Mohon tunggu...
Zulfikar Ali Husen
Zulfikar Ali Husen Mohon Tunggu... Penulis - Konstruktif, Inovatif dan Adaptif

Seperti Matahari

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku, Kau, dan Negeri Tirai Bambu

15 Februari 2021   14:41 Diperbarui: 15 Februari 2021   14:54 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mentari datang dengan anggun tanpa puja puji

Semua terkesan dengan ronanya yang entah baik atau tidak

Ada kabar dari Negeri Tirai Bambu yang masih samar dan belum ditemui

Ketika suka cita digelorakan pada perayaan awal tahun, semua orang berarak

Pada jumpa-jumpa kita ditahun lalu aku masih merasa aku adalah bagian mu

Tapi ku jumpai saat ini kau tak anggap ku bagian

Kau acuhkan ku dalam ketidakmungkinan yang semu

Kau muntahkan ku dalam kenistaan bak kisah malin

Entahlah akan seperti apa aku dank au kedepannya

Yang kuharapkan adalah perilaku tolong menolong terus hadir

Aku bagian mu dank au bagian ku kita bersatu dalam keabadian

Menjawab problema-problema yang ada

Aku tak mengerti sekali lagi dengan perilaku mu

Juga rona wajah mu

Aku tak mengerti

Ada yang salah mungkin dengan perilaku ku ini

Setelah juataan tahun kita berteman

Berbagi suka, duka dan derita

Semua yang telah kita lewati ini

Yang ku bisa katakana maaf untuk mu, untuk segala perilaku diriku ini yang telah abai

Tak ada lagi yang bisa kutemui, ku tiduri, bahkan ku singgahi

Tak ada lagi yang bisa kita lakukan seperti dahulu

Seperti folklore pertemuan Adam dan Hawa yang kau comblangi

Seperti mitologi yang menghadirkan eden atau surge itu nyata

Tak ada lagi

Kabar dari Negeri Tirai Bambu itu membunuh informasi lain tentang aku dan kau

Sosoknya pun ditakuti semua seakan berhenti

Aku dan kau dibentengi oleh kabar dari China

Aku mencintaimu entah apa yang kulakukan mungkin buruk untuk mu tapi kau harus tahu kita harus seperti dahulu entah itu mungkin atau tidak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun