Jumlah BPK meningkat tajam sejak Tahun 1997. Setelah terjadinya peristiwa kerusuhan Kampanye Pemilu Tahun 1997 yang dikenal dengan peristiwa Jumat Kelabu 23 Mei 1997 di Kota Banjarmasin.
Ironi BPK di Banjarmasin
Keberadaan Barisan Pemadam Kebakaran tidak lepas dari citra Banjarmasin. Namun, dalam setahun terakhir citra tersebut tercoreng. Bukan karena anggota BPK yang meminta sumbangan di luar zonasi mereka, namun karena kasus kematian akibat BPK yang beberapa kali terulang.
Tercatat sudah beberapa kasus yang menyebabkan luka serius , kecacatan, hingga meninggal dunia akibat tertabrak mobil BPK yang melaju kencang.
Mirisnya dari beberapa kasus tersebut, pihak pemerintah kota Banjarmasin masih belum mengambil tindakan tegas. Hingga munculnya petisi Mendesak Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina untuk Mencabut Izin BPK yang Tidak Sesuai Standar.
Kini kehadiran BPK di Banjarmasin menjadi momok tersendiri bagi warga kotanya. Ada yang terus mendukung keberadaan mereka, ada pula yang mengecam karena terkesan berperilaku ugal-ugalan di jalan.
Bahkan tidak jarang, mereka seperti orang yang sedang balapan ketika mengejar tempat kebakaran. Hal tersebut terlihat jelas langsung di jalanan dan beberapa video yang merekam aksi mereka saat di jalan.
Saya di sini bukan untuk menjelekkan maupun memojokkan BPK yang ada di Banjarmasin, namun kenyataan di lapangan tidak dapat didustakan. Ada saja oknum BPK yang bandel dalam proses melakukan penanggulangan bencana kebakaran.
Bahkan tidak jarang kita melihat anak di bawah umur ikut di dalamnya.
Saya tidak begitu mengerti bagaimana proses perekrutan di dalam organisasi BPK, namun apakah dibenarkan mengikutsertakan anak di bawah umur untuk melakukan penanggulangan bencana kebakaran?
Selain itu, kesan untuk bergagah-gagahan terlihat jelas saat mereka mengemudikan motor dan mobil mereka di jalan. Dengan dalih untuk bisa cepat sampai ke tempat tujuan, keselamatan orang di sekitar pun dikorbankan.
Semoga kritik ini bisa ditanggapi dengan dewasa.