Mohon tunggu...
Zulfikar Zufikar
Zulfikar Zufikar Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Analis Lepas

Pekanbaru ibu kota Provinsi Riau, merupakan kota yang strategies, kota ini merupakan kota yang terletak ditengah-tengah provinsi Sumatera, Pekanbaru menjadi kota yang perkembangan menjadi kota metropilitan menyusul kota-kota tetangga yakni Malaka, dan Kuala Lumpur

Selanjutnya

Tutup

Financial

Mengapa Ada B-30 di Antara Stimulus?

3 Juni 2020   03:36 Diperbarui: 3 Juni 2020   03:56 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Bencana Covid yang melanda seluruh dunia mengakibatkan banyak negara mengambil langkah langkah dan kebijakan ekonomi dalam menyelamatkan negaranya, tak terkecuali Indonesia. 

Negara Negara besar seperti jerman menggelontorkan danaya sebesarUSD  810 M, dimana perusahaan kecil mendapat subsidi sebesar 15.000 Euro dan perusahaan besar sebesar 400 M Euro untuk jaminan Kredit, China USD 424 Milyar  dan 3 T Yuan dialokasikan kepada pengusaha, Malaysia USD 62, 9 M dialokasikan untuk pengusaha dan pekerja yang terdampak, Thailand USD 43,3 M digunakan untuk pembayaran angsuran kredit selama 6 bulan serta bantuan Pekerja . 

Sedangkan Indonesia melalui APBN dalam rangka PEN (pemulihan Ekonomi Nasional) sebesar Rp 600 an T yang dilalokasikan kepada Rp.172 T kepada Bansos,Dukungan Pajak Rp123 T, subsidi bunga Rp. 34,15 T, Subsidi BBN B-30 Rp. 2.78 T, Penyertaan modal negara Rp. 25.27 T, Penempatan dana pemerintah untuk restrukturisasi Rp. 87,59 T,PenjaminanRp. 1 T.

Talangan untk Garuda dan karakatu steel sebesar 19,65 T dan Pariwisata Rp. 1.8 T, perumahan Rp.1.3 T. Ada dua komponen yang cukup mengejutkan yakni dana subsidi BBN-30 sebesarRp. 2.78 T dan talangan investasi kepada Garuda dan karakatu Steel (yang saat ini bermasalah dengan cash flow sebelum terjadinya covid). 

Namun yang kita bahas adalah penggunaan subsidi B-30 sebesar Rp.2.78 T, apa sebennarnya B-30 ini , B30 adalah pencampuran antara bahan bakar diesel atau solar dengan FAME (Fatty Acid Methyl Ester). Komposisinya yaitu 70% solar dan 30% FAME, dan apa itu FAME  bila kita berbicara tentang Minyak sawit atau CPO dimana CPO tersebut cenderung untuk terurai menjadi asam lemak dan gliserin. 

Walaupun asam lemak bukanlah asam yang kuat, tetapi dalam jangka panjang akan membuat korosi pada peralatan. Oleh sebab itu perlu diubah menjadi senyawa lain yang lebih stabil, yaitu Fatty Acid Methyl Ester disingkat FAME. 

Disini CPO  direaksikan dengan methanol.  Dalam rekasi dengan metanol terdapat biaya tambahan yang cukup tinggi, dimana Harga FAME selalu lebih tinggi dari CPO. harga FAME di spot market. Berdasarkan data 3 tahun terakhir, harga rata-ratanya sekitar $900 per ton. Sedangkan CPO sedikit di bawah $700 per ton, atau 25% lebih rendah dari FAME. Heating value FAME sedikit lebih rendah dari CPO, yaitu sekitar 38 MJoule. Atau sekitar 4% lebih rendah dari CPO., 

Jadi dalam satuan kcal, kilo kalori, harga FAME sekitar 30% lebih mahal dari diesel. Salah satu bahan baku untuk membuat FAME adalah methanol. Dan methanol harus diimpor. 

Produksi dalam negri terlalu kecil untuk menutupi keperluan untuk membuat FAME. Tetapi ini mungkin hanya faktor yang kecil, karena methanol yang dibutuhkan sekitar 15% dari biodiesel saja dan harganyapun hanya sekitar 70% dari CPO. Untuk meningkatkan kapasitas FAME tentu diperlukan pabrik dan salah satunya Pemasok bahan bakar nabati terbesar ke Pertamina adalah Grup Wilmar, yaitu PT Wilmar Nabati Indonesia sebesar 1.373.794 kiloliter dan PT Wilmar Bioenergi Indonesia sebesar 1.148.269 kiloliter, Namun untuk bahan metanol sebagaian masih impor dan hal membuat defisit perdagangan melebar. Sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa setiap persen diesel akan diganti oleh FAME dengan jumlah yang sama, tetapi harganya lebih mahal. Dengan kata lain, mengurangi impor diesel dan menggantikannya dengan FAME yang lebih mahal tentu saja akan melebarkan defisit perdagangan.

Dari sudut pelestarian alam pun perkebunan sawit bukan bisnis yang ramah lingkungan. Untuk membuka kebun sawit, telah terjadi pembabatan hutan, penggusuran satwa liar langka seperti harimau, gajah dan orang utan. Dan juga pembakaran hutan sebagai cara yang murah untuk membuka lahan. Belum lagi, bahwa sawit sangat menuntut banyak pupuk.

Lalu untuk apa? Pasti harus ada kelompok yang diuntungkan. Kalau dilihat mata rantainya, yang diuntungkan adalah:

Produsen CPO

Produsen dan/atau importir FAME

Produsen dan/atau importir methanol

Periset yang dapat research grants dan LSM penggiat green energy

Untuk mengantisipasi terhadap BBN yang mahal seharusnya kita jeli dalam mengambil momen dengan jatuhnya harga minyak diabawah USD 40/barrel bahkan menyentuh level USD 0/barrel, dengan memperhatikan hal tersebut seharusnya kita membangun kilang kilang pengolahan minyak mentah sebagai proyek strategis nasional dan melakukan impor besar besaran disaat harga minyak dunia dibawah USD 40/barrel.  Semoga negara kita lebih berdaulat dan Selalu memikirkan kepentingan Bangsa dan Negara dan bukan kepentingan Pribadi

Berpikir Bebas dan berjiwa Merdeka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun