Di tahun 2015 Museum Rekor Indonesia (MURI) menobatkan Banjarmasin sebagai kota dengan barisan pemadam kebakaran terbanyak, tidak hanya di Indonesia dan Asia Tenggara, bahkan hingga se-Asia.
Pencapaian tersebut menandai perjalanan dan sejarah panjang Damkar di Kota Banjarmasin, seiring merebaknya kasus kebakaran yang terjadi di kota beribu sungai.
Awal MulaÂ
Sebelum Tahun 1970 an, di Banjarmasin hanya ada 4 unit mobil FFT Pemadam Kebakaran, yaitu 2 unit pada Ton I (Peloton I) yaitu BPK Pemda Kotamadya dan 2 unit milik Ton II yaitu BPK HIPPINDO. Namun semua berubah sejak tahun 1973.
Pada tahun 1973, terjadi kebakaran besar di Daerah Kelurahan Pekauman. Api mengamuk selama kurang lebih 6 jam dan 4 unit mobil Pemadam Kebakaran yang ada tidak mampu mengatasi kebakaran tersebut sehingga mengakibatkan ribuan rumah dan bangunan musnah terbakar. Â
Kebakaran tersebut tidak hanya memusnahkan tempat tinggal dan harta benda penduduk Pekauman, akan tetapi juga modal usaha bagi para pedagang dan pengusaha.
Sehingga mereka berpikir bagaimana cara melindungi harta benda, tempat tinggal dan usaha mereka dari bahaya kebakaran.
Dari situ, akhirnya dibangun barisan pemadam kebakaran swasta untuk membantu tugas armada milik pemerintah kota.
BPK Swasta Pribumi diresmikan pada 16 Agustus 1975 oleh Walikotamadya Banjarmasin Kamaruddin. Bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Banjarmasin.
BPK ini bermarkas di Jalan Teluk Tiram, Kecamatan Banjarmasin Barat. Dari beberapa sumber dituliskan pada era itu Walikotamadya Kamaruddin menyarankan agar BPK Swasta Pribumi itu diganti namannya, agar kesannya tak terlalu berbau primordialisme.
Namun, para pendiri tetap menolaknya, hingga akhirnya diambil jadi singkatan saja BPK SP dengan memasang semboyan, "pantang bulik sebelum pajah" yang berarti "pantang pulang sebelum padam".
Berdirinya BPK SP kemudian diikuti oleh berdirinya BPK-BPK lainnya seperti Nasa, Radar, Kramat dan lainnya. Selain itu, terdapat nama DAMKAR (Pemadam Kebakaran), BPK (Barisan Pemadam Kebakaran), BALAKAR (Bala Bantuan Kebakaran), KOMDAR (Komunikasi Darat), serta Himpunan Pemuda Pemudi Indonesia (HIPPINDO), Swasta Pribumi.