Mohon tunggu...
Zulfikar Umar
Zulfikar Umar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Dokter Pelajar

Manusia pembelajar, membaca setiap waktu, menulis di paruh waktu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Islam dalam Upaya Mengatasi Kesenjangan dan Kemiskinan

29 September 2021   12:22 Diperbarui: 29 September 2021   14:13 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengkotak-kotakan peradaban oleh aktor sosial, jauhnya warga dunia dari tujuan luhur masyarakat sipil global, tidak terwujudnya pranata sosial (demokrasi, HAM, pluralisme, spiritualitas, dan keadilan sosial), serta dekadensi kebudayaan merupakan penyebab kesenjangan global dewasa ini.

Diperlukan sinergitas dalam menyikapi kesenjangan global. Sinergitas internal bertujuan untuk mempertemukan gagasan dan gerakan antara sesama umat Islam, khususnya muslim Indonesia, tanpa menjadi angkuh, asshobiyah, atau chauvinisme. 

Di saat yang bersamaan, diperlukan pula sinergitas eksternal yang bertujuan mempertemukan gagasan dan gerakan antara sesama warga dunia, sesame umat manusia, atau paling tidak sesama makhluk Tuhan yang Maha Esa. Islam Proaktif adalah suatu rekomendasi dalam kerangka kerja sinergis untuk mempererat pertemuan peradaban, sembari mengurangi kesenjangan global.

Dialog sesama manusia, apalagi sesama muslim, harus terus ditingkatkan demi peradaban manusia dan Islam an sich. Modernitas budaya harus disambut sejauh tidak menciderai substansi berislam. 

Islam Proaktif adalah pemutakhiran dari Islam Sipil, Islam Madani, atau Islam yang Beradab, yang oleh Bassam Tibi merujuk pada Islam yang ada di Indonesia pasca Soeharto, sebagai salah satu alternatif bagi islamisme dan fundamentalisme yang mengatasnamakan agama lainnya, yang tengah mengancam umat Islam, dan dunia pada umumnya. 

Dalam hemat penulis, ada berbagai macam ajaran-ajaran luhur Islam yang bisa dijadikan standard value yang jika betul dapat membudaya dalam pranata kebudayaan masyarkat Indonesia dapat kemudian mengatur kebaikan agar mampu mengatasi persoalan keummatan seperti kesenjangan dan kemiskinan misalnya ber zakat, bersedekah dan mengasihi fakir/miskin, yatim-piatu dan lain sebagainya. 

Pada kesimpulannya adalah bukan agamanya yang penting, namun kualitas keagamaannya, kualitas keagamaan yang mampu me revolusi dan me mobilisasi ummat secara massif untuk mengatasi berbagai persoalan seperti kemiskinan dan kesenjangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun