Mohon tunggu...
Zulfikar Ali Husen
Zulfikar Ali Husen Mohon Tunggu... Penulis - Konstruktif, Inovatif dan Adaptif

Seperti Matahari

Selanjutnya

Tutup

Nature

Rusaknya Hutan dan Ancaman Wabah Lainnya

14 Februari 2021   10:23 Diperbarui: 15 Februari 2021   15:57 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir tahun lalu yaitu pada bulan Desember 2019 tenaga medis Tiongkok dihebohkan warganya karena mempunyai penyakit dengan gejala yang sama yaitu Pneumonia atau sesak nafas. Daerah yang menjadi banyaknya pasien adalah Wuhan ibukota provinsi Hubei, dimana ada pasar hewan liar yang bisa dibeli dan dikonsumsi. Warga daerah tersebut sudah terbiasa dengan makanan hewan liar yang mempunyai berbagai macam resep. Tetapi tindakan mereka membuat bom waktu yang menjadi ancaman global dengan ditetapkannya pandemi oleh WHO (World Health Organization).

Seluruh dunia terkena dampak dari wabah pandemi tersebut yang mengancam seluruh sektor terutama keuangan. Tetapi pada sisi lain, bumi seperti rehat dari hiruk pikuk ambisi manusia di dalamnya, ada Puma yang ketengah kota Chili, lalu Musang Malabar di India, sungai dibeberapa negara tampak jernih, lalu lapisan ozon yang menebal kembali, dan lain hal. Semua memberikan arti oleh alam ini dengan menjeda kegiatan dan berdiam diri dirumah.

Ternyata pada virus Covid-19 ini merupakan virus yang ditularkan dari hewan dalam Bahasa ilmiahnya disebut Zoonosis. Zoonosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh organisme infeksius seperti virus, bakteri, dan parasit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia, atau sebaliknya (mongabay.co.id). 

Salah satunya adalah Covid-19 yang ditularkan dari hewan ke manusia, ada banyak lagi seperti flu burung, flu babi, ebola, demam berdarah, malaria, dll. Penyebab terjadinya zoonosis adalah lingkungan yang berdekatan antara manusia dengan hewan. Pada saat ini telah banyak terjadinya perdagangan hewan liar ke penjuru dunia sehingga banyak manusia yang lingkungannya dekat dengan hewan. Kemudahan demi kemudahan ternyata membuat manusia semakin tamak sehingga bisa mengeksploitasi alam sesukanya.

Eksploitasi alam pun bukan hanya pada penebangan pohon secara ilegal atau kebakaran hutan tetapi pencurian hewan liar yang dimana menjadi habitat keseimbangan alam. Pemerintah negara maju pun terlihat abai dalam terjadinya kerusakan hutan. Program PBB yang digaungkan Pembangunan Berkelanjutan pun hanya narasi yang tak ada implementasinya. 

Pembangunan berkelanjutan menurut Pearce & Tunner (1990:24) berarti pemanfaatan sumber daya terbarukan sebanding dengan ketersediaanya secara alami antar waktu. Beda seperti tujuannya ternyata setiap negara masih minim memakai energi terbarukan lebih memilih energi fosil sehingga efeknya banyak hutan yang terbakar, penebangan hutan ilegal, dan kerusakan lainnya. Semua seolah mementingkan negaranya yang harus menuju negara maju, dengan tingginya bangunan dan kehebatan teknologi sehingga mengharuskan negara tersebut mengeksploitasi hutan dengan dalih kemajuan peradaban.

Pada diskusi-diskusi pegiat lingkungan mengajak manusia untuk bijak dalam segala hal, dari bijak menggunakan plastik dll. Tetapi ternyata dalam realitasnya lebih besarnya, negara sendiri yang tak bijak dalam membangun infrastruktur dan SDA, semua ditabrak lalu aturan tentang lingkungan diabaikan seolah semua bisa selesai dengan sendirinya. Sehingga menciptakan manusia yang penuh ambisi dan ternyata mengancam kehidupan di dunia.

Rusaknya hutan pun menjadi ancaman wabah bom waktu yang entah kapan akan diterpa. Semua harus siap dan siaga karena ancaman zoonosis tidak hanya berhenti pada Covid-19 ini, masih banyak wabah lain yang akan menyerang kita kalau terus-terusan eksploitasi alam terjadi. Sebenarnya bisa dicegah dengan penelitian serius terhadap zoonosis, siapa saja yang mempunyai hewan liar dan makan hewan liar, akan tetapi setiap negara masih belum peduli terhadap perubahan iklim, kerusakan hutan, dan wabah zoonosis ini.

Pada kesimpulan ini menunjukkan bahwa kiamat terjadi karena ulah perbuatan manusia sendiri dimana kerakusan dan ambisi yang salah menjadi ancaman terhadap kelangsungan hidup bersama, sehingga timbul anggapan bahwa semakin banyak manusia akan semakin mempercepat kiamat. Maka dari itu sikapi diri kita dengan melihat keyataan yang sesungguhnya bahwa ada banyak makhluk lain yang hidup di bumi ini bukan hanya manusia, sehingga bijaklah dalam hidup ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun