Mohon tunggu...
Zulfikar Umar
Zulfikar Umar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Dokter Pelajar

Manusia pembelajar, membaca setiap waktu, menulis di paruh waktu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengatasi Kesenjangan dan kemiskinan Melalui Budaya Agama

11 September 2016   19:25 Diperbarui: 11 September 2016   19:48 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          Oleh karenanya, masyarakat Indonesia yang mengaku beragama perlu mengembangakan ajaran-ajaran keagamaannya sebagai tools kebudayaan yang cakap dan relevan untuk menyentuh seluruh aspek kehidupan tak terkecuali kemiskinan. Ajaran-ajaran agama yang mulia harus tampil menjadi kebijakan yang mampu mengatur kebaikan dan keluhuran masyarakat.

          Sebagai contoh, dalam momentum Idul Adha yang akan diperingati oleh ummat Islam diseluruh dunia esok hari perlu dilegitimasi sebagai gerakan kebudayaan keagamaan dalam upaya mengatasi kesenjangan social. Dalam tradisi ummat Islam, momentum ber qurban secara filosofis-psikologis dapat dipandang sebagai upaya peleburan ego individualistic menjadi ego keummatan dan kemasyarakatan, upaya pengorbanan ke-individualitasan demi kemaslahatan orang yang lebih banyak.

Saya rasa ada berbagai macam lagi ajaran-ajaran luhur agama yang jika betul-betul membudaya dan menjadi sekumpulan pranata yang mengatur kebaikan yang mampu mengatasi persoalan keummatan seperti kemiskinan misalnya ber-zakat, ber-sedekah, mengasihi fakir-miskin, yatim-piatu dan lain sebagainya. Contoh-contoh yang saya sebutkan mungkin sangat eksplisit terhadap ajaran Islam karena keterbatasan pengetahuan saya terhadap agama lain namun saya percaya semua agama memiliki ajaran yang luhur yang dapat membantu masyarakat keluar dari jerat kemiskinan,

          Pada kesimpulannya adalah bukan agamanya yang penting namun kualitas keagamaannya, kualitas keagamaan yang mampu me-revolusi dan me mobilisasi ummat secara massif  untuk mengatasi berbagai persoalan seperti kemiskinan. Revolusi dari sebuah gerakan ritual-spiritualitas menjadi gerakan sosial.

          Jadi dibanding berteriak-teriak mengkafirkan orang dan ajarannya ataupun merasa ajaran agamanya yang paling benar, lebih baik mengamalakan ajaran dan mengutamakan akhlak kebaikan setiap agama yang kita yakini, yang demikian sekiranya lebih maju untuk dapat mengatasi berbagai permaslahan keummatan. Bukankah agama adalah Rahmat bagi kita semua tanpa terkecuali. Ibn Qayyim berpesan, Agama itu semuanya akhlak, siapa yang mengunggulimu dalam akhlak dia mengungguli mu dalam agama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun