Foto : Bahrul
Proses pernyotiran sampah plastik untuk diolah kembali
Tempat yang sangat menjijikan serta sinar matahari yang begitu panas, aroma yang bau, dan sangat kotor, tidak meredupkan semangat kawanan pria yang ada disana. Salah satunya seorang pria bernama Pak Alben (47) yang sedang memilah bermacam-macam jenis sampah yang dapat didaur ulang, jumat (19/4) di markas Bank Sampah, Kota Depok, Jawa Barat.
Tangannya begitu cekatan membersihkan sampah-sampah yang menebar bau yang tidak sedap. Hal tersebut tidak membuat pria itu merasa jijik, kedua tangannya merengkuh benda-benda yang tertumpuk sampah berbau dan dihinggapi lalat yang beterbangan.
Kebanyakan sampah yang  terdapat disana adalah sampah jenis plastik atau anorganik yang didominasi oleh botol, sedotan, kantung belanja, bungkus makanan dan masih banyak lagi. Berbagai macam sampah jenis plastik ini termasuk dalam kategori sampah yang sangat sulit didaur ulang. Tetapi, bagi Alben sulit bukan berarti tidak bisa untuk diupayakan.
Alben juga menerima tumpukan kotoran hewan dari warga setempat yang aromanya mengganggu indra penciuman. Kotoran hewan ini diterima lalu langsung diproses untuk dijadikan pupuk kompos yang sangat berguna untuk menyuburkan tanaman.
CIKAL BAKAL
Warga di sekitar markas Bank Sampah sekarang, kurang menyadari bahwa lingkungan disekitar mereka sangat tercemar akibat kurangnya kesadaran dan tanggung jawab terhadap sampah yang sudah mereka hasilkan.Â
Cara warga membuang sampahnya pun beragam, ada dari mereka yang membuangnya dipinggir jalan, ada juga yang mengikuti kebiasaan bahkan kini sudah menjadi budaya yaitu membuangnya di sungai dekat rumah mereka.
Gerah dengan keadaan tersebut, Alben yang berprofesi sebagai pengepul mencoba merubah keadaan sekitar. Ia melakukan sosialisasi bersama dengan perangkat RT/RW untuk mengajak seluruh warga sekitar agar bijaksana dalam mengelola sampah mereka. Yaitu dengan cara membuangnya di TPS yang sudah disediakan oleh Pemerintah Kota (Pemkot).
Beberapa waktu berlalu, Alben tidak melihat perkembangan dari berbagai macam sosialisasi yang sudah diupayakan. Masih banyak warga yang tidak bijaksana dalam mengelola sampahnya sendiri.