertindak secara logis, bukan emosional.

2. Dikotomi Kendali (Dichotomy of Control)

Stoic percaya bahwa ada hal-hal yang bisa kita kendalikan (pikiran, tindakan, keputusan) dan hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan (opini orang lain, kejadian eksternal, hasil akhir). Fokus mereka adalah mengendalikan diri sendiri dan menerima dengan tenang apa yang di luar kendali.

3. Kebajikan sebagai Tujuan Utama

Kebahagiaan sejati (eudaimonia) hanya bisa dicapai melalui kebajikan (virtue), yaitu tindakan yang sesuai dengan nilai moral seperti kebijaksanaan, keberanian, keadilan, dan pengendalian diri.

4. Logika dan Rasionalitas

Logika adalah alat utama dalam Stoicisme untuk menghadapi emosi negatif. Stoic percaya bahwa penderitaan sering kali berasal dari cara pandang atau opini kita terhadap peristiwa, bukan dari peristiwa itu sendiri.

5. Amor Fati (Cinta kepada Takdir)

Stoicisme mengajarkan untuk mencintai dan menerima apa pun yang terjadi dalam hidup, baik atau buruk, sebagai bagian dari takdir yang harus diterima dengan sukacita.

6. Praktik Refleksi Diri

Para Stoic menganjurkan latihan mental seperti meditasi harian, menuliskan pikiran, atau membayangkan kemungkinan terburuk (premeditatio malorum) untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan.

Contoh Aplikasi

  • Menghadapi Kritik: Fokus pada apa yang bisa Anda kontrol (reaksi Anda) daripada apa yang dikatakan orang lain.
  • Menerima Ketidakpastian: Menyadari bahwa Anda tidak bisa mengontrol hasil, tetapi Anda bisa mengontrol upaya Anda.
  • Mencari Kebahagiaan: Berhenti mengejar hal-hal eksternal dan fokus pada kebajikan dalam tindakan sehari-hari.

Selanjutnya yaitu Ikigai,  konsep filosofi orang Jepang yang berarti "alasan untuk hidup" atau "alasan untuk bangun di pagi hari." Ini adalah filosofi yang membantu seseorang menemukan tujuan hidupnya dengan menggabungkan passion (gairah), misi, profesi, dan panggilan (vocation). Ikigai berasal dari dua kata: "iki" (hidup) dan "gai" (nilai atau manfaat), sehingga dapat diartikan sebagai "nilai dari kehidupan."

Dalam budaya Jepang, Ikigai bukan hanya tentang pekerjaan atau karier, tetapi juga tentang menikmati hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, minum teh di pagi hari, bercengkerama dengan keluarga, atau melakukan aktivitas yang sederhana namun bermakna. Ada 4 pilar IKIGAI :

  • Passion: Kombinasi dari apa yang Anda cintai dan apa yang Anda kuasai.
  • Mission: Kombinasi dari apa yang Anda cintai dan apa yang dibutuhkan dunia.
  • Vocation (Panggilan): Kombinasi dari apa yang dibutuhkan dunia dan apa yang bisa dibayar.
  • Profession (Profesi): Kombinasi dari apa yang bisa dibayar dan apa yang Anda kuasai.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun