Oleh : Femi S. Tuhumena (Dosen Poltekkes Kemenkes Maluku)
Pendahuluan
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia. Menurut data Riskesdas 2013, prevalensi anemia pada perempuan mencapai 23,9%, sementara pada laki-laki sebesar 18,4%. Selain itu, prevalensi anemia di pedesaan (22,8%) lebih tinggi dibandingkan di perkotaan (20,6%). Data ini menunjukkan bahwa anemia tidak mengenal jenis kelamin dan lokasi, namun anak-anak dan remaja putri adalah kelompok yang paling rentan. Sebanyak 26,4% anak usia 5-14 tahun dan 18,4% anak usia 15-24 tahun mengalami anemia, yang berarti sekitar 1 dari 5 anak remaja di Indonesia menderita anemia. Â
Dampak Anemia pada Remaja PutriÂ
Anemia pada remaja putri (rematri) memberikan dampak yang cukup memprihatinkan. Anemia dapat menyebabkan penurunan kesehatan dan prestasi sekolah. Di masa dewasa, kondisi anemia yang tidak ditangani dengan baik dapat memperburuk kesehatan saat hamil, yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan janin tidak optimal, komplikasi saat hamil dan persalinan, serta meningkatkan risiko kematian ibu dan anak.
Anemia merupakan kondisi di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam sel darah merah lebih rendah dari yang seharusnya. Untuk rematri, anemia dikatakan terjadi apabila kadar Hb < 12 gr/dl. Hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen dan menghantarkan oksigen ke seluruh sel jaringan tubuh, termasuk otot dan otak. Tanda-tanda anemia yang lazim disebut dengan 5 L adalah lesu, lelah, letih, lemah, dan lunglai. Penyebab utama anemia pada rematri antara lain kehilangan darah saat menstruasi, kurangnya asupan makanan kaya zat besi dan protein, sering melakukan diet yang keliru, serta pertumbuhan pesat yang tidak seimbang dengan asupan gizi.
Pentingnya Pencegahan Anemia
Dalam masa pasca pandemi Covid-19, anak dan remaja putri perlu tetap sehat dan bebas anemia. Salah satu cara untuk mencegah anemia adalah dengan mengonsumsi tablet tambah darah (TTD) yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Hal ini juga didukung dengan mengonsumsi makanan yang cukup mengandung zat besi dan protein agar tubuh dapat membentuk hemoglobin dan menyerap zat besi dengan baik. Selain itu, rematri dihimbau untuk mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, makan buah dan sayur secukupnya, memeriksa kadar Hb, serta mengonsumsi vitamin A, C, dan E. Â
Senam sebagai Intervensi Fisik untuk Pencegahan Anemia
Senam kesehatan reproduksi diyakini dapat menjadi pilihan aktivitas fisik yang baik terutama bagi remaja putri untuk mengatasi masalah anemia. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pelaksanaan senam kesehatan reproduksi terhadap kadar hemoglobin dan kebugaran jasmani remaja putri. Penelitian ini menggunakan 30 responden sebagai subjek penelitian yang terbagi menjadi 15 sebagai kelompok intervensi dan 15 sebagai kelompok kontrol. Kelompok intervensi diberikan latihan kesehatan reproduksi dan tablet Fe selama 4 minggu dengan durasi 18 menit 3 kali seminggu. Kelompok kontrol hanya diberikan tablet Fe. Pengukuran kesegaran jasmani dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan. Rata-rata peningkatan kesegaran jasmani dari 118,87 x/menit menjadi 95,87 x/menit dengan peningkatan sebesar 23 x/menit. Berdasarkan uji statistik terdapat perbedaan yang signifikan dengan p-value < 0,05. Penelitian ini membuktikan bahwa senam kesehatan reproduksi berpengaruh terhadap kebugaran jasmani remaja putri.Â
Data Internasional tentang Anemia dan Aktivitas Fisik
Anemia juga merupakan masalah kesehatan yang signifikan di tingkat internasional. Menurut WHO, sekitar 42% anak-anak di bawah usia lima tahun dan 40% wanita hamil di seluruh dunia menderita anemia. Anemia disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kekurangan gizi, infeksi, dan kondisi genetik. Kekurangan zat besi adalah penyebab paling umum dari anemia, tetapi anemia juga dapat disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 dan folat.
Studi internasional menunjukkan bahwa aktivitas fisik, termasuk senam, dapat berperan penting dalam pencegahan anemia. Sebuah penelitian yang dilakukan di India menemukan bahwa latihan aerobik teratur dapat meningkatkan kadar hemoglobin dan kapasitas aerobik pada remaja putri yang menderita anemia defisiensi besi. Penelitian lain di Brazil menunjukkan bahwa latihan fisik yang teratur dapat membantu meningkatkan status zat besi pada anak-anak dan remaja. Di China, sebuah studi menemukan bahwa kombinasi antara suplemen zat besi dan latihan fisik teratur secara signifikan meningkatkan kadar hemoglobin dan mengurangi gejala anemia pada anak-anak usia sekolah.
Implikasi dan Rekomendasi
Hasil dari program senam anemia di Panti Asuhan Bukit Hermon dan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa senam sebagai bentuk intervensi fisik efektif dalam mencegah dan mengurangi gejala anemia pada anak-anak dan remaja. Program senam anemia yang diterapkan dapat menjadi model bagi panti asuhan lain serta institusi pendidikan dalam upaya pencegahan anemia.
Upaya pencegahan anemia melalui senam tidak hanya meningkatkan kebugaran jasmani anak-anak tetapi juga membantu meningkatkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting bagi tenaga kesehatan, perawat, dan pendidik untuk terus mengembangkan dan mengimplementasikan program senam sebagai salah satu bentuk intervensi dalam upaya pencegahan anemia pada anak-anak dan remaja.
Kesimpulan
Anemia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian khusus, terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Nasional Indonesia 2013 dan Riskesdas 2018, prevalensi anemia pada anak-anak dan remaja menunjukkan peningkatan yang signifikan. Program senam anemia yang diterapkan di Panti Asuhan Bukit Hermon, Kota Sorong, menunjukkan hasil yang positif dalam mengurangi gejala anemia dan meningkatkan kebugaran jasmani anak-anak.
Intervensi berupa senam yang dilakukan secara rutin dapat membantu mencegah anemia dan meningkatkan kualitas hidup anak-anak dan remaja. Oleh karena itu, program senam anemia perlu terus dikembangkan dan diimplementasikan di berbagai panti asuhan dan institusi pendidikan untuk membantu mengatasi masalah anemia di Indonesia dan di seluruh dunia.
Dengan terus mengupayakan dan mengedukasi tentang pentingnya senam dalam pencegahan anemia, kita dapat membantu mengurangi prevalensi anemia di Indonesia dan meningkatkan kesehatan serta kualitas hidup anak-anak dan remaja di seluruh dunia.
Pendekatan Terapi Modalitas
Pendekatan terapi modalitas yang diterapkan dalam program senam anemia di Panti Asuhan Bukit Hermon adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang inovatif. Modalitas ini menggabungkan unsur pendidikan kesehatan dengan aktivitas fisik yang dirancang khusus untuk meningkatkan kesehatan anak-anak yang berisiko anemia. Melalui pendekatan ini, anak-anak tidak hanya diajarkan gerakan senam yang tepat, tetapi juga diberi pemahaman mengenai pentingnya pola makan yang sehat dan kaya akan zat besi.
Metode Edukasi
Metode edukasi yang digunakan dalam program ini melibatkan pengajaran secara langsung dan praktik gerakan senam yang mudah diikuti oleh anak-anak. Setiap sesi senam disertai dengan penjelasan tentang bagaimana gerakan tersebut dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah dan oksigen dalam tubuh, serta pentingnya asupan nutrisi yang baik. Anak-anak diajarkan untuk mengenali tanda-tanda awal anemia dan diberi tips tentang bagaimana cara mengatasinya melalui pola hidup sehat.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H