Stoicisme mengajarkan untuk mencintai dan menerima apa pun yang terjadi dalam hidup, baik atau buruk, sebagai bagian dari takdir yang harus diterima dengan sukacita.
6. Praktik Refleksi Diri
Para Stoic menganjurkan latihan mental seperti meditasi harian, menuliskan pikiran, atau membayangkan kemungkinan terburuk (premeditatio malorum) untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan.
Contoh Aplikasi
- Menghadapi Kritik: Fokus pada apa yang bisa Anda kontrol (reaksi Anda) daripada apa yang dikatakan orang lain.
- Menerima Ketidakpastian: Menyadari bahwa Anda tidak bisa mengontrol hasil, tetapi Anda bisa mengontrol upaya Anda.
- Mencari Kebahagiaan: Berhenti mengejar hal-hal eksternal dan fokus pada kebajikan dalam tindakan sehari-hari.
Selanjutnya yaitu Ikigai, Â konsep filosofi orang Jepang yang berarti "alasan untuk hidup" atau "alasan untuk bangun di pagi hari." Ini adalah filosofi yang membantu seseorang menemukan tujuan hidupnya dengan menggabungkan passion (gairah), misi, profesi, dan panggilan (vocation). Ikigai berasal dari dua kata: "iki" (hidup) dan "gai" (nilai atau manfaat), sehingga dapat diartikan sebagai "nilai dari kehidupan."
Dalam budaya Jepang, Ikigai bukan hanya tentang pekerjaan atau karier, tetapi juga tentang menikmati hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, minum teh di pagi hari, bercengkerama dengan keluarga, atau melakukan aktivitas yang sederhana namun bermakna. Ada 4 pilar IKIGAI :
- Passion: Kombinasi dari apa yang Anda cintai dan apa yang Anda kuasai.
- Mission: Kombinasi dari apa yang Anda cintai dan apa yang dibutuhkan dunia.
- Vocation (Panggilan): Kombinasi dari apa yang dibutuhkan dunia dan apa yang bisa dibayar.
- Profession (Profesi): Kombinasi dari apa yang bisa dibayar dan apa yang Anda kuasai.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H